Dark/Light Mode

PMI Manufaktur Joss, Apindo: Saatnya Pemerintah Keluarkan Kebijakan Pro Industri

Senin, 25 Maret 2024 17:56 WIB
Bob Azam. (Foto: Aditya/RM)
Bob Azam. (Foto: Aditya/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Industri manufaktur di Indonesia terus mengalami penguatan sejak awal 2024. Geliat positif sektor industri ini salah satunya didorong oleh permintaan baru dari pasar domestik sehingga mendorong kenaikan produksi. 

Berdasarkan data dari S&P Global, indicator Purchasing Managers’ Index (PMI) sektor manufaktur Indonesia terus berada dalam fase ekspansif pada Februari 2024 yaitu berada di angka 52,7. Angka PMI yang terus berada pada lingkup ekspansif ini merupakan refleksi dari pertumbuhan produksi domestik bruto atau GDP Indonesia yang juga tumbuh secara positif. 

Baca juga : PM Malaysia Jadi Pemimpin Negara Pertama Yang Ucapkan Selamat Ke Prabowo

Ketua Bidang Ketenagakerjaan Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Bob Azam mengapresiasi, capaian PMI manufaktur Indonesia yang berada di level ekspansif selama 30 bulan berturut-turut. Menurutnya, capaian PMI manufaktur tersebut menandakan Indonesia telah benar-benar keluar dari pandemi Covid-19. Selain itu. PMI manufaktur nasional yang ada pada fase ekspansif menjadi indikator yang kuat bahwa industri di Indonesia ada pada kondisi industrialisasi berkelanjutan.

“Pelaku industri sangat memandang positif capaian gemilang PMI manufaktur Indonesia selama 30 bulan berturut yang juga berdampak kepada pertumbuhan ekonomi nasional,” tutur Bob.

Baca juga : Denny JA: Sebagian Peran Ulama-Pendeta Akan Digantikan AI

Lebih lanjut, Bob menjelaskan, capaian positif ini perlu disyukuri mengingat sektor industri nasional telah benar-benar pulih dari Pandemi Covid-19. Capaian PMI Manufaktur Indonesia pada Februari 2024 mampu melampaui PMI Manufaktur berbagai negara maju lainnya yaitu China (50,9), Jerman (42,3), Jepang (47,2), Inggris (47,1), Amerika Serikat (51,5), Malaysia (49,5), Myanmar (46,7), Filipina (51,0), Taiwan (48,6), Thailand (45,3), dan Vietnam (50,4).

Bob juga mengungkapkan capaian gemilang PMI manufaktur ini harus harus diikuti oleh langkah strategis dari pemerintah melalui berbagai kebijakan yang pro terhadap pertumbuhan sektor industri. Dengan demikian, kebijakan yang diimplementasikan mampu memacu pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca juga : Nggak Mau Rakyat Susah Jelang Lebaran, Pemerintah Tak Naikkan Tarif Listrik

"Industri itu kan tidak berkerja sendiri, pasti dipengaruhi oleh kebijakan lainnya seperti perdagangan dan keuangan. Dan yang paling penting adakah indikator ketenagakerjaan. Jadi, PMI yang positif selama 30 bulan berturut berada di level ekspansi harus juga diikuti penyerapan tenaga kerja, ujungnya itu penyerapan tenaga kerja," terangnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.