Dark/Light Mode

Ada Gelombang PHK Startup, Refocus Paparkan Risiko Dan Peluang Kerja Baru

Selasa, 31 Mei 2022 21:26 WIB
Konferensi pers Refocus, di Jakarta, Selasa (31/5). (Foto: Dok. Refocus)
Konferensi pers Refocus, di Jakarta, Selasa (31/5). (Foto: Dok. Refocus)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sepekan terakhir, ramai diperbincangkan terkait sejumlah perusahaan startup yang terkenal di Indonesia melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap karyawan. Faktor makro ekonomi secara global yang penuh ketidakpastian selama pandemi Covid-19 dua tahun terakhir ini dianggap sebagai salah satu faktor utama.

Apakah fenomena ini akan menjadi awal ledakan gelembung (bubble burst) startup di Indonesia? Refocus Digital Academy, platform pendidikan online yang fokus mengubah seseorang menjadi profesional dalam industri digital mengadakan konferensi yang bertujuan membahas salah satu faktor yang dapat berkorelasi dengan peluang kerja di masa depan serta tantangan pendidikan di Indonesia. Yaitu kurangnya sumber daya manusia di pasar tenaga kerja, masih menjadi salah satu tantangan nyata yang dihadapi.

Baca juga : Pemerintah Buka Peluang Kebijakan Bebas Masker

Gelombang PHK massal yang kemungkinan besar akan melanda startup di Indonesia dalam waktu dekat semakin memperburuk keadaan yang sudah terjadi karena Covid-19. Kementerian Tenaga Kerja mencatatkan, lebih dari 1,2 juta karyawan dari 74.439 perusahaan terdampak kehilangan pekerjaan. Selain itu, gencarnya otomatisasi dan robotisasi juga dapat menambah risiko lebih banyak masyarakat Indonesia kehilangan pekerjaan dalam waktu dekat. Menurut data yang diterbitkan pada November 2020 di Journal of Robotics and Control, pada 5 negara ASEAN yang diteliti, ditemukan sebanyak 56 persen karyawan saat ini menghadapi risiko tinggi otomatisasi.

Tim Refocus mengajarkan profesi digital kepada orang-orang, yang bidang ini sedang diminati pasar dan akan berlangsung dalam jangka waktu lama. Google Indonesia memperkirakan, ekonomi digital negara akan bernilai sekitar Rp 1,7 kuadriliun atau 124,1 miliar dolar AS pada 2025 (tiga kali lipat dari tahun 2020 dengan nominal Rp 548,2 triliun).
 
Konferensi yang diadakan Refocus menghadirkan tiga pembicara, termasuk CEO & Founder Refocus Education Project Roman Kumay Vyas. Dia mengatakan, Indonesia memiliki lebih dari 17 ribu pulau. Kondisi geografi Indonesia ini menentukan pengembangan IT serta aksesibilitas layanan dan teknologi.

Baca juga : Partai Ummat Tawarkan Gagasan Pemilu Berbasis Blockchain

“Kami memperkirakan 40 persen dari pertumbuhan lowongan pekerjaan dalam dua tahun ke depan akan menghasilkan kebutuhan rekrutmen yang sangat besar di pasar. Kami ingin orang-orang untuk memiliki kesempatan edukasi yang baik serta keterampilan yang terpakai sehingga memungkinkan mereka mendapat penghasilan yang lebih besar, terus bertumbuh dan mengembangkan berbagai produk untuk mencapai tujuan mereka. Kami mengutamakan pengembangan Refocus secara regional, tim kami menetapkan misi untuk mampu melatih lebih dari 1 juta profesional di level internasional yang mampu menyelesaikan berbagai pekerjaan ambisius,” ujarnya, di Jakarta, Selasa (31/5)

Eks Ketua Umum IDEA (Asosiasi E-Commerce Indonesia), Pakar Pemasaran dan Pemerhati Industri Rintisan Ignatius Untung berbagi pengalaman tentang bagaimana menjadi spesialis digital yang diminati dan apa yang diharapkan pengusaha dari para pencari kerja. 

Baca juga : Jelang AFC Cup, Ridho Siap Jaga Benteng Terakhir Bali United

“Kebutuhan transformasi digital perusahaan akan membutuhkan seorang profesional yang mahir di dunia teknologi dan digital. Perusahaan akan mencari kandidat dengan keahlian di bidang teknologi, digital, dan e-commerce. Tenaga kerja dengan keterampilan membuat kecerdasan buatan (AI), otomatisasi, pengalaman menangani pelanggan dan pengembangan produk akan sangat dibutuhkan ke depannya,” ujarnya.

Director of Digital & Technology dari Michael Page Imeiniar Chandra membagikan saran tentang skill yang paling populer di kalangan pengusaha dari sudut pandang SDM serta tips untuk lulus wawancara kerja. ”Dalam mencari pekerjaan, karyawan semakin tegas menentukan pilihan mereka. Perusahaan tidak bisa lagi menarik dan mempertahankan talenta tanpa menerapkan faktor-faktor pendukung lain. Talenta-talenta semakin mementingkan budaya perusahaan, tujuan perusahaan dan kepemimpinan dibandingkan merek perusahaan dan promosi.” tutup Imeiniar.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.