Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Konsolidasi BSI Dan UUS BTN Perkuat Fokus Bank Pelat Merah

Jumat, 29 Juli 2022 16:30 WIB
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Konsolidasi PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI dengan Unit Usaha Syariah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk alias UUS BTN melalui proses akuisisi, dinilai akan meningkatkan fokus bisnis setiap bank pelat merah.  

Anggota Komisi VI DPR Nusron Wahid mengatakan, BTN dapat fokus menggarap Kredit Pemilikan Rumah (KPR) konvensional. Sedangkan BSI dengan mengakuisisi UUS BTN, bakal semakin kuat menyalurkan pembiayaan berskema syariah, termasuk untuk kepemilikan rumah.

“Memang sudah saatnya masing-masing bank Pemerintah fokus di lini bisnis, sehingga mampu mengembangkan ekosistemnya,” kata Nusron belum lama ini.

Nusron mengatakan, aksi korporasi yang direncanakan oleh Kementerian BUMN itu, akan memberikan banyak manfaat bagi seluruh stakeholder. Khususnya terkait pengembangan keuangan syariah. Sebab, kinerja BTN Syariah akan lebih optimal bila bergabung dengan BSI.

Mengutip laporan keuangan masing-masing bank, per Maret 2022, BSI memiliki kemampuan lebih baik dalam mengelola pembiayaan bermasalah. Tercermin dari rasio Non-Performing Financing (NPF) Gross bank sebesar 2,91 persen dan NPF net 0,9 persen.

Baca juga : Bamsoet Dukung Kerja Sama Perkuat Industri Pertahanan RI-Korea Selatan

Pada periode yang sama, rasio NPL gross BTN 3,6 persen dan NPL net 1,28 persen. Hal ini diikuti dengan likuditas BSI yang lebih memadai, di mana rasio pembiayaan terhadap tabungan sebesar 74,37 persen, sedangkan BTN 95,39 persen.

Sebagaimana diketahui, salah satu rancangan kerja Kementerian BUMN saat ini terhadap bank pelat merah, yakni menentukan fokus dari masing-masing bank.

Menteri BUMN Erick Thohir menugaskan BRI menggarap pasar UMKM, Bank Mandiri menyasar korporasi, BNI menjadi bank internasional dan BTN memperkuat fokus di bidang perumahan untuk mengurangi angka backlog dan membantu masyarakat memiliki rumah.

Adapun saat ini, BSI tengah menunggu untuk mengubah status dari anak usaha BUMN menjadi bank BUMN. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BSI pada Mei 2022, seluruh pemegang saham telah sepakat Pemerintah Indonesia memiliki saham Seri A Dwiwarna di perseroan.

Sebelum Saham Seri A Dwiwarna masuk, pemegang saham BSI adalah Bank Mandiri (50,83 persen), BNI (24,85 persen), BRI (17,25 persen) dan publik (7,08 persen).

Baca juga : Teken MoU, Pertalife Dan Badak NGL Perkuat Asuransi Karyawan

Sebelumnya, pengamat BUMN dari Universitas Indonesia Toto Pranoto mengatakan, untuk mendorong akses pembiayaan perumahan, industri membutuhkan bank syariah besar dengan kemampuan penyaluran pinjaman yang mumpuni, sehingga pasar tergarap optimal. Terlebih, KPR Syariah memiliki keunggulan cicilan yang tetap.  

“Dari sisi (UUS) BTN Syariah, mereka bisa mendapatkan dukungan pendanaan cukup besar dari BSI yang masuk kategori bank buku 3. Demikian pula branding BSI sebagai bank syariah besar milik negara, bisa meningkatkan branding BTN Syariah kepada calon potensial customer,” kata Toto.

Hal itu senada data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menyebut KPR syariah berkontribusi sebesar 15,6 persen per Februari 2022. Angka ini naik 220 basis poin (bps) bila dibandingkan dengan kondisi pada 2017 yakni sekitar 13,4 persen.

Data tersebut sejalan dengan hasil survei Consumer Sentiment Study H1 2022 yang dirilis Rumah.com. Yaitu sebanyak 27 persen responden lebih tertarik menggunakan pembiayaan skema syariah. Sedangkan peminat KPR konvensional hanya 21 persen.

Selain itu, OJK juga mencatat pertumbuhan KPR syariah yang selalu berada di atas rata-rata industri. Pada 2020 contohnya, total portofolio KPR terpukul pandemi, sehingga pertumbuhannya melambat menjadi 4,6 persen secara tahunan (year on year/yoy), dari sebelumnya 8,5 persen yoy.

Baca juga : Koalisi Dan 3 Pasangan Capres

Pada periode yang sama, KPR syariah tumbuh 11,4 persen yoy, sedangkan KPR konvensional 3,5 persen yoy. Per Februari 2022, jurang pertumbuhan KPR syariah dan KPR konvensional hampir menipis, yakni 11,0 persen yoy dan 10,1 persen yoy.

Sebelumnya, rencana BSI mengakuisisi BTN Syariah mencuat seiring dengan pernyataan Erick Thohir awal tahun ini. Dia berharap, UUS BTN akan memperkuat posisi sekaligus memperbesar kapasitas BSI.

Lebih rinci, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, konsolidasi ini merupakan visi Pemerintah untuk terus mendorong penguatan ekonomi dan perbankan syariah melalui BSI. Dengan demikian, BSI dapat memperbesar dan memperkuat posisinya dalam hal kapitalisasi pasar.

Menurutnya, untuk memperkuat perbankan dan ekosistem ekonomi syariah, konsolidasi menjadi penting. Sehingga BSI dan UUS BTN tidak berjalan masing-masing. Selain itu, aset juga dapat tumbuh menjadi lebih besar lagi.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.