Dark/Light Mode

Carbon Capture Storage, Peluang Bisnis Baru Nih

Kamis, 28 Maret 2024 13:51 WIB
DISKUSI CCS: (Kanan ke Kiri) Direktur Eksekutif Indonesia Petroleum Association, Marjolijn Wajong; Direktur Eksekutif Indonesia CCS Center, Belladonna Troxylon Maulianda; Direktur Teknik dan Lingkungan Migas, Kementerian ESDM, Noor Arifin Muhammad dan Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Agus Cahyono Adi, Rabu (27/3/2024).
DISKUSI CCS: (Kanan ke Kiri) Direktur Eksekutif Indonesia Petroleum Association, Marjolijn Wajong; Direktur Eksekutif Indonesia CCS Center, Belladonna Troxylon Maulianda; Direktur Teknik dan Lingkungan Migas, Kementerian ESDM, Noor Arifin Muhammad dan Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Agus Cahyono Adi, Rabu (27/3/2024).

RM.id  Rakyat Merdeka - Indonesia punya potensi luar biasa dalam hal penangkapan dan penyimpanan karbon (Carbon Capture Storage/CCS). Kondisi ini menguntungkan Indonesia, karena jadi peluang bisnis baru.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), potensi penyimpanan karbon pada bekas reservoir di lapangan migas di Indonesia, diperkirakan mencapai 577 giga ton! Ini diungkap Direktur Eksekutif Indonesia CCS Center, Belladonna Troxylon Maulianda.

Baca juga : Banyak Kapal Berusia Tua, Pelni Siap Beli Armada Baru

Menurutnya, ada beberapa faktor yang menjadikan Indonesia berpeluang besar mengembangkan proyek CCS, dan menjadikannya sebagai peluang bisnis baru di masa mendatang. Pertama, regulasi.

Dijelaskannya, Pemerintah Indonesia saat ini sangat agresif menerbitkan berbagai regulasi untuk mendukung percepatan implementasi CCS. Apalagi, Indonesia memiliki potensi yang sama dengan Australia. Saat ini, Indonesia sudah memiliki 15 proyek CCS yang sedang dikembangkan.

Baca juga : LSM Penjara 1 Soroti State Capture Corruption Dalam Politik dan Bisnis Modern

“Hal tersebut membuat Indonesia berpeluang bisnis lebih besar dan dapat menjadi leader CCS Hub di kawasan regional,” katanya, saat jadi pembicara pada Media Briefing IPA Convex 2024 dengan tema “CCS Sebagai Peluang Bisnis Baru di Indonesia”, di Jakarta, Rabu (27/3/2024).

Lebih lanjut, Belladona menyampaikan, teknologi CCS bukanlah hal baru bagi perusahaan minyak dan gas. Teknologi tersebut sudah diterapkan oleh banyak perusahaan migas sejak 40 tahun lalu. "Teknologinya sudah mature sebenarnya. Saat ini, kita sedang menunggu cost-nya turun dan memang sekarang sudah mulai menurun," ujarnya.

Baca juga : Bank BJB Komitmen Bantu