Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Tekanan Ekonomi Global Tak Berdampak Besar Ke Indonesia

Jumat, 9 Desember 2022 19:25 WIB
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto/Ist
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, tahun depan adalah tahun pertaruhan Indonesia.

“Kita berharap Indonesia bisa lepas landas. Sudah dua tahun ini kita bisa survive, tinggal tahun depan lagi kita harus bisa bertahan, dan pada saat itu tidak banyak juga negara yang bisa take off seperti Indonesia,” kata Airlangga, Jumat (9/12).

Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini mengatakan, momentum keberhasilan Presidensi G20 Indonesia mampu memberikan dampak bagi keberlanjutan akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional, yang pada kuartal ketiga berhasil menembus 5,72 persen (yoy). 

Menanggapi itu, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 tumbuh ekspansi di angka 4,5-5 persen. Hal itu disebabkan adanya tekanan ekonomi global. 

Meski demikian, ekonomi Indonesia masih cenderung bertahan dibanding negara lain.

Baca juga : Menpora Banggakan Eko Raih Dua Perak Di Kejuaraan Dunia Angkat Besi

“Artinya, relatif masih kuat jika dibandingkan negara-negara lain yang mengalami perlambatan pertumbuhan," jelas Faisal.

Faisal menekankan, pertumbuhan ekonomi tahun depan memang agak menurun dibanding tahun ini, namun masih terbilang resilien. 

Menurut Faisal, perekonomian Indonesia disokong oleh ekonomi domestik. Konsumsi dalam negeri masih bagus. Sehingga tekanan global tidak banyak mereduksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, meski tetap berpengaruh.

Dia bilang, ketergantungan Indonesia terhadap perekonomian global tidak sebesar negara-negara lain. Sehingga dampak perlambatan ekonomi global lebih besar di negara-negara lain yang punya pasar lebih kecil, dan terintegrasi dengan ekonomi global lebih besar lewat perdagangan.

"Indonesia itu pasar dalam negerinya besar dan integrasi ke globalnya itu tidak sebesar negara-negara seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, apalagi Singapura. Makanya, daya tekannya tidak sebesar mereka, sehingga pelambatanya juga tidak sebesar mereka," pungkasnya.

Baca juga : BUMN dan MES Dorong Literasi dan Inklusivitas Ekonomi Syariah di Indonesia

Jaga Cadev

Analisis DCFX Lukman Leong menyarankan pemerintah menjaga cadangan devisa (cadev). Pasalnya, tahun depan mata uang dollar Amerika akan menjadi ‘safe haven’ jika terjadi perlambatan ekonomi. 

“Cadangan devisa sangat penting, begitu pula dengan investasi asing," kata Lukman, Jumat (9/12). 

Dana asing diproyeksi akan mengalir lewat investasi di sektor pertambangan, dan yang terkait dengan Electric Vehicle (EV).

Langkah Bank Sentral Amerika, The Fed, menempatkan suku bunga paling menarik di antara semua suku bunga. Dolar Amerika akan memberikan imbal hasil terbaik di tahun depan. 

Baca juga : Kirgizstan Belajar Penanganan Ekstrimis Dan Terorisme Dari Indonesia

Selain menjaga cadangan devisa, untuk menopang perekonomian Indonesia ke depan, Lukman mengatakan, perlunya kestabilan harga agar bisa menjaga daya beli masyarakat. 

“Tidak bisa dipungkiri, perekonomian kita ditopang oleh domestik ekonomi. Akan semakin kuat jika barang tersedia dan daya beli terjaga,” katanya.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.