Dark/Light Mode

Jokowi Puji BRI Sukses Kembangkan Sektor UMKM

Jumat, 8 Maret 2024 21:51 WIB
Jokowi Puji BRI Sukses Kembangkan Sektor UMKM

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden Jokowi memberikan apresiasi tinggi pada kinerja Bank Rakyat Indonesia (BRI) dalam membina dan mengembangkan segmen UMKM. Terutama melalui kehadiran Holding Ultra Mikro (UMi) BUMN, yang dirasakan mampu memberikan akses keuangan lebih luas kepada masyarakat yang membutuhkan, utamanya di segmen ultra mikro. 

Holding UMi merupakan kolaborasi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) bentukan Kementerian BUMN.

"Saya beri contoh PNM Mekaar dari 400 ribu debitur sekarang 15,2 juta. Kemudian kredit yang diberikan sudah Rp 244 triliun. Dari yang sebelumnya 2015, saya ingat kurang lebih Rp 800 miliar kemudian masuk ke Rp 244 triliun. Itu angka lompatan besar sekali. Mestinya hal-hal seperti ini diberikan apresiasi," kata Jokowi di acara BRI Microfinance Outlook 2024 di Menara BRILian, Jakarta, dikutip Jumat (8/3/2024).

Direktur Utama BRI Sunarso memaparkan keberhasilan BRI dan Holding UMi dalam mengembangkan segmen ultra mikro dan UMKM. 

Per Desember 2023, Holding UMi telah mampu memberikan akses tabungan ke 173 juta rekening, dengan jumlah debitur mencapai 37 juta nasabah. 

Terbukanya akses keuangan bagi masyarakat dan UMKM tidak terlepas dari kemampuan BRI dalam menjalankan konsep branchless banking melalui kehadiran AgenBRILink, yang jumlahnya mencapai 741 ribu agen per akhir tahun lalu. 

"Volume transaksi AgenBRILink Rp 1.427 triliun. Bisa dibayangkan. Kemudian BRI dapet fee berapa? Ini kan perusahan terbuka, jadi saya buka BRI dapet fee sekitar Rp 1,3 triliun. Tapi, agen itu terima 2 kali lipat daripada yang diterima BRI. Warung-warung itu terima tidak kurang dari Rp 3 triliun setiap tahun. Itulah yang buat kemudian masyarakat antusias jadi agen BRILink," ungkap Sunarso.

Sunarso juga mengungkapkan, bahwa UMKM telah menjadi motor perekonomian Indonesia untuk naik kelas. Menurutnya, dalam kurun 1993-2019 Indonesia mampu keluar dari low income country menjadi middle income country karena digerakkan oleh segmen UMKM.

Baca juga : Angkasa Pura II Kembangkan Pariwisata Banyuwangi

"Berbagai kajian kita bisa naik kelas ke negara penghasilan tinggi dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6 persen. Sudah ada model statistik, ternyata driver pertumbuhan itu dipengaruhi oleh ekonomi yang digerakkan UMKM," katanya. 

Kemudian, hal lain yang menentukan adalah kualitas Sumber Daya Manusia terkait pendidikan, dan menciptakan nilai tambah melalui pertumbuhan manufaktur. Selain itu, bagaimana memutar kapital secara nasional.

"Inilah latar belakang kita mengambil tema tentang pertumbuhan yang inklusif, kata kunci tumbuh dan merata. Partisipasi masyarakat melalui inklusifitas," ujarnya. 

Kemampuan BRI untuk melayani dan memberikan akses keuangan kepada UMKM pun mendapat apresiasi dari Menteri Keuangan Sri Mulyani. 

Terlebih, dengan adanya BRI Microfinance Outlook 2024 yang diharapkan bisa memberikan terobosan dalam ide dan inovasi untuk mengembangkan dan meningkatkan pembiayaan UMKM. 

