Dark/Light Mode

DPR: Gaduh Klaim Brand Lokal Tampil Di Paris Fashion Week Coreng Indonesia

Kamis, 17 Maret 2022 19:54 WIB
Ilustrasi Paris Fashion Week. (Foto: ist)
Ilustrasi Paris Fashion Week. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Gaduh klaim brand lokal tampil di Paris Fashion Week terus menuai kontroversi. Selain diprotes kalangan praktisi fashion, kalangan legislator dan akademisi tak ketinggalan. Menurut mereka, alih-alih promosikan merek lokal, acara yang digelar Gekraf dinilai malah mencoreng muka Indonesia.

Wakil Ketua Komisi X DPR, Hetifah Sjaifudian menyebut dirinya sangat menyayangkan ada miskomunikasi perhelatan yang seolah-olah Paris Fashion Week (PFW) namun ternyata bukan. Hal ini membawa nama Indonesia menjadi kurang baik.

“Tapi saya yakin ke depan memang produk-produk kita membutuhkan event-event dan momen-momen untuk memperkenalkan produk kita keluar, dan ini menjadi PR juga untuk pemerintah dan DPR," ujarnya, Kamis (17/3).

Baca juga : BPS: Kepatuhan Jaga Jarak Di Luar Jawa-Bali Masih Rendah

Ia pun mengaku akan mengevaluasi apa benar kegiatan itu menghabiskan APBN dan tidak tepat sasaran. "Dengan digital ekonomi yang sedang dikembangkan ini kita sebenarnya bisa saja memasarkan sesuatu tanpa menghadirkan fisiknya. Ini bahan evaluasi kita bersama supaya tidak terjadi lagi hal seperti ini," tuturnya.

Di kesempatan terpisah, pengajar hubungan internasional Binus, Dinna Prapto Raharja menyesalkan bahwa Gekraf menggelar acara yang penamaannya justru mengundang protes dari Paris Fashion Week. "Alih-alih menciptakan brand baru yang membanggakan Indonesia, justru mencoreng nama Indonesia," ujar pendiri Synergy Policies ini kepada wartawan, Kamis (17/3).

Dirinya pernah melakukan studi kecil untuk menjajaki bentuk promosi yang disarankan oleh pelaku industri fashion, dan menemukan bahwa fashion itu ada ragam tingkatan kreativitas dan pangsa pasar. 

Baca juga : Serahkan Dokumen, Jadikan Jamu Warisan Budaya Tak Benda Indonesia ke UNESCO

"Mulai dari fashion barang-barang konsumen yang sifatnya untuk diproduksi massal seperti pakaian dan kelengkapan aksesoris untuk sehari-hari sampai fashion yang sifatnya untuk diproduksi dalam jumlah terbatas agar unik dan harga jualnya terjaga tinggi," tuturnya.

Ia mencontohkan produk fashion terbatas seperti haute couture, atau tenun ikat dan batik kualitas tinggi. Menurutnya masing-masing butuh bentuk promosi yang berbeda-beda. 

Dinna berpendapat, bisa juga dikembangkan program promosi di kalangan kaum muda Indonesia di pentas-pentas seni sekolah. Cara ini bisa dilaksanakan karena sebenarnya sekolah-sekolah seni sebelum pandemi sudah punya program kunjung ke sekolah-sekolah. 

Baca juga : Gaun Kolaborasi Brand Indonesia Tampil Sukses Di Paris Fashion Week

Selain itu, dirinya juga menyerukan agar pemerintah semestinya juga perlu konsisten membesarkan nama Indonesia dan Fashion Weeknya. 

Ina Raya, desainer yang juga founder komunitas fashionpreneurindo menyayangkan jika kepergian para brand lokal hanya sekedar mengejar branding atau prestis saja. "Ini kembali pada kejujuran, kalau memang tidak ke PFW yang asli ya jangan pakai hastag PFW," tuturnya.

Ia juga menyebut Indonesia sudah punya Indonesian Fashion Week (IFW) yang prestisnya sudah mendekati PFW, dan hal ini tugas Kemenparekraf untuk lebih menggaungkannya lagi. "Saya yakin IFW bisa kok jadi ajang bergengsi sekelas PFW, apalagi Indonesia punya desainer-desainer bagus, yang kurang cuma publish ke luarnya saja. Ini yang harus ditingkatkan," tuturnya. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.