Dark/Light Mode

RI Harus Punya Ekosistem Sendiri

Erick: Sinergi BUMN-Universitas, Modal Penting Di Era Disrupsi Digital

Selasa, 5 Juli 2022 15:44 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir dalam kuliah umum di Unsoed Purwokerto, Jawa Tengah, Selasa (5/7). (Foto: Humas BUMN)
Menteri BUMN Erick Thohir dalam kuliah umum di Unsoed Purwokerto, Jawa Tengah, Selasa (5/7). (Foto: Humas BUMN)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian BUMN berkomitmen meningkatkan kesiapan para generasi muda, untuk berdaya saing dalam era disrupsi.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, generasi muda, dalam hal ini mahasiwa, merupakan ujung tombak dalam mewujudkan Indonesia menjadi negara dengan ekonomi terbesar keempat dunia pada 2045.

 

 

Baca juga : Jadikan Belajar Mengasikan, Dosen Universitas Mercu Buana Asah Kreatifitas Digital

"Sudah waktunya, kalian mengisi. Jangan kebiasaan menjadi penonton. Negara kita kaya sumber daya alam (SDA) dan punya market besar. Tapi, dari zaman Belanda, dipakai untuk pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan pekerjaan negara lain," ujar Erick dalam kuliah umum bertajuk "Kolaborasi BUMN dan Perguruan Tinggi dalam Menciptakan Generasi Digital di era Disrupsi" di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jawa Tengah, Selasa (5/7).

Di hadapan ribuan mahasiswa Unsoed, Erick menyebut Indonesia harus punya ekosistem sendiri. Jangan lagi tergantung pada ekosistem negara lain. Baik China atau Amerika Serikat (AS).

Erick tak ingin, tren pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali menjadi sumber bagi perekonomian negara lain.

Menurutnya, saat ini, Indonesia sedang menghadapi tantangan lima disrupsi global. Mulai dari geo-ekonomi, demografi, lingkungan, kesehatan, dan teknologi.

Baca juga : Erick Thohir: Saya Bisa Merasakan Kegalauan Petugas Di Lapangan

Dalam kesempatan itu, Erick juga memaparkan situasi perang Rusia-Ukraina, yang menjadi penyebab utama timbulnya geo-ekonomi, dan berdampak pada terganggunya rantai pasok dunia.

Kondisi tersebut, tentu mempengaruhi Indonesia, yang selama ini masih impor BBM.

"Kalau benar Rusia menyetop produksi minyaknya, harga minyak akan menyentuh angka 380 dolar AS per barel. Hari ini, Indonesia adalah negara yang impor BBM. Bukan swasembada BBM," papar Erick.

Mantan Presiden Inter Milan itu menjelaskan, pemerintah mengeluarkan Rp 350 triliun untuk mensubsidi BBM dan listrik. Dengan catatan, harga minyak per barel berkisar 100 sampai 110 dolar AS.

Baca juga : Menteri Erick Ajak Generasi Milenial Kembangkan Ekonomi Digital

"Kalau 380 dolar AS per barel, kita harus subsidi Rp 1.400 triliun. Nggak sanggup. Data-data menunjukkan, 60 negara akan menuju kebangkrutan. Kalau disiplin, Insya Allah Indonesia tidak termasuk," beber Erick.

Disrupsi Digital

Tantangan yang sangat penting kita hadapi saat ini adalah disrupsi digital. Ini akan mengubah kehidupan manusia, termasuk soal lapangan pekerjaan.

Erick menuturkan, tumbuhnya jenis pekerjaan baru akibat disrupsi digital, tak sebanding dengan hilangnya jenis pekerjaan lama.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.