Dark/Light Mode

Prof. Tjandra: Bisa Picu Kematian, Polusi Udara Jangan Diabaikan

Rabu, 16 Agustus 2023 08:16 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: dok. pribadi)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: dok. pribadi)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof. Tjandra Yoga Aditama menyoroti tingginya polusi udara di wilayah Jakarta dan sekitarnya, di hari-hari menjelang peringatan 78 tahun Indonesia Merdeka.

Polusi udara ini menimbulkan dampak nyata terhadap kesehatan. Mulai dari keluhan batuk-batuk, banyak dahak, terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), bahkan dapat lebih berat lagi.

Mengutip data Badan Kesehatan Dunia WHO sebelum era Covid-19, pada tahun 2019, polusi udara berhubungan dengan 6,7 juta kematian di dunia.

Sebanyak 4,2 juta di antaranya, diperkirakan dipicu oleh polusi udara ambien atau luar ruangan (outdoor).

Sisanya, disebabkan oleh polusi udara dalam ruangan (indoor).

Baca juga : Prof Tjandra Bagikan Tips Atasi Batuk Dan Ispa Akibat Polusi Udara

Sementara itu, Jurnal Kesehatan terkemuka dunia, Lancet, menyampaikan hasil analisis "Lancet Commission on Pollution and Health", yang antara lain mengungkap fakta global, bahwa polusi udara merenggut sedikitnya 9 juta nyawa per tahun.

"Tegasnya, polusi udara menjadi penyebab 1 dari 6 kematian di dunia," kata Prof. Tjandra dalam keterangannya, Rabu (16/8).

Di India, pada tahun 2019, terjadi hampir 1,6 juta kematian akibat polusi udara. Ini artinya, sebanyak 17,8 persen kematian di India pada 2019, disebabkan oleh polusi udara.

WHO secara tegas menyebutkan bahwa air pollution is one of the greatest environmental risk to health (polusi udara adalah salah satu risiko lingkungan terbesar, yang berdampak pada kesehatan)

Dengan menurunkan kadar polusi udara, negara-negara di dunia - termasuk Indonesia - dapat menurunkan beban penyakit (burden of disease) stroke, gangguan jantung, kanker paru serta penyakit paru, serta masalah pernapasan akut dan kronik.

4 Usulan

Baca juga : Ini Saran Prof Tjandra Untuk Pemerintah Dan Masyarakat Atasi Polusi Udara

Terkait perkembangan situasi di Jakarta, Prof. Tjandra mengusulkan empat hal baik, yang dapat dilakukan pemerintah.

Pertama, mengidentifikasi secara lebih jelas, tentang apa saja yang menjadi penyebab polusi udara sekarang ini, dan bagaimana proporsi masing-masing.

Kedua, melakukan tindakan nyata di lapangan, untuk mengatasi penyebab.

"Kemacetan lalu lintas tentu punya peran amat penting, dan perlu penanganan segera. Pada waktu saya masih tinggal di New Delhi misalnya, pernah ada pembatasan kegiatan bangun gedung, yang menimbulkan debu. Semua mobil, juga harus diperiksa polusi knalpotnya. Bahkan juga untuk mobil diplomat, seperti yang saya pakai sehari-hari sebagai Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara. Tempat pemeriksaannya ada di berbagai pom bensin. Jadi, amat mudah," papar Prof. Tjandra.

Selain itu, di berbagai perempatan besar yang rawan macet di New Delhi, juga ditempatkan pot tanaman. Bahkan, ada yang berbentuk seperti dinding berdiri, yang diisi berbagai pot.

Baca juga : 50 Tahun PDPI, Prof Tjandra Ingatkan 5 Poin Pelayanan Dokter Spesialis Paru

Berhubung pada hari raya tertentu, New Delhi rawan polusi udara karena sepanjang malam marak petasan, pemerintah setempat melarang penggunaan mercon.

"Jadi memang, ada berbagai terobosan yang dapat dan perlu dilakukan. Seperti wacana sebagian  work from home/WFH (bekerja di rumah), larangan membakar sampah terbuka di halaman rumah, dan bekerja sama dengan provinsi tetangga, bila sumber polusinya berasal dari sana," beber Prof. Tjandra.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.