Dark/Light Mode

Bilal Adijaya, Mahasiswa UGM

Carbonize: Carbon Trading Berbasis NFT, Platform Baru untuk Pasar Karbon yang Efisien

Selasa, 3 Januari 2023 22:23 WIB
Hutan tropis Indonesia (Foto: Madani Berkelanjutan)
Hutan tropis Indonesia (Foto: Madani Berkelanjutan)

Pasar karbon menjadi salah satu solusi pemanfaatan sektor lahan dalam mengurangi emisi bagi sektor-sektor yang membangun ekonomi. Perdagangan karbon (carbon trading) merupakan mekanisme berbasis pasar yang memungkinkan terjadinya negosiasi dan pertukaran hak emisi gas rumah kaca (Irama, 2020). Perdagangan karbon merupakan jembatan untuk mendanai aliran modal sosial dan lingkungan ke dalam proyek yang didirikan untuk mengurangi emisi karbon sekaligus membuka peluang ekonomi baru.

Menurut KLHK (2016), nilai perdagangan karbon global pada tahun 2015 mencapai 50 miliar dolar AS, dengan 70% dari total tersebut berasal dari aktivitas perdagangan emisi. Kredit karbon dapat menjadi cara pandang baru untuk membuat lahan berhutan menjadi lebih mahal dibanding dengan mengonversinya menjadi objek untuk aktivitas yang lain. Pasar karbon tidak hanya menjadi batu loncatan bagi sektor bisnis yang sulit melakukan transisi rendah emisi, tetapi juga memberikan kontribusi ekonomi bagi negara-negara yang menyediakan proyek hijau.

Namun, di balik potensi dan peluang yang diberikan pasar karbon terdapat ancaman, yakni sistemnya yang tertutup. Asal muasal dan kualitas kredit karbon menjadi hal privat karena proses transaksinya yang tertutup yang dapat menyebabkan polarisasi informasi. Asimetri informasi merupakan konsekuensi dari rendahnya transparansi pada pasar karbon yang dapat menyebabkan ketidakpercayaan dan menyulitkan pengambilan keputusan pembeli atau investor terhadap pasar (Zhao dkk, 2017). Dalam hal ini proyek pengurangan emisi memiliki parameter sendiri dalam melakukan verifikasi dan menentukan ukuran serta keuntungan dalam proses karbon offset. Sehingga, pembeli maupun investor harus bergantung pada kredibilitas proyek offset atau pada pembeli lain yang memvalidasi.

Penggunaan Non Fungible Token (NFT) dapat menciptakan platform pasar karbon yang transparan. Dengan menggunakan sistem blockchain, pasar karbon dapat menciptakan ekosistem transaksi yang aman dan tidak dapat diubah serta mudah dilacak (Hambiralovic, 2018). Setiap NFT memiliki perbedaan nilai pada blockchain, karenanya NFT dapat mewakili sertifikat kepemilikan atas suatu proyek offset. NFT merupakan aset yang tidak dapat ditiru karena memiliki metadata yang unik, sehingga cocok digunakan untuk merepresentasikan suatu item atau barang yang hanya bisa dimiliki oleh satu pengguna, walaupun visual yang disajikan sama (Ilmanudin, 2022). 

Carbonize

Baca juga : Jadi Penguji Mahasiswa, Menpora Sampaikan Pentingnya PON Untuk Prestasi Indonesia

Carbonize merupakan platform marketplace berbasis web 3.0 yang yang memungkinkan pemilik proyek offset mencetak aset offset (kredit karbon) mereka menjadi NFT. Carbonize bekerja sama dengan lembaga sertifikasi untuk memastikan dan melakukan verifikasi pada proyek offset yang terdaftar sehingga tidak ada pencantuman ganda pada kredit karbon yang sama. Selain itu, penggunaan blockchain pada Carbonize dapat membantu proses pengukuran dan verifikasi dengan menghubungkan offset ke cryptocurrency atau token berbasis blockchain. Token membantu memberi verifikasi insentif, sementara tokenisasi proyek offset dapat memastikan pengukuran yang akurat - satu token setara dengan offset 1 tCO2e (Carbon Credits, 2022). Sehingga, organisasi atau individu dapat mengetahui secara akurat berapa kompensasi yang harus dikeluarkan atas hasil aktivitasnya setiap tahun untuk dikalkulasi menjadi proyek offset.

