Dark/Light Mode

Investasi Swasta AS Bisa Sumbang Pemulihan Ekonomi Indonesia

Jumat, 28 Oktober 2022 07:08 WIB
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto/Ist
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Pakar ekonomi dari Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi mengungkapkan, perusahaan swasta lebih berpeluang masuk ke Indonesia dibanding perusahaan pemerintah.

"Pemerintahan Amerika Serikat masih ragu-ragu dalam segala hal. Saya tidak terlalu membayangkan ini akan bisa cepat," kata Fithra di Jakarta, Kamis (27/10). 

Oleh sebab itu, Fithra menyarankan Pemerintah Indonesia mendorong kerja sama dengan sektor swasta AS. 

“Jadi, pendekatannya harus lebih ke bisnis sih, ketimbang hanya ke Pemerintah AS," ujarnya.

Baca juga : Prof. Soebroto: Hulu Migas Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Menurutnya, pemerintah patut merealisasikan pemindahan basis produksi utama dari China ke Indonesia. Sebab, Indonesia saat ini punya kelebihan input produksi sebagai dampak dari hilirisasi produksi yang dibutuhkan industri.

"Seharusnya investasi ke depan bisa lebih banyak kita terima, karena negara-negara di Barat, Eropa, sama seperti China, sedang kelimpungan mencari sumber daya," ujarnya.

Menurutnya, Indonesia dan ASEAN mendapati keuntungan atas dua faktor selama pandemi dan usai pandemi, yakni China Factor dan Relocation Factor

Ekonomi China memang pulih lebih cepat dibanding negara lain. Namun, industri China masih belum optimal sehingga membutuhkan input produksi dari negara-negara di ASEAN.  Sedangkan relocation factor terjadi pada negara selain China, seperti AS, Eropa dan Jepang. Negara-negara itu cenderung ingin memperlebar portofolio produksi dan investasi.

Baca juga : Sektor Swasta AS Tak Sabar Lebarkan Usaha Di Indonesia

Menurut Fithra, selama ini negara tersebut tergantung dengan China dalam jaringan rantai pasokan global (global supply chain network). 

Tetapi karena risiko selama pandemi dan geopolitik, membuat hal yang terlalu terkonsentrasi menjadikan mitigasi risiko menjadi lebih sulit dilakukan.

"Mereka sekarang tidak hanya mengejar efisiensi, juga resiliensi. Mereka melebarkan portofolio produksi dan investasi justru ke ASEAN, dalam konteks ini Indonesia," jelas Fithra.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan pandangan analitis mengenai kinerja ekonomi Indonesia di tengah-tengah tantangan global, dalam Gala Dinner yang diselenggarakan oleh United States-Indonesia Society (USINDO) di Washington D.C, Selasa (25/10). 

Baca juga : Hima Persis: Sumpah Pemuda, Momentum Kebangkitan Entrepreneur Muda Indonesia

Menurutnya, ketahanan dan kinerja ekonomi Indonesia, ditambah dengan penentuan posisi geopolitik yang seimbang serta kebijakan luar negeri yang cekatan, telah menempatkan Indonesia pada posisi yang kuat untuk menghadapi tantangan politik dan ekonomi.

“Ini sebagai imbas dari pandemi, disrupsi rantai pasok dan konflik Rusia-Ukraina,” ujar Ketua Umum Golkar itu.

Pada kesempatan itu, Co-Chair USINDO Robert Blake menekankan, Indonesia memiliki indikator ekonomi yang kuat. Seperti meningkatnya ekspor, tingkat inflasi yang relatif rendah, situasi pasar saham yang terus mengalami penguatan.

"Perusahaan swasta Amerika Serikat saat ini menanti kabar lebih lanjut dari Pemerintah Indonesia untuk melebarkan ekspansi usahanya di Indonesia,” kata Blake.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.