Dark/Light Mode

Industri Baja Doyan Impor Bikin Sulit Berkembang

Kamis, 27 Januari 2022 15:20 WIB
Industri baja. (Foto: Ist)
Industri baja. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Industri baja disinyalir akan sulit berkembang karena Indonesia banjir baja impor. Pemerhati perumahan rakyat yang juga merupakan Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Indonesia (UI) 2018-2021 Cindar Hari Prabowo industri mengatakan, baja nasional merupakan import processing industry. Artinya industri baja nasional akan mati jika tidak mendapat pasokan bahan baku baja impor.

"Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dapat dilihat, hampir 50 persen industri nasional memperoleh bahan baku baja dari impor, karena tidak dapat dipasok dari industri hulu baja nasional," ujarnya dalam diskusi terbatas bertajuk 'Industri Baja Terkini', Kamis (27/1).

Cindar menjelaskan, total impor baja nasional dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama, impor baja dengan tanpa Lartas (Tanpa Pengendalian Pemerintah) seperti slab, billet dan biji ore dari data terlihat naik sejak beberapa tahun terakhir.

Baca juga : BI Luncurkan 3 Laporan Perkembangan Ekonomi 2021

Pada tahun 2019 diimpor baja tanpa lartas sebesar 4,7 juta ton dan di tahun 2021 diimpor mencapai 5,22 juta ton atau naik 11 persen.

"Artinya industri hulu dalam negeri hanya asyik mengimpor bahan baku tersebut tanpa ada usaha yang sungguh-sungguh membuat dengan berbagai alasan seperti furnace-nya dengan teknologi terbatas bahkan ada yang tidak beroperasi," katanya.

Bahkan, kata Cindar, banyak juga yang beralasan jika memproses sendiri harganya mahal, padahal sudah banyak proteksi yang diberikan baik harga gas, BMAD, fiskal, PMN.

Baca juga : Gubernur Dan Inohong Jabar Komitmen Perkuat Kebhinekaan

"Oleh karena itu, Indonesia harus segera melakukan reformasi industri hulu nasional agar tidak terjadi teriak-teriak banjir impor setiap tahun, hanya modus untuk menutupi ketidakmampuannya di depan publik," tegasnya.

Kedua, kata Cindar, baja yang masuk dalam Lartas (Dengan Pengendalian Pemerintah) menurut data BPS 2021, justru mengalami pengendalian terukur.

Data tahun 2019, impor baja di lingkup Lartas sebanyak 7,89 juta ton. Dengan program subtitusi impor, terlihat baja Lartas pada 2021 sebesar 6,35 juta ton atau turun sebanyak 19,5 persen. "Kita semua harus jujur kita acungkan jempol buat Pemerintah," puji Cindar.

Baca juga : Jejak Maruli Memang Top

Dengan begitu, ada peningkatan produksi dalam negeri yang menggeser kebutuhan impor baja menuju penggunaan produk dalam negeri mulai dari produk antara hingga produk turunan baja ini sangat mendongkrak investasi baja nasional.

"Kalau dilihat sebaran impor memang sangat ironis, impor justru didominasi oleh produsen di sektor hulu dan antara. Baja gulungan canai panas (hot rolled Coil/HRC), baja gulungan canai dingin (cold rolled coil/CRC), dan baja lapis mendominasi 71,6 persen dari total impor baja yang dikendalikan pemerintah," ungkapnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.