Dark/Light Mode

Terancam Gagal Bayar Utang

Ekonomi AS Meriang, Kondisi Kita Sehat Kan?

Senin, 15 Mei 2023 08:29 WIB
Ilustrasi penurunan ekonomi di AS. (Foto: Istimewa)
Ilustrasi penurunan ekonomi di AS. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ekonomi Amerika Serikat (AS) sedang tidak baik-baik saja. Sedang meriang. Indikatornya, Amerika terancam gagal bayar utang dan banyak bank yang bangkrut. Lalu, bagaimana dengan ekonomi di negeri kita? Sehat kan?

Utang AS saat ini sudah mencapai batas yang disetujui Pemerintah dan Kongres, yakni 31,4 triliun dolar AS atau sekitar Rp 460 ribu triliun. Sebenarnya, ada dana darurat. Sayang, anggaran itu terancam habis pada 1 Juni nanti. Sehingga, cara menghindari gagal bayar tersebut, Kongres harus memilih untuk menaikkan atau menangguhkan batas utang kembali. Persoalannya, DPR di sana dikuasai oposisi, yakni Partai Republik.

Presiden AS Joe Biden memperingatkan konsekuensi buruk dari kemungkinan gagal bayar (default), paling cepat 1 Juni. Ekonomi AS akan jatuh ke dalam resesi dengan 8 juta warga kehilangan pekerjaan. Di dunia internasional, citra mereka juga akan rusak parah.

"Warga AS akan menghadapi suku bunga yang lebih tinggi untuk kartu kredit, pinjaman mobil, hipotek, dan pembayaran untuk jaminan sosial, medicare, tentara, dan veteran seluruhnya dapat dihentikan atau ditunda," ujar Biden.

Baca juga : Gerakan Nasional 1.000 Startup, Ajang Inovasi Pemuda Riau Menggali Potensi Daerah

Sedangkan untuk bank yang kolaps di AS saat ini sudah ada empat. Yaitu Silicon Valley Bank (SVB), Signature Bank, Silvergate Bank, dan yang teranyar First Republic Bank. Sejumlah ekonom pun mulai menebar peringatan mengenai kondisi ini.

"Malapetaka ekonomi. Itu adalah sesuatu yang dapat menghasilkan kekacauan keuangan. Kita tidak akan punya cukup uang untuk membayar tagihan," ucap Menteri Keuangan AS Janet Yellen.

Investor terkemuka AS Warren Buffett memprediksi, akan terjadi kekacauan meski Pemerintah maupun Kongres sebenarnya tidak ingin terjadi default. "Dunia akan dilanda kekacauan," katanya, memberi peringatan.

Lantas, bagaimana nasib ekonomi Indonesia? Saat ini, ekonomi kita masih sehat. Hal itu tercermin dari pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2023 yang masih berada di level 5,03 persen. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut, capaian itu sebagai salah satu yang terbaik di dunia. Bahkan kedua tertinggi di antara negara G20.

Baca juga : Penumpang KA Kelas Ekonomi Dominasi Angkutan Lebaran

Mengacu kepada data Trading Economics, Indonesia memang menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi paling tinggi di antara negara G20. Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2023 mengungguli China yang tumbuh 4,5 persen, Meksiko 3,9 persen, AS tumbuh 1,6 persen, Korea Selatan 0,8 persen, Singapura 0,1 persen. Jerman justru terkontraksi 0,1 persen.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2023 hanya kalah dengan Arab Saudi yang mencapai 5,5 persen. "Di tengah dunia yang pertumbuhan melambat, yang lain belum recover, kita sudah recover duluan," kata Airlangga.

Menteri Keuangan Sri Mulyani memastikan, ekonomi kita dalam keadaan tahan (resilience) alias sehat. Kata dia, terdapat sejumlah indikator yang membuat ekonomi Indonesia tembus di angka 5 persen. Yang paling utama adalah kinerja rumah tangga yang menjadi motor penggeraknya. Investasi, ekspor, impor, dan peran pemerintah juga tak kalah berkualitasnya.

Peneliti makroekonomi dan pasar keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis (LPEM FEB) Universitas Indonesia Teuku Riefky menyatakan, kondisi ini menunjukkan ekonomi kita sehat di tengah ketidakpastian global. Resiliensi ini dibukukan berbagai sumber pertumbuhan ekonomi.

Baca juga : Jalin Gandeng Baznas Dirikan 2 Posko Mudik Di Serang, Banten

Pertama, konsumsi rumah tangga yang kontribusinya sebesar 2,44 persen. Setelah dicabut status PPKM pada penghujung tahun lalu, konsumsi rumah tangga melesat hingga 4,54 persen secara tahunan. "Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi didorong konsumsi yang kuat," ulasnya.

Kedua, perdagangan internasional dengan porsi sebesar 1,69 persen. Ketiga, penanaman modal tetap bruto (PMTB) atau investasi berkontribusi 0,68 persen.

Jika dilihat berdasarkan lapangan usahanya, sumber pertumbuhan ekonomi didominasi empat sektor utama. Keempat sektor tersebut ialah, industri pengolahan, perdagangan, transportasi dan pergudangan, serta informasi dan komunikasi. "Tumbuhnya berbagai sektor perekonomian terutama pengolahan dan sektor yang mengandalkan mobilitas seperti transportasi mendorong pertumbuhan ekonomi," pungkas Riefky.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.