Dark/Light Mode

Bos Sinar Mas: Minyak Kelapa Sawit Jadi Solusi Bahan Bakar Nabati

Kamis, 7 September 2023 18:00 WIB
Chairman Sinar Mas Agribusiness  Food, Franky Oesman Widjaja (kanan) saat memberikan pemaparan di acara kegiatan Indonesia Sustainability Forum, di Jakarta, Kamis (7/9). (Foto: Ist)
Chairman Sinar Mas Agribusiness Food, Franky Oesman Widjaja (kanan) saat memberikan pemaparan di acara kegiatan Indonesia Sustainability Forum, di Jakarta, Kamis (7/9). (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kelapa sawit yang dimiliki Indonesia dapat menjadi bahan bakar nabati rendah karbon berkelanjutan yang dibutuhkan dunia untuk memitigasi dampak perubahan iklim.

Hal tersebut dikatakan Chairman Sinar Mas Agribusiness & Food, Franky Oesman Widjaja saat menjadi pembicara kunci pada gelaran Indonesia Sustainability Forum 2023.

“Masih cukup waktu bagi umat manusia untuk menyelamatkan Bumi Pertiwi dari ancaman perubahan iklim, sejauh ada ketulusan untuk mengambil langkah segera, nyata, dan bersama-sama,” kata Franky.

Baca juga : Bagaimana Cara Mengatasi Keadaan Jika Hanya Ada Satu Pasangan Capres-Cawapres Dalam Pilpres 2024

Dalam diskusi bertemakan Fuels of the Future for Low Carbon Industri Solution yang digelar Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi bersama KADIN Indonesia ini diikuti Sekretaris Kementerian BUMN Robin Hattari; Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati; President Airbus Asia-Pacific, Anand Stanley dan Chairman of the China Council for the Promotion of International Trade, Ren Hongbin. 

Franky mengatakan, Indonesia memiliki potensi besar menangani dampak perubahan iklim melalui pemanfaatan keunggulan sumber daya alam yang dimiliki. “Seperti minyak kelapa sawit dan banyak sumber daya alam lainnya, yang dapat dan mesti memainkan peran penting bagi masa depan Indonesia yang rendah karbon,” ujarnya.

Komoditas kelapa sawit, sebagai salah satu sumber daya alam terbesar Indonesia, menurutnya adalah berkah Tuhan Yang Maha Esa karena mampu menyediakan mata pencaharian bagi lebih dari 17 juta orang, yang sebagian besar berada di pelosok pedesaan. Selain itu, minyak kelapa sawit juga menjadi kontributor utama ekspor Indonesia yang tahun 2022 tercatat bernilai sekitar 40 miliar dolar AS.

Baca juga : KLHK Dan Pakar Sebut Pembakaran Sampah Ikut Picu Polusi Udara Jakarta

Capaian tadi berasal dari karakteristik minyak kelapa sawit sebagai minyak nabati paling produktif yang mampu menghasilkan 5 hingga 10 kali lebih banyak per hektar perkebunanan,  dibandingkan dengan minyak nabati lain yang ada. “Hanya dengan luasan 8 persen dari total lahan yang digunakan untuk memproduksi minyak nabati, dapat memasok 40 persen dari kebutuhan minyak nabati dunia saat ini,” ujar Franky.

Dalam diskusi panel itu, Franky juga memperkirakan, pada 2045 mendatang, produksi minyak kelapa sawit akan mencapai 100 juta ton per tahun, tanpa perlu melakukan perluasan lahan perkebunan.

Menurut dia, Indonesia telah mendekarbonisasi ekonominya melalui program B35, yang merupakan kebijakan pencampuran bahan bakar nabati terbesar di dunia dengan target penyaluran hingga 13,15 juta kiloliter biodiesel di tahun ini 

Baca juga : Literasi Digital Jadi Solusi Perangi Judi Online

“Kita dapat melakukan hal yang sama di angkasa, seperti yang telah kita buktikan dengan sukses di daratan,” kata Franky.

Dia optimistis mengenai pengembangan lebih jauh bahan bakar nabati berbasis minyak kelapa sawit sebagai bahan bakar pesawat udara.  Namun tetap memperhatikan kebutuhan komoditas yang sama untuk pasokan industri lainnya, terutama pangan.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.