Dark/Light Mode

Dibeberkan Djoko Siswanto

Ini 5 Jurus Kurangi Ketergantungan terhadap Energi Fosil

Selasa, 22 Oktober 2019 13:22 WIB
Djoko Siswanto (Foto: Twitter DEN)
Djoko Siswanto (Foto: Twitter DEN)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketergantungan terhadap energi fosil dan impor minyak masih sangat tinggi. Guna mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil, Indonesia dinilai perlu mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.

Menurut Sekjen Dewan Energi Nasional (DEN), Djoko Siswanto, ada lima kebijakan yang bisa ditempuh untuk mengembangkan EBT di Tanah Air. Pertama, Indonesia perlu mempercepat penggunaan energi terbarukan untuk bahan bakar, yakni B-30, B-50 dan B-100.

"Pada Oktober 2019 ini, uji coba penggunaan campuran biodiesel 30 persen menggunakan Bahan Bakar Nabati (BBN) atau B30 ditargetkan selesai," ujar Plt Dirjen Migas Kementerian ESDM itu, Selasa (22/10).

Baca juga : Djoko Siswanto: Dana KKP Bisa Tingkatkan Produksi Migas

Penggunaan B30 rencananya akan dimulai awal 2020. Setelah penerapan B30 berhasil, lanjut Djoko, Indonesia harus segera mengembangkan B50 dan B100. Alumnus sarjana Teknik Perminyakan dan Program Doktral pada Teknik Perminyakan ITB itu menambahkan, B30 tak hanya untuk transporasi mobil, namun juga akan diuji coba untuk kereta api dan kapal.

Kebijakan penggunaan B30, kata dia, dipicu oleh tingginya impor solar. Padahal, Indonesia adalah salah satu produsen kelapa sawit terbesar di dunia. "Ketersediaan bahan baku kelapa sawit Indonesia sangat melimpah," ungkap pria kelahiran Jakarta, 23 Mei 1965.

Kedua, dengan memperbanyak pembangkit listrik panas bumi geothermal. Berdasarkan data pada Direktorat Panas Bumi, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi, tercatat sumber daya panas bumi yang termanfaatkan telah mencapai 1.948,5 MW yang terdiri dari 13 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) pada 11 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP).

Baca juga : KLHK dan LIA Dorong Siswa Kurangi Penggunaan Plastik

Ketiga, Indonesia harus terus mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin. Berdasarkan data Kementerian ESDM, Indonesia memiliki potensi 978 MW tenaga angin.

Keempat, adalah membangun pembangkit listrik tenaga air termasuk micro hydro. Kata Djoko, Indonesia memiliki potensi listrik tenaga air  mencapai 75.000 MW. Namun, dari potensi yang melimpah itu, Indonesia baru memanfaatkan 7 persennya.

Kelima, dengan mewajibkan semua gedung dan rumah menggunakan solar cell. Menurut Djoko, penggunaan EBT juga merupakan komitmen Indonesia kepada dunia untuk menjaga lingkungan hidup. Dengan penggunaan EBT, dunia bisa tetap bersih dan sehat. Penggunaan EBT juga merupakan solusi untuk mencegah terjadinya pemanasan global. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.