Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

ARLI Dan KADIN China Teken Kerja Sama Perdagangan Rumput Laut

Jumat, 11 November 2022 21:23 WIB
Penandatangan nota kesepahaman ARLI dengan China Chamber of Commerce of Import & Export of Foodstuffs, Native Produce and Animal By-Products (CFNA). (Foto: Ist)
Penandatangan nota kesepahaman ARLI dengan China Chamber of Commerce of Import & Export of Foodstuffs, Native Produce and Animal By-Products (CFNA). (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) yang merupakan anggota luar biasa Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia meningkatkan kerja sama perdagangan rumput laut dengan China.

Kerja sama itu ditandai dengan penandatangan nota kesepahaman ARLI dengan China Chamber of Commerce of Import & Export of Foodstuffs, Native Produce and Animal By-Products (CFNA) atau KADIN China. Kerja sama terkait perdagangan, pertukaran informasi serta dukungan, upaya penyelesaian kendala dan promosi melalui situs jaringan.

Penandatanganan nota kesepahaman yang diinisiasi oleh Kementerian Perdagangan bersama Kedutaan Besar RI untuk China ini berlangsung di Kantor Kementerian Perdagangan di Jakarta, Jumat (11/11). Sementara pada saat yang bersamaan pihak China juga melakukan penandatanganan di Beijing.

Baca juga : Gandeng SNC, KSPSI Kerja Sama Advokasi Pekerja Migran

Ketua Umum ARLI, Safari Azis mengatakan, China merupakan pangsa pasar terbesar. Mereka menyerap 70 persen ekspor rumput laut Indonesia baik berupa bahan baku maupun produk olahan. Meski begitu, masih terdapat kendala yang terkait dengan regulasi atau kebijakan yang dikeluarkan oleh masing-masing otoritas kompeten, sehingga perlu untuk melakukan upaya mediasi melalui Kamar Dagang China tersebut.

"Khususnya mengingat rumput laut adalah komoditi Non-Animal Origin atau bukan berasal dari hewan, sehingga diperlukan adanya pengecualian atau pembedaan perlakuan dengan komoditi perikanan lainnya. Di samping itu situasi rumput laut secara global juga membutuhkan sebuah kerja sama dalam bidang penelitian dan pengembangan serta penanganan isu atau kampanye negative terkait rumput laut dan produk olahannya," papar Safari yang juga Ketua Komite Tetap KADIN Indonesia Bidang Asosiasi Industri Pertanian, Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Pengolahan Makanan.

Menanggapi tentang maraknya upaya yang dilakukan untuk menarik investasi di sektor komoditi rumput laut, Safari menegaskan, perlu adanya kehati-hatian dalam membuka peluang investasi tersebut agar jangan sampai mematikan pelaku usaha yang sudah ada. Selain itu perlu ada pemahaman tentang jenis-jenis dan turunannya serta ekosistem hulu-hilir industri rumput laut, agar pengembangannya sesuai dengan kebutuhan pasar.

Baca juga : KADIN Gelar Net Zero Summit 2022 Bahas Pengurangan Emisi Karbon

"Sebaiknya peningkatan produksi budidaya rumput laut di sektor hulu dan peningkatan daya saing industri pengolahan di sektor hilir menjadi fokus utama Indonesia saat ini. ARLI telah menyampaikan beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pengambil kebijakan," kata Safari.

Dia juga prihatin terhadap adanya sejumlah pabrik pengolahan rumput laut yang dibangun oleh pemerintah namun belum beroperasi hingga saat ini. Kehadiran investor dengan dukungan modal dan teknologi tentunya diharapkan dapat pula menyelamatkan aset negara.

"Perlu juga memberikan prioritas kepada investor yang akan mendirikan pabrik pengolahan rumput laut yang tidak mengolah dari bahan baku rumput laut kering, melainkan produk setengah jadi hasil produksi pabrik pengolahan yang sudah ada. Ini untuk menjaga keberlangsungan dan keseimbangan usaha," ungkap Safari.

Baca juga : Wapres Tingkatkan Kerja Sama Perdagangan Dengan Mesir

Selain itu, lanjut dia, diharapkan juga adanya industri pengolahan yang mengolah jenis rumput laut selain Eucheuma dan Gracilaria, agar ketersediaan bahan baku untuk memproduksi Hidrokoloid yang saat ini masih terbatas, tidak terganggu.

"Dan tentunya yang masih bisa terus dikembangkan adalah pabrik pengolahan rumput laut untuk menghasilkan pupuk, pakan ternak, sumber energi, bio-plastik dan lain sebagainya," pungkas Safari.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.