Dark/Light Mode

Kemenperin Apresiasi Hilirisasi dan Pabrik Pewarnaan Baja Lapis Tatalogam Group

Minggu, 29 Oktober 2023 19:35 WIB
Peresmian pabrik pewarnaan baja lapis PT Tata Metal Lestari Tatalogam Group di Sadang, Purwakarta, Jawa Barat, Rabu (25/10). (Foto: Istimewa)
Peresmian pabrik pewarnaan baja lapis PT Tata Metal Lestari Tatalogam Group di Sadang, Purwakarta, Jawa Barat, Rabu (25/10). (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Lebih lanjut Taufiek menjelaskan, lebih tahan cuaca ekstrim, dan tentunya jadi lebih tahan lama. Pihaknya juga akan mendorong agar industri di sektor baja lain juga bisa mengikutinya.

Ia menambahkan, pemerintah sudah menyiapkan berbagai instrumen untuk membantu penyerapan produk hilirisasi industri.

Apalagi untuk produk dengan TKDN 65 persen seperti produk yang dihasilkan PT Tata Metal Lestari ini.

Taufiek menjelaskan, pembangunan di Indonesia harus diisi dengan produk-produk dalam negeri.

Untuk itu sudah menjadi bagian dari kebijakan Kemenperin untuk terus mendorong kebijakan-kebijakan yang berpihak pada industri dalam negeri seperti kebijakan sertifikat industri hijau, SNI, dan lain-lain.

Taufiek menambahkan, sesuai arahan Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, industri besi dan baja diminta menjadi contoh dalam menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan dan berperan aktif dalam meminimalkan dampak lingkungan dalam tumbuh kembangnya.

Taufiek menyebut, sektor industri ditargetkan dapat mencapai netralitas karbon atau Net Zero Emissions (NZE) pada 2050.

Baca juga : Kemenperin Kebut Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik

Target tersebut dipercepat dari target NZE nasional pada 2060. Dan Industri baja menjadi salah satu sektor yang cukup diperhatikan dalam rencana dekarbonisasi ini.

“Transformasi ini butuh teknologi, perlu kekuatan, dan skill dari sumber daya manusia untuk bisa mengikutinya. Ini tentu akan terus kita dorong agar terealisasi target-target itu,” terang Taufiek.

Untuk itu, Taufiek sangat mengapresiasi prinsip-prinsip industri hijau yang selama ini telah diterapkan PT Tata Metal Lestari. Taufik juga sangat mengapresiasi investasi PT Tata Metal Lestari yang mengedepankan keberlanjutan lingkungan pada pabrik baru ini.

Hal ini dibuktikan dengan penggunaan mesin-mesin berteknologi canggih yang ramah lingkungan, pemanfaatan energi tenaga surya untuk pengoperasian, dan pengelolaan limbah yang bijak hingga meminimalisir dampak lingkungan.

Vice President PT Tata Metal Lestari (Tatalogam Group), Stephanus Koeswandi menjelaskan, peresmian pabrik colour coating line ini merupakan bagian dari project yang ia beri nama Phoenix Project.

Phoenix Project sendiri diambil sebagai filosofi karena burung phoenix merupakan lambang kebangkitan.

Stephanus berharap, project ini juga dapat membantu bangkitnya perekonomian Indonesia pasca pandemi Covid-19. Diungkap Stephanus, Phoenix Project sendiri terbagi menjadi 3 fase.

Baca juga : Ini Visi Misi Dan Program Kerja Pasangan Ganjar Mahfud

Pada fase pertama, pihaknya menginvestasikan dana Rp 1,5 triliun untuk membangun pabrik pewarnaan baja lapis yang sudah ramah lingkungan.

“Pada fase pertama ini, kami meresmikan pabrik colour coating line dengan mesin paling mutakhir produksi ukraina yang dapat memproduksi 95 ribu ton baja lapis warna per tahun," ujar Stephanus.

Colour coating line ini sendiri merupakan proses pewarnaan atau proses lanjutan khususnya untuk mendukung program pemerintah pada hilirisasi pada industri baja.

Hal ini yang dapat memberikan nilai tambah yang sangat besar bagi banyak pihak mulai dari UMKM, IKM, hingga industri roll forming tanah air.

Stephanus menambahkan, sebelumnya di 2019 pabrik pertama Tata Metal Lestari sudah melakukan pelapisan dari aluminium seng dan zinc.

Kemudian proses lanjutannya diberikan pewarnaan yang memang memberikan nilai tambah yang lebih besar lagi.

Terkait penerapan industri hijau, Stephanus menerangkan, Tatalogam Group selalu mengarusutamakan industri hijau dalam kegiatan produksi.

Baca juga : Pengamat Apresiasi Keberhasilan Menteri Bahlil Ajak Warga Pulau Rempang Bergeser

Ia menjelaskan, selama ini ada 3 pilar yang diusung dan diterapkan dalam perusahaan yang ia pimpin.

Ketiga pilar itu adalah zero emission, waste manajemen, dan penggunaan energy yang lebih bijak. Ketiga pilar ini juga diterapkan dalam Phoenix Project ini.

“Kami berinvestasi pada mesin berteknologi canggih ramah lingkungan yang menggunakan RTO. Dengan begitu, mesin dapat memindahkan panas yang tadinya sudah digunakan agar bisa dikembalikan lagi sehingga energi yang digunakan jauh lebih sedikit,” ujar Stephanus.

Kedua, lanjut Stephanus mennjelaskan, adanya solar panel atau panel surya yang diinstall di atas atap dengan kapasitas total 1 mega watt yang mayoritas sekarang sudah digunakan untuk proses pelapisan.

“Goalsnya nanti produk-produk yang kami produksi ini bisa digunakan di seluruh dunia, khususnya di Eropa yang saat ini sedang menerapkan CBAM atau Carbon Border Mechanisms,” terang Stephanus.

Diakui Stephanus, penerapan industri hijau masih menjadi tantangan di industri baja.

Ia berharap semua pihak lebih berhati-hati menerima investasi, khususnya investasi dari luar negeri yang tidak mengikuti standar ramah lingkungan.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.