Gambar 1. Visual NFT Proyek Offset Pada Carbonize 

Pada Carbonize, satu NFT merepresentasikan satu petak lahan. Pemilik proyek offset harus terlebih dahulu meng-input jumlah petak lahan yang dijadikan proyek offset dan deskripsi atas lahan berhutan tersebut seperti jenis tegakan dan tahun tanam atau umur tegakan. Atribut tersebut digunakan untuk mengetahui potensi serapan karbon tiap petak per tahun. Jumlah petak yang diinput oleh pemilik proyek menentukan jumlah fraction NFT yang akan dikeluarkan oleh Carbonize dengan nomor seri dan metadata yang unik sebagai sertifikat kepemilikan atas proyek offset.

Baca juga : Nataru, Trafik Broadband Telkomsel Naik 11,6 Persen

Gambar 2. Laman Etalase Carbonize

Seperti halnya marketplace pada umumnya, Carbonize menampilkan NFT offset yang telah diinput oleh pemilik proyek dalam sebuah etalase profil digital. Pada tampilan NFT tersebut tertera atribut jumlah owners, jumlah mint (cetakan) dan harga dari setiap cetak NFT. Carbonize menggunakan mata uang kripto Ethereum sebagai alat pembayaran yang terkoneksi dengan e-wallet seperti MetaMask. Atribut Active dan Retire menunjukan ketersediaan proyek offset.

Gambar 3. Laman Pembelian NFT Pada Carbonize

Pada detail profil, Carbonize menampilkan secara lebih rinci NFT yang diperjualbelikan atas suatu aset offset. Pembeli dapat menentukan berapa banyak mint NFT yang akan dibeli. Pembeli dapat mengajukan pembelian secara langsung pada pihak Carbonize maupun dapat membelinya pada pengguna lain yang melakukan sale atas mint NFT yang dimilikinya. Pada menu ini, pembeli dan pengguna yang tergabung dalam sistem dapat mengetahui dan melacak secara langsung keberadaan mint NFT yang diperjualbelikan. Blockchain menampilkan data kepemilikan, jumlah aset dan rekam jejak transaksi yang dilakukan pada suatu NFT pada laman pembelian. Sehingga menghilangkan peluang penipuan dan replikasi kredit karbon dalam konteks perdagangan karbon.

Baca juga : Terapkan Konsep Ramah Lingkungan, Pelabuhan Pupuk Kaltim Raih Green Port Award 2022

Dalam penerapannya, Carbonize juga bekerja sama dengan lembaga monitoring untuk melakukan audit berskala pada proyek offset yang disewakan. Hal ini bertujuan untuk memastikan proyek offset dilaksanakan dengan baik sebagai pemenuhan aspek kredibilitas dan tanggung jawab yang wajib didapatkan oleh pembeli atau investor. 

Carbonize pada dasarnya merupakan marketplace berbasis web 3.0 yang menggunakan NFT sebagai platform penjualannya. Teknologi blockchain atau public ledger menjadi kunci transparansi jual beli kredit karbon yang membuat ekosistem perdagangan karbon lebih transparan dan traceable. Pembeli maupun pengguna lain yang tergabung dalam sistem dapat secara real-time melacak rekam jejak transaksi kredit karbon yang dilakukan antara dua pihak berkat sistem pencatatan yang terdesentralisasi. Selain itu, penggunaan Carbonize merupakan solusi kreatif untuk menciptakan pasar karbon yang terverifikasi dan terukur. Sehingga, perdagangan karbon berbasis NFT akan membangun kepercayaan konsumen, menghindari greenwashing, melakukan pelacakan jejak karbon secara efektif, mempercepat perdagangan karbon, menghilangkan perhitungan ganda dan pada akhirnya akan meningkatkan penjualan kredit karbon (Badamsi, 2022).

 

Powered by Froala Editor

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.