Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Keran Ekspor CPO Dibuka, Potensi IPO Perusahaan Sawit Kian Besar

Jumat, 17 Juni 2022 09:01 WIB
Pekerja di perkebunan sawit Nusantara Sawit Sejahtera (NSS). (Foto: Ilustrasi/Istimewa)
Pekerja di perkebunan sawit Nusantara Sawit Sejahtera (NSS). (Foto: Ilustrasi/Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kebijakan pemerintah membuka kembali keran ekspor Crude Palm Oil (CPO) saat ini memberikan potensi besar bagi perusahaan sawit untuk mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mendapatkan tambahan modal baru melalui penawaran saham umum perdana (IPO).

Komisaris PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS) Robiyanto, mengatakan perusahaan perkebunan sawit ini akan menjadikan momentum kenaikan harga CPO untuk melepas saham ke publik di tahun ini.

"Tujuannya adalah meningkatkan kapasitas bisnis dan memastikan tata kelola perusahaan menjadi lebih akuntabel dan transparan karena menjadi milik publik," terang Robiyanto dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (17/6).

Manajemen menargetkan perolehan dana sebanyak-banyaknya Rp 900 miliar. Dana hasil IPO akan digunakan untuk membiayai kegiatan penanaman baru, baik di lahan inti, maupun meningkatkan kualitas tanaman plasma petani, serta pembangunan pabrik baru.

Dalam lima tahun ke depan atau tahun 2027, NSS menargetkan sudah memiliki lahan plasma seluas 9.500 ha, sebanyak 3 PKS dengan kapasitas masing-masing 60 ton per jam.

Baca juga : Investasi Telkomsel Di GoTo Sesuai Tata Kelola Perusahaan Yang Benar

Sejalan perbaikan dari sisi industri sawit, pihaknya meyakini upaya perusahaan memenuhi sertifikat penerapan program lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG), yaitu ISPO, juga akan memperkuat kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di NSS.

Head Of Equity Research PT Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto menganalisis, selain dukungan dari kenaikan harga minyak sawit mentah, kinerja produsen minyak sawit akan meningkat karena pemerintah telah mengembalikan kebijakan ekspor CPO.

"Kebijakan pemerintah membuka kembali ekspor menjadi potensi besar bagi saham-saham yang mau IPO. Tetapi memang perlu dicermati juga iklim investasinya bagaimana. Tapi kalau emiten sawit sih, saat ini sedang booming, pasti ada saja yang mau beli," ungkapnya, di Jakarta, Jumat (17/6).

Sebelumnya, di awal tahun, pemerintah menaikkan batas maksimal ekspor atau domestic market obligation (DMO) dari 20 persen menjadi 30 persen dari total produksi. Saat ini, kebijakan kembali ke DMO 20 persen sejak 23 Mei 2022.

Dia mengatakan, untuk saham emiten sawit yang sudah terlebih dahulu tercatat di Bursa Efek Indonesia hampir semua mencatatkan kenaikan harga.

Baca juga : Cerdaskan Anak-anak Pulau Sumba, PLN Beri Bantuan Laptop dan Internet

Dia mencontohkan, sejak awal tahun, harga saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) naik dari 9.000 menjadi 12.000 per saham. Saham PT London Sumatera Tbk (LSIP) menguat dari 1.100 menjadi 1.200 per saham.

Namun, David mengemukakan, kenaikan harga saham emiten sawit memang tidak sebesar kenaikan harga CPO. Kondisi ini, menurutnya, terjadi karena pasar masih mencermati konsistensi kebijakan pemerintah. Sejumlah perusahaan sawit juga masih perlu waktu menegosiasikan kontrak baru yang sempat terputus akibat kebijakan menambah kuota larangan ekspor di awal tahun.

"Potensi kenaikan harga saham emiten sawit besar. Tetapi belum melonjak karena adanya kebijakan tadi. Nanti ada nggak boleh ekspor, ada DMO dan sebagainya. Ini yang membuat harganya melonjak tidak terlalu signfikan," ujar David yang juga Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI).

David pun meyakini dengan diterapkannya mekanisme pasar terbatas atau menambah kuota ekspor CPO menjadi 80 persen kembali, kinerja perusahaan sawit akan meningkat tahun ini dan cepat atau lambat akan diikuti oleh kenaikan harga saham emiten CPO.

"Pasti akan meningkatkan kinerja perusahaan sawit. Bayangkan saja, harga CPO di dunia meningkat signifikan. Otomatis di dalam negeri juga harganya ikut naik," tambahnya.

Baca juga : RI Perluas Pasar Ekspor CPO Dan Migor Ke Pakistan

Data Chicago Mercantile Exchange Group menunjukkan harga CPO naik signifikan sejak akhir 2020. Pada Desember 2020, harga CPO naik ke atas USD 1.000 per Metrik Ton (MT) untuk pertama kali sejak Oktober 2012, yaitu ke posisi USD 1.016,37 per MT.

Kenaikan harga terus berlanjut dan untuk kontrak perdagangan tanggal 13 Juni 2022, harga CPO telah mencapai USD1.339,25 per MT. Di sisi lain, dia mengatakan selain meningkatkan pendapatan produsen sawit, kebijakan pemerintah menerapkan mekanisme pasar juga akan mendapatkan harga efisien di dalam negeri. Tetapi, memang perlu pengawasan DMO 20 persen agar kemampuan industri di dalam negeri terlindungi.

Keuntungan lain, jelas David, mekanisme pasar akan mengurangi bahkan menghilangkan praktik mafia atau suap menyuap kebijakan ekspor karena tidak terjadi disparitas harga di dalam dan di luar negeri. Kondisi ini akan membantu masyarakat mendapatkan harga efisien. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.