Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Dapat Suntikan Investasi Rp 215,5 Triliun

Pengembangan Industri Baterai IBC Makin Cerah

Rabu, 11 Mei 2022 07:30 WIB
Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara).
Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara).

RM.id  Rakyat Merdeka - Pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia mendapatkan titik terang. Sebab, kebutuhan investasi bernilai ratusan triliun, kini sudah teratasi.

PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC), sebagai konsorsium ekosistem baterai, resmi mengantongi investasi senilai 15 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 215,5 triliun dari Korea Selatan (Korsel) dan China.

Investasi tersebut didapat berkat kemitraan yang dijalin induk usaha IBC, yakni PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam, dengan korporasi asal China PT Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL) untuk inisiatif proyek baterai kendaraan listrik terintegrasi. Kemitraan kedua, perjanjian serupa dengan LG Energy Solution, perusahaan asal Korsel.

Baca juga : Bamsoet Dorong Investor Korsel Terlibat Dalam Pembangunan IKN Nusantara

IBC adalah anak perusahaan dari MIND ID, PLN, Pertamina, dan Antam yang mendapatkan tugas untuk mengembangkan baterai kendaraan listrik dalam rangka menguatkan kemandirian manufaktur otomotif nasional.

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai, investasi dari Korsel dan China menjadi kabar gembira bagi Indonesia dalam memuluskan proyek industri baterai dan kendaraan listrik.

Menurut Fahmy, ada dua kendala yang selama ini dihadapi IBC dalam menggarap proyek tersebut. Yakni pendanaan dan teknologi.

Baca juga : Bandara Sultan Hasanuddin Makassar Layani Penerbangan Rute Internasional Reguler

“Kalau kendala yang pertama ini (pendanaan) setidaknya sudah mulai ada titik terang. Tinggal sekarang bagaimana kita membangun, tapi sekaligus mengadopsi teknologi dari kedua negara tersebut,” ucap Fahmy kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Apalagi, Korsel dan China merupakan negara yang mumpuni dalam pengusaan teknologi. Kedua negara tersebut juga sukses menciptakan kendaraan listrik. “Jika dua masalah ini teratasi, maka akselerasi pembangunan industri baterai makin cepat,” tuturnya.

Fahmy menuturkan, Indonesia memiliki raw material nikel cukup besar. Ditambah lagi Pemerintah melarang ekspor nikel mentah. Seperti diketahui, Pemerintah ingin nikel dikelola agar memiliki nilai tambah.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.