Dark/Light Mode

Hadapi Tekanan Ekonomi Global, Indonesia Jaga Perekonomian Domestik

Rabu, 23 November 2022 08:50 WIB
Foto: Ilustrasi/Ist
Foto: Ilustrasi/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan, pemerintah belum perlu melakukan extra effort atau menambah kebijakan terkait beratnya prospek perekonomian global. Asal, pemerintah mampu menjaga perekonomian dalam negeri.

“Bagaimana menjaga perekonomian domestik tidak terganggu, karena ekonomi domestik sedang mengalami pemulihan. Dan di tengah kondisi global, andalan kita adalah permintaan domestik, pasar dalam negeri, jangan sampai ada gangguan,” jelas Piter, Selasa (22/11). 

Menurut Piter, tidak ada pejabat yang mengatakan kita akan alami resesi, kondisi yang suram. Namun, ada kesamaan pandangan bahwa kita harus hati-hati. 

“Kondisi global memang berat, jadi kita harus hati- hati. Bagaimanapun kita bisa terdampak jika tidak mengambil keputusan benar,” kata Piter.

Baca juga : Digoyang Gempa Cianjur, Pemimpin Dunia Berduka

Begitupula dengan aksi BI menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 5,25 persen, dianggap sebagai langkah yang tepat. 

“Justru kenaikan suku bunga itu untuk meredam inflasi, tidak sekadar meredam pelemahan nilai tukar. Kenaikan suku bunga juga bisa meredam inflasi. Artinya, pengetatan demand, menurunkan demand, dalam rangka untuk mengurangi tekanan inflasi,“ tandas Piter.

Prospek ekonomi global diprediksi akan melambat dan mempengaruhi Indonesia. Hal itu telah berulang kali disampaikan oleh pejabat pemerintah. Tidak hanya Presiden Jokowi, juga Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Keuangan Sri Mulyani. 

Sementara, Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengungkapkan, hal terpenting dalam menghadapi gejolak ekonomi global, yakni sinergitas antara kebijakan moneter dan fiskal.

Baca juga : Tiga Singa Pesta Gol, Iran Dibantai 6-2

"Sinergitas kebijakan moneter dan fiskal penting dilakukan, mengingat kondisi resesi global semakin mendekati kenyataan," terangnya.

Menurutnya, instrumen kebijakan fiskal dan moneter juga patut difokuskan untuk menjaga inflasi pada titik keseimbangan.

“Keseimbangan inflasi menjadi penting, di mana inflasi harus dijaga agar tidak terlampau tinggi dengan instrumen moneter dan fiskal," ujarnya.

Nailul mengatakan, dari sisi moneter, kenaikan suku bunga acuan memang bisa mengendalikan inflasi, namun berdampak kepada perekonomian melambat. 

Baca juga : 99 Persen UKM Di Indonesia Yakini ESG Jadi Prioritas

Sedangkan dari sisi fiskal, instrumen stok barang harus dilakukan untuk mengendalikan harga komoditas dalam negeri. 

Menurut Nailul, BI telah mengambil peran dengan menaikkan suku bunga, sehingga sekarang adalah tugas pemerintah untuk menjalankan kebijakan fiskal.

"Makanya Pak Perry Warjiyo (Gubernur BI) menekankan sinergi. Karena BI sudah naikin suku bunga acuan berkali-kali. Giliran pemerintah eksekutif dari sisi fiskalnya," pungkasnya.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.