Dark/Light Mode

Tak Cuma Seremonial, Kemitraan ASEAN-UE Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Kamis, 15 Desember 2022 15:40 WIB
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto/Ist
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, hubungan baik yang dijalin oleh negara-negara ASEAN dan Uni Eropa harus terus dilanjutkan. Tahun ini, hubungan bilateral ASEAN dan Uni Eropa telah memasuki tahun ke-45.

“Hubungan yang sudah berjalan baik ini harus dimanfaatkan dengan terus menjaga kolaborasi erat antara dua kawasan. Ekonomi Digital, Energi Hijau, serta sektor Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan beberapa contoh sektor potensial yang bisa dikembangkan,” kata Airlangga, Rabu (14/12).

Kemudian, Keketuaan Indonesia di ASEAN 2023 dan Presidensi Swedia di Uni Eropa 2023 diharapkan dapat membangun dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di kedua kawasan. 

“Kedua pihak tentunya ingin melakukan sinergi yang strategis, memanfaatkan peran penting Indonesia dan Swedia yang memegang Ke-ketua-an (Chairmanship) di kawasan masing – masing pada tahun 2023,” kata Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini. 

Menanggapi itu, pakar perdagangan ekonomi dunia dan politik internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Riza Noer Arfani mengatakan, ini momen bagi Indonesia untuk meningkatkan kerjasama ASEAN-Uni Eropa lebih dari sekadar seremonial belaka. 

“Dengan menjadi Ketua ASEAN bisa menekankan hubungan yang nondiplomatis, menghubungan antarindustri dan antarmasyarakat,” tegas Riza, Kamis (15/12).

Baca juga : Melani Suharli: Kemitraan BUMN Dan UMKM Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Agenda Kekuatan Indonesia di ASEAN 2023 dapat didorong untuk menghubungkan antar industri juga manusianya. 

“Selama ini hubungan kemitraan yang dijalin ASEAN dengan Uni Eropa, sebatas hubungan diplomatik, seremonial, kalau itu menguntungkan akan dijalankan,” jelas Riza.

Masih ada beberapa hal yang mengganjal dari hubungan ASEAN-Uni Eropa. Misalnya, masalah di komunitas sawit yang mendapatkan kampanye negatif dari negara-negara Uni Eropa. 

Kemudian tentang gugatan Uni Eropa terhadap Indonesia di WTO atas kasus Nikel. Pemerintah Indonesia melarang ekspor bahan mentah bijih nikel untuk mengembangkan hilirisasi produk dalam negeri. 

“Kepentingan Indonesia melarang ekspor bijih nikel untuk kepentingan kesejahteraan dalam negeri tidak dipertimbangkan. Sebagai gantinya mereka malah berperkara ke WTO.” ungkap Riza. 

Untuk itu, Riza kembali menegaskan, dalam Ke÷ketua-an Indonesia di ASEAN perlu ditegaskan kemitraan yang akan dilanjuti, kemitraan yang aktual, kepentingan bersama antara negara negara ini.

Baca juga : Pemerintah Dorong Pertumbuhan Start-Up di Sektor EBT

Jadi Jembatan

Saat perekonomian global tengah dilanda krisis multidimensional, perekonomian kawasan Asia Tenggara diproyeksikan masih tetap stabil dan tangguh menghadapi berbagai tantangan global. 

Hal ini selaras dengan proyeksi International Monetary Fund (IMF) yang menyatakan pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Tenggara akan mencapai 4,3% di tahun depan. Tidak terkecuali Indonesia.

Menurut Airlangga, pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan kinerja yang mengesankan, di mana pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal III-2022 telah melampaui pertumbuhan di periode sebelum masa pandemi di tahun 2019, dengan capaian pertumbuhan ekonomi sebesar 5,72%. 

“Kami memperkirakan pertumbuhan akan mencapai hingga 5,3%,” ujar Airlangga yang mewakili Presiden RI dalam sambutan kunci di the 10th ASEAN-EU Business Forum di Brussels, Selasa (13/12).

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Sugiyono Madelan Ibrahim mengungkapkan, Indonesia akan mampu memainkan peran besar sebagai Ketua ASEAN pada 2023. 

Baca juga : Hadiri KTT ASEAN-Uni Eropa, Jokowi Perkuat Hubungan Perdagangan

Sugiyono memprediksi, Indonesia mampu menjadi jembatan dalam bidang perekonomian antara ASEAN dan Uni Eropa.

Menurutnya, kondisi ekonomi ASEAN yang masih stabil akan sangat membantu meperlancar kerja sama dengan Uni Eropa. Belum lagi, kondisi Uni Eropa yang kini menghadapi kriris energi akibat perang Rusia-Ukraina.

"Negara-negara lain di ASEAN pun mendapat manfaat dari itu. Apalagi ketika sekarang ini pada tahun depan perkiraan ekonomi dunia melemah. Di Asia Tenggara kan tidak, termasuk utamanya Indonesia," ujarnya.

Selain itu, Indonesia juga dinilai punya pengalaman sebagai Ketua ASEAN dan menjalin hubungan bilateral dengan Uni Eropa. Sebagai contoh, Indonesia mampu menghadapi persoalan menyangkut ekspor CPO yang dinilai Uni Eropa tidak menganut prinsip berkelanjutan. 

"Saya yakin seperti itu. Memang Indonesia sangat berpengalaman dalam hal itu, sebagai Ketua ASEAN," pungkasnya.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.