"Saya senang Pak Sunarso forum ini karena tidak hanya munculkan ide baru tapi juga untuk evaluasi hal yang sudah kita lakukan. UMKM yang 29 juta yang belum dapat akses itu mereka akan jatuh pada mekanisme pasar biasa yaitu rentenir. Makanya kita harus terus jaga affordability begitu meraka punya akses (keuangan)," jelasnya. 

Adapun ide dan inovasi yang tercetus dalam forum BRI Microfinance Outlook 2024 salah satunya disampaikan oleh Peneliti Harvard Beatriz Armendariz. 

Dirinya menyebut, bahwa bank dengan segmen UMKM seperti BRI, terlebih dengan penetrasi ke segmen ultramikro lewat Holding UMi, harus lebih banyak memberikan pinjaman usaha kepada kaum perempuan. 

Baca juga : Presiden Jokowi Tinjau Pusat Komando IKN Dan Studio Mini TVRI

Dia meyakini memberikan pinjaman usaha kepada perempuan akan bagus untuk ekonomi. Selain itu, perempuan juga memiliki sejumlah kelebihan dibanding laki-laki, salah satunya adalah lebih taat membayar kredit. 

"Saya percaya bahwa banyak lembaga keuangan mikro harus meminjamkan uang kepada perempuan, di BRI kita tahu 20 persen kliennya merupakan perempuan," kata Beatriz. 

Menurut dia, selama ini lembaga keuangan kerap memandang sebelah mata ketika perempuan hendak meminjam uang untuk memulai usaha. Karena itu, perempuan menjadi kelompok termiskin di antara masyarakat miskin.

Beatriz mengatakan, meminjamkan uang kepada perempuan adalah bagian dari pemberdayaan. Karena, pemberdayaan perempuan merupakan bagian dari upaya inklusifitas keuangan yang merupakan cita-cita dari lembaga keuangan, seperti BRI. 

"Inklusifitas berarti mencakup pemberdayaan," tegasnya. 

Sementara dari perspektif finansial, lanjut Beatriz, perempuan relatif lebih jarang berpindah tempat. Dengan begitu, bank tak perlu meminta jaminan pinjaman terlalu besar. Dia menyebut tingkat pengembalian pinjaman di kalangan perempuan juga lebih tinggi.

"Perempuan cenderung tidak terlalu mobile ketimbang laki-laki, jadi tingkat pengembalian pinjaman menjadi lebih tinggi," ucapnya.

Beatriz meyakini saat ini masih ada banyak perempuan yang tidak tergolong sebagai pekerja. Dia juga meyakini banyak kaum perempuan yang belum memiliki akses ke pinjaman usaha mikro.

Baca juga : RANS Nusantara Waspada Kebangkitan Singo Edan

Sedangkan Direktur ADB untuk Indonesia Jiro Tominaga mengungkapkan, UMKM merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Namun, pengembangannya belum maksimal karena dibutuhkan keterampilan akan digitalisasi oleh para pelaku pasarnya.

Jiro menyoroti para pelaku UMKM di Tanah Air yang memiliki masalah klasik, yaitu akses yang sangat terbatas terhadap pendanaan, informasi dan keterampilan. Meski demikian, tiga hal tersebut bisa selesaikan dengan digitalisasi teknologi informasi.

"Mencoba membantu perusahaan untuk mengadopsi Information, Communication & Technology (ICT) akan menjadi bagian yang sangat penting dari kebijakan ini," kata Jiro.

Lantas, terdapat tiga bidang yang disebut bisa menjadikan ekonomi digital ini lebih invasif di kalangan UMKM.

Pertama, kesenjangan dalam pengembangan bisnis digital dan juga pengembangan keterampilan di sisi perdagangan.

Kedua, tentang layanan keuangan digital. Hal ini terutama penting di daerah yang infrastrukturnya bagi masyarakat yang sedang belajar untuk mengembangkan usahanya.

Terakhir, industri butuh infrastruktur yang lebih baik, baik dalam hal infrastruktur keras dan lunak untuk memungkinkan layanan tersebut menggunakan ICT.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.