Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

BUMN Serukan Kolaborasi Hadapi Krisis

Stok Pangan Indonesia Ranking Ke-37 Di Dunia

Rabu, 16 November 2022 07:30 WIB
Pertemuan bisnis antara ID Food dan perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA) dan pelaku usaha pangan, di Bali. (ANTARA/HO-ID Food).
Pertemuan bisnis antara ID Food dan perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA) dan pelaku usaha pangan, di Bali. (ANTARA/HO-ID Food).

RM.id  Rakyat Merdeka - Untuk meningkatkan produktivitas pangan, Pemerintah disarankan mengandalkan pemanfaatan teknologi daripada melakukan ekstensifikasi lahan hutan dan gambut. Sebab, hal tersebut diyakini lebih efektif dan ramah lingkungan.

Head of Agriculture Research dari Center for Indonesian policy Studies (CIPS) Aditya Alta menilai positif langkah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menggenjot kerja sama dengan banyak pihak dari dalam dan luar negeri untuk mengantisipasi krisis pangan global.

“Dalam kondisi sepert sekarang ini, menjalin kerja sama dengan banyak pihak memang harus dilakukan,” kata Adytia kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Baca juga : Jokowi Bikin Indonesia Diperhitungkan Dunia

Namun yang tak kalah penting, ditekankan Aditya, Pemerintah harus memberikan dukungan pada riset dan inovasi. Termasuk peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor pertanian agar lebih produktif.

Pasalnya, selama ini yang menjadi permasalahan ketahanan pangan yaitu terkait lumbung pangan, keterjangkauan dan keragaman pangan. Jadi bukan cuma soal ketersediaan saja.

Ia menyebutkan, Global Food Security Index dari the Economist Intelligence Unit mencatat, bahwa Indonesia berada di peringkat 37 dari 113 negara dalam kategori ketersediaan. Untuk kategori keterjangkauan, Indonesia menempati peringkat 54. Dan, untuk kategori kualitas dan keamanan, termasuk di dalamnya keragaman pangan, berada di urutan 95.

Baca juga : Gandeng BRIN, Angkasa Pura II Perkuat Korporasi Hadapi Krisis Global

“Indonesia disebut sudah mencapai swasembada dalam pengadaan beras, karena memenuhi sebagian besar kebutuhannya dari produksi dalam negeri,” katanya.

Meski demikian, ia mengingatkan bahwa program swasembada pangan yang mengandalkan perluasan lahan. Terutama alih fungsi lahan hutan dan gambut, tidak efektif dalam menjamin peningkatan produksi dan produktivitas pangan.

Justru, papar dia, alih fungsi lahan hutan dan gambut ini dikhawatirkan dapat merusak lingkungan serta memperparah krisis iklim.

Baca juga : B20 Summit, Telkom Kolaborasi Dengan Indosat Genjot Ekonomi Digital

Karena itu, pihaknya merekomendasikan, agar peningkatan produktivitas komoditas pangan dilakukan tanpa melalui ekstensifikasi lahan. Tetapi dengan investasi, mekanisasi dan adopsi teknologi pertanian. Serta teknik budidaya yang baik, perluasan jaringan irigasi dan mitigasi perubahan iklim dengan modifikasi cuaca.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.