Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Wacana Penurunan Harga BBM Bersubsidi Masih Kompetitif

Rabu, 1 Februari 2023 07:31 WIB
Kendaraan antre mengisi BBM jenis Pertalite di salah satu SPBU di Jakarta/Rizki Syahputra RM
Kendaraan antre mengisi BBM jenis Pertalite di salah satu SPBU di Jakarta/Rizki Syahputra RM

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah tengah memonitor pergerakan harga minyak dunia. Harga minyak dunia yang terus turun, menjadi pertimbangan pemerintah menyesuaikan harga BBM bersubsidi.

"Harga minyak kita kan masih di bawah harga subsidi. Tentu akan dimonitor keberlangsungannya daripada penurunan harga minyak," kata Airlangga.

Harga minyak dunia turun ke bawah level 100 dolar AS per barrel. Penurunan itu salah satunya dipicu kekhawatiran pasar atas melambatnya pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara yang bisa berdampak pada permintaan minyak.

Direktur Eksekutif Reforminer Komaidi Notonegoro mengatakan, ada dua variabel utama BBM bersubsidi, yaitu harga minyak dan nilai tukar rupiah.

Baca juga : Pengamat Migas: Soal Harga BBM Nonsubsidi Kewenangan Badan Usaha

Kemudian pergerakan harga minyak dunia dan pandangan pemerintah untuk menyesuaikan harga BBM bersubsidi adalah hal wajar, namun tentu ada regulasinya.

Harga BBM bersubsidi pertalite, kata Komaidi, dengan kualitas yang sama oleh Badan Penyalur BBM lain, harganya di bawah.

“Kalau dengan harga BBM yang turun kira-kira di kisaran berapa, mestinya tidak jauh-jauh dari harga yang dijual di pesaing. Sekarang juga sudah ada yang Ron 90,sehingga tinggal dilihat kalau mereka jual Rp 12.000 sementara kita jualnya Rp 10.000, berarti kan memang belum turun. Maksudnya, masih ada ruang subsidi sebesar dua ribu yang dikeluarkan oleh pemerintah,” jelas Komaidi.

Sementara, Pemerintah memutuskan mempertahankan pemberian subsidi energi di tengah krisis energi global pada 2023. Ini untuk menjaga daya beli masyarakat dan daya saing industri dalam upaya pemulihan ekonomi.

Baca juga : Santri Dukung Ganjar DIY Berbagi Kebaikan Di Ponpes Al-Kautsar

Pada 2023, pemerintah telah menetapkan target subsidi energi sebesar Rp 209,9 triliun dengan rincian Rp 139,4 triliun untuk bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji (LPG) serta Rp70,5 triliun untuk subsidi listrik.

Biodisel 35

Selain pertalite, Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini mengatakan, pemerintah akan melihat efektivitas penggunaan campuran BBM solar dengan biodiesel sebanyak 35 persen atau B35.

Dengan kebijakan itu, dia yakini bisa mengurangi impor solar dan juga menekan jumlah subsidi yang dikucurkan pemerintah untuk jenis BBM tersebut.

Baca juga : Jelang Pengumuman Suku Bunga BI, Rupiah Melemah

Menanggapi itu, Komaidi mengingatkan dua hal, yaitu penggunaan biodiesel dari produk sawit yang juga kadang sulit didapatkan, serta kesesuaian bahan bakar ini pada industri.

Misalkan, asosiasi pengguna mengeluhkan atau memberikan catatan terhadap kinerja bio dieselnya karena kandungan airnya kalau di truk diidentifikasi ada potensi menyebabkan korosi di tangki BBM.

Kemudian, di listrik juga, pembangkit mungkin juga ada problem yang mirip-mirip seperti itu, mungkin problemnya agak berbeda lokasi tetapi secara umum sama, yaitu masalah korosi.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.