Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Ini Strategi Agregator Genjot Ekspor UMKM Kriya Dan Wastra
Jumat, 9 September 2022 14:40 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Kontribusi agregator perusahaan besar dalam mengkonsolidasikan para pelaku UMKM untuk menembus pasar ekspor, khususnya di sektor kriya dan wastra tidak main-main.
Sebut saja PT Sarinah Indonesia (Persero), Alun-Alun Indonesia, Out of Asia, hingga Du’Anyam sebagai contoh sukses peran agregator mengantarkan UMKM naik kelas ke pasar ekspor global.
Presiden Direktur Out of Asia, Handaka Santosa menceritakan, berdiri sejak 15 tahun lalu, Out of Asia telah malang melintang di dunia ekspor produk-produk kerajinan tangan ke berbagai negara bahkan hampir di lima benua. Saat ini, Out of Asia juga telah menggandeng lebih dari 10.000 perajin dari empat pulau di Indonesia (Sumatera, Jawa, Bali, dan NTT).
Out of Asia yang merupakan bagian dari MAP yang 100 persen usahanya ekspor. "Kalau orang tahunya MAP itu Zara, Sogo, dan lainnya, Out of Asia justru hadir menjadi agregator produk kerajinan dalam negeri khususnya UMKM, yang kemudian dipasarkan ke luar negeri,” jelasnya dalam diskusi panel Cerita Kriya bertajuk ‘Akselerasi Kriya: Strategi dan Konsolidasi UMKM Naik Kelas Pasar Ekspor’ di Gedung Art Bali, Bali Collection, The Nusa Dua, yang dikutip, Jumat (9/9).
“Produk yang kami kurasi dari UMKM ini telah diekspor ke lebih dari 5.000 toko di 5 benua. Para pembelinya itu H&M Home, Marks and Spencer, Zara Home, The Body Shop, Dunelm, L&M Home, Pottery Barn, World Market, dan masih banyak lagi,” kata Handaka.
Baca juga : Dekranas-Kemenkop UKM Cetak Ekosistem Bisnis Perajin Kriya Dan Wastra
Out of Asia katanya, berkomitmen untuk memberdayakan potensi masyarakat dan UMKM dengan melakukan beberapa pelatihan pembuatan barang kerajinan untuk tujuan ekspor di beberapa wilayah. Seperti Kroya, Grobogan, Lombok, Kebumen, dan beberapa daerah di seputar Yogyakarta.
Selanjutnya, Direktur Alun Alun Indonesia Kreasi Catharina Widjaja mengatakan, Alun Alun Indonesia menawarkan berbagai produk Indonesia yang berkualitas mulai dari produk fesyen, aksesoris, aneka kain nusantara, produk living, perhiasan, aneka produk spa, ragam produk antik, aneka makanan olahan, dan produk kriya lainnya. Total sekitar 80 persen merupakan produk UMKM dari perajin perempuan.
“Akhir tahun ini, kami akan membuka satu toko di Hainan, China di mana kawasan Hainan ini mirip dengan Bali. Di sana kami akan membawa produk UMKM yang sudah dikurasi. Strategi kami dalam ekspor UMKM adalah dengan mengkurasi dan menyiapkan mereka cocok di tempatkan di negara tersebut. Memberi informasi dan pengetahuan, apa saja yang sedang dibutuhkan pasar,” katanya.
Sementara, Direktur Utama Sarinah Indonesia, Fetty Kwartati telah sukses melakukan berbagai transformasi, memastikan saat ini produk yang dijual di Sarinah 100 persen lokal. Menurutnya, dari awal Sarinah memang dibangun dengan tujuan membantu ekonomi rakyat dan mendorong UMKM naik kelas.
“Untuk itu kami terus menggandeng KemenKopUKM untuk mengurusi yang di hulu, sedangkan kami urus yang di hilirnya,” kata Fetty.
Baca juga : Dorong Pelaku UMKM Genjot Ekspor, LPEI Sinergi Dengan BNI
Tujuan transformasi yang dilakukan, kata Fetty, membuat Sarinah bukan lagi sebagai agregator saja bahkan menjadi super agregator yang memiliki brand pemersatu di Indonesia. “Sarinah bukan hanya pusat belanja, tapi Sarinah adalah gerakan formalitas Bangga Buatan Indonesia (BBI). Sarinah tak hanya hadir domestik tapi juga mancanegara,” katanya.
Tak hanya itu, Sarinah juga menjadi retail operator untuk BUMN dan stakeholder lainnya. Sehingga dari sisi pembiayaan, Sarinah didukung pembiayaan oleh BUMN lain mulai dari LPEI hingga Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), serta memberikan pembinaan UMKM khususnya di bidang retail management, branding, hingga visualisasi produk.
Setelah transformasi, Sarinah kini dikunjungi 20.000-30.000 orang saat weekday, dan 40.000 pengunjung saat weekend.
Tak ingin ketinggalan, Co Founder Du’Anyam Hanna Keraf hadir menjadi usaha sosial (social enterprise) bidang kriya yang unggul karena sistem rantai pasok (supply chain) yang kuat dan terpadu bagi 1.400 lebih perajin yang telah dilatih di 54 desa yang berada di NTT, Papua, dan Kalimantan Selatan.
“Sebanyak 200 ribu produk anyaman khas kami telah terjual kepada lebih dari 500 pembeli yang berasal dari korporat dan hotel (business to business/B2B). Tak heran rata-rata peningkatan pendapatan perajin tumbuh 40 persen dan 105 persen terjadi peningkatan pendapatan penganyam,” kata Hanna.
Baca juga : IKN Jadi Angin Segar Pelaku UMKM Ekowisata Kaltim
Terkait hal ini, Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki menekankan, dalam mengembangkan kriya dan wastra memang tak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Untuk itu, kehadiran agregator sangat diperlukan dalam mewujudkan UMKM ekspor dan agar UMKM berdaya saing tinggi.
“Saya kira apa yang sudah kita lakukan on the track. Konsolidasi dan koneksikan UMKM dengan market, serta pembiayaan tergabung untuk membangun seluruh ekosistem yang dibutuhkan,” kata Menkop UKM Teten Masduki
Teten melanjutkan, ia tidak ingin UMKM hanya sekadar bertahan, namun bisa terus tumbuh dan berkembang. Indonesia memiliki kekuatan sumber daya manusia (SDM) yang inovatif dalam menciptakan suatu produk. “Saya sudah keliling daerah, sebagian besar para pelaku UMKM punya spirit untuk tumbuh dan bersaing,” ujarnya.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya