Dark/Light Mode

Energi, Misi, dan Ambisi Nuklir Bangsa Menyongsong Transisi Energi Hijau

Rabu, 3 April 2024 22:44 WIB
Nuclear Energy Summit 2024 (Foto: Istimewa)
Nuclear Energy Summit 2024 (Foto: Istimewa)

Seiring dengan perkembangan dinamika kehidupan manusia, aktivitas industri dan perdagangan global secara konsisten menyebabkan kerusakan di atas bumi. Dewasa ini seluruh negara gencar untuk mempercepat industrialisasi guna memberantas profil masyarakat yang bersifat masyarakat agraris atau masyarakat nelayan. Industrialisasi didorong agar pertumbuhan ekonomi lebih tinggi sebagai bagian solusi pencapaian kesejahteraan masyarakat (Saepudin, 2022). Pertumbuhan ekonomi yang hijau ditandai dengan kemampuan adaptasi kapasitas ekonomi terhadap masalah lingkungan, dijalankan manusia yang berperan terus-menerus mengaplikasikan solusi minimalisasi polusi dan risiko kerusakan lingkungan (Lim dkk., 2021).

Teknologi hijau yang jadi fokus pada artikel ini adalah energi hijau bersih untuk menjaga keberlanjutan hajat hidup umat manusia. Artikel ini selanjutnya akan ditulis untuk menawarkan solusi penyediaan energi yang hijau. Bentuk idealnya, ingin diadakan pembangkit listrik energi bersih masa depan berspesifikasi netral karbon, sungguh terbarukan selama ribuan tahun, limbah yang minimal, dan segera dapat diaplikasikan untuk menggantikan sumber energi industrialisasi manusia yang masih bergantung bahan bakar fosil (Rehm, 2023). Solusi itu adalah penyediaan energi hijau bersih dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Selama puluhan tahun diskusi pakar, intelektual, dan stakeholder Indonesia telah merancang strategi komisioning PLTN yang sesuai kebutuhan Indonesia. Rancangan Peraturan Pemerintah (PP) Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang sedang digodok untuk menggantikan PP No.79 Tahun 2014 tentang KEN dicanangkan mengadopsi energi hijau nuklir pada pertimbangan setara dengan energi baru dan terbarukan lainnya (PP KEN, 2014; Adi, 2024). Maka narasi diskusi itu sekarang bisa berlanjut lebih objektif, tanpa ketakutan, dan evidence-based mengenai energi nuklir.

Baca juga : Menteri Kominfo Hadir Untuk Digitalisasi Ekonomi-Energi Hijau

Lalu bagaimana transisi menuju energi ramah lingkungan ini terjadi dan serupa apa implementasi dan dampaknya sebagai energi terbarukan sejati dan energi hijau sejati? Penulis mengajukan argumen transisi melalui PLTN di praktik bauran penyediaan energi. Sesuai konvensi Indonesia menuju net zero emisi yang dituangkan pada Perjanjian Paris (Winanti & Mas’udi, 2023). Secara paripurna, pembangkit listrik dengan bahan sumber energi nuklir mewujudkan penyediaan energi final yang ramah lingkungan, berkelanjutan, minimal limbah, netral karbon, terbarukan selama ribuan tahun, pragmatis dalam jangka pendek, reformatif dalam jangka panjang, pasokan yang berdaulat, dan stabil.

Energi final yang ramah lingkungan pada praktiknya adalah energi listrik pada grid listrik nasional yang produksinya minim emisi gas rumah kaca. Studi multinegara mengindikasikan semakin dominan energi final negara dibangkitkan dari bahan sumber energi nuklir, semakin minim polusinya. Sementara itu meningkatnya konsumsi energi terbarukan mengakibatkan meningkatnya emisi CO2. Alasannya akibat dari peak load demand tetap ditalangi sumber energi tinggi emisi (Sarkodie & Adams, 2018). Masalah lainnya adalah fakta bahwa ada permintaan yang besar mengenai mineral kritis untuk pengembangan teknologi terbarukan. Kebanyakan tambang dan smelter ditenagai oleh energi padat emisi dari batu bara maupun minyak bumi. Artinya percepatan pengembangan teknologi energi terbarukan yang gegabah malah akan meningkatkan emisi CO2 pada era saat ini (Madyan dkk., 2022).

Konsep keberlanjutan pemanfaatan energi di Indonesia mengadopsi trilemma energi (Wardhana & Marifatullah, 2020). Ada banyak utilisasi sirkuler industri nuklir, yang diakibatkan penggunaan sumber energi nuklir pada hulu industri. Industri energi semacam tersebut akan konsisten menyediakan energi bersih, berpihak pada potensi kemampuan bangsa, dan memenuhi kebutuhan produk mentah atau setengah jadi untuk industri (Kusnanto, 2013).

