Dark/Light Mode

Negeri Kanguru Penghasil Lithium Terbesar Dunia

Bahlil Ajak Australia Sinergi Garap Hilirisasi Tambang…

Kamis, 17 November 2022 06:30 WIB
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahada­lia.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahada­lia.

RM.id  Rakyat Merdeka - Australia dan Indonesia merupakan negara penghasil tambang komponen industri baterai. Karena itu, Menteri Bahlil mengajak Negeri Kanguru berkolaborasi untuk memperkuat perekonomian kedua negara.

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahada­lia melakukan penjajakan kerja sama dengan sejumlah negara di gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali. Di antaranya dengan Australia dan Kanada.

Bahlil bertemu dengan Sek­retaris Parlemen Negara Bagian Australia Barat Jessica Jane Shaw di Nusa Dua, Bali, Min­ggu (13/11). Dalam pertemuan itu, Bahlil menyampaikan komitmen Pemerintah mendor­ong investasi hijau yang ramah lingkungan dan berkelanjutan melalui pengembangan eko­sistem industri kendaraan listrik terintegrasi.

Baca juga : Ketemu Menteri Kanada, Bahlil Ajak Bikin Organisasi Negara Pengekspor Nikel

Menurut Bahlil, saat ini meru­pakan momentum yang tepat bagi Indonesia dan Australia untuk memperkuat hubungan perekonomian, khususnya da­lam hal investasi. Indonesia dan Australia memiliki kekuatan di sektor pertambangan. Australia memiliki keunggulan sebagai penghasil lithium terbesar di dunia. Dan, Indonesia merupa­kan penghasil nikel.

Bahlil menjelaskan, 40 persen komponen kendaraan listrik adalah baterai. Sedangkan, ba­han baku penting dalam baterai yaitu nikel, mangan, cobalt, dan lithium. Dan, untuk lithium merupakan bahan mineral yang tidak dimiliki oleh Indonesia.

“Indonesia memiliki pasar yang besar dalam industri ken­daraan listrik dengan pemain-pemain global besar yang sudah berinvestasi seperti LG, Fox­conn, CATL. Ini merupakan sebuah peluang besar yang dapat dijajaki antara Indonesia dan Australia dengan konsep saling menguntungkan, dalam rangka meningkatkan perekonomian kedua negara,” ujar Bahlil.

Baca juga : Bos OJK Ajak Kerja Sama Antar Negara Hadapi Tantangan Ekonomi

Shaw menyambut positif aja­kan Bahlil. Menurutnya, dengan adanya 50 persen cadangan lithium dunia di Australia Barat, serta letak geografis Australia yang strategis terhadap Indone­sia. Hal ini merupakan langkah tepat untuk Indonesia memper­oleh bahan baku lithium dari Australia. Dan, bersinergi dalam pengembangan ekosistem kend­araan listrik.

“Seperti Indonesia, Pemerintah Australia juga memiliki ketertarikan dalam hal hilirisasi. Sehingga, ada peluang untuk melakukan kolaborasi dan sharing knowledge antara kedua negara,” ujar Shaw.

Selanjutnya Bahlil bertemu Menteri Perdagangan Interna­sional, Promosi Ekspor, Usaha Kecil dan Pembangunan Ekono­mi Kanada Mary Ng. Pertemuan digelar pada hari Selasa (15/11). Dalam pertemuan itu, Bahlil mengusulkan inisiatif untuk mendirikan organisasi negara-negara penghasil nikel seperti organisasi negara pengekspor minyak atau OPEC.

Baca juga : BNPT Ajak Alumni Pesantren Sebarkan Narasi Agama Damai

Dalam pertemuan, kedua pe­jabat itu mengeksplor peluang kerja sama kedua negara dan kolaborasi untuk optimalisa­si sumber daya alam secara berkelanjutan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.