Jika energi listrik adalah energi final multiguna, energi nuklir bisa dimanfaatkan sebagai energi primer multiguna. Potensi penggunaan energi nuklir misal untuk desalinasi, proses industri, tambang & smelter mineral kritis, dan produksi hidrogen untuk fuel cell. PLTN mampu menyokong kestabilan grid distribusi listrik yang akan memfasilitasi bauran energi surya dan energi bayu lebih luas. Jadi secara lokal dan mandiri, energi nuklir menihilkan polusi. Lalu secara sistem PLTN & grid distribusi listriknya menyokong potensi bauran teknologi untuk konservasi lingkungan, teknologi mitigasi iklim, dan teknologi untuk solusi krisis kesehatan publik (Dalton, 2023).

Baca juga : Gandeng China Energy, PLN Indonesia Power Kaji Pengembangan Energi Hijau

Limbah radioaktif nuklir diketahui memiliki masa aktif yang sangat lama, misalnya sepanjang 24000 tahun sebelum meluruh ke tingkat aman  bagi manusia (Wijaya, 2023). Proses pengelolaan dan pengolahan limbah radioaktif terkonsentrasi di fasilitas nuklir dan situs penyimpanan lestari, sehingga biasanya hanya ada risiko keamanan, keselamatan, dan safeguard saat transportasi. Di Indonesia, limbah radioaktif diolah oleh pusat layanan pengelolaan limbah BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional). Selama masa operasional 40 hingga 60 tahun, limbah bahan bakar nuklir hanya berkisar beberapa ratus ton. Jika sudah diolah, diadakan penyimpanan limbah lestari Near Surface Disposal (NSD) misalnya, cukup sederhana dengan konstruksi pada 30-300 meter di bawah tanah (Syaeful dkk., 2014).

Fasilitas ini belum ramai di Indonesia, faktanya pusat pengolahan hanya satu yang dikelola BRIN. Tetapi sebagai contoh terdapat tipe NSD oleh Swedia (Swedish Final Repository – SFR), dengan kapasitas dikembangkan untuk menampung hingga 100000 m3 limbah untuk masa komisioning 10000 tahun (Herting & Odnevall, 2021). Bandingkan dengan PLTU berbahan bakar Batubara, yang menghasilkan 41,62 ton bottom ash dan 96,07 fly ash per hari (Yunita dkk., 2017). 

Studi oleh Yudiartono, dkk. pada 2023 mengenai dikarbonisasi sektor ketenagalistrikan menguji tiga skenario untuk dijalankan, yaitu business as usual (BAU), skenario transisi energi (TE), serta skenario penerapan pembangkit nuklir secara masif (NK). Simpulannya jika diterapkan PLTN mencapai 25 GW pada tahun 2050 melalui skenario NK, bauran energi primer berbasis EBT (Energi Baru dan Terbarukan) naik signifikan senilai 36,69% serta emisi gas rumah kaca menjadi 695,28 juta metrik ton CO2eq, lebih rendah 7 persen dari skenario BAU dan lebih rendah 17 persen dibanding skenario TE (Yudiartono dkk., 2023). Hitungan oleh Bastori & Birmano pada 2017 memperlihatkan bahwa PLTN jenis PWR dengan kapasitas 1000 MW akan menghasilkan energi listrik sebesar 7884 GWh dalam setahun dengan kebutuhan 244,68 ton uranium yellow cake.

Baca juga : PLN: Teknologi Punya Peran Penting Dorong Transisi Energi

Cadangan 70000 ton yellow cake di Indonesia, akan menyediakan kebutuhan 7 unit PLTN untuk operasi 40 tahun (Bastori & Birmano, 2018). Mengingat skenario Yudiartono dkk. hanya membutuhkan 25 GW, boleh diduga ekspektasi operasi 40 tahun bisa diekstrapolasi menjadi minimal 400 tahun atau maksimal 4000 tahun. Bukti matematis ini seharusnya meyakinkan pembaca mengenai energi nuklir sebagai energi netral karbon dan terbarukan selama ribuan tahun sekaligus memastikan kedaulatan energi Indonesia. Transisi energi harus segera terjadi, demi mitigasi risiko kerusakan iklim, dan harus masif. Berbagai fakta ini menunjukkan seberapa pragmatis dan reformatif energi nuklir. Pembaca yang mencermati dapat menimbang sendiri sumber energi mana yang stabil untuk adopsi penggunaan secara segera. Jika harus Penulis berikan spoiler, jawabannya energi nuklir yang hijau dan bersih!


Yudiartono, Y., Jaka, W., & Adiarso, A. (2023). Dekarbonisasi Sektor Ketenagalistrikan Sampai 2050 Dalam 

Kerangka Kebijakan Energi Nasional.

Aldino Putra Andeaz
Aldino Putra Andeaz
Mahasiswa Program Studi Teknik Nuklir Universitas Gadjah Mada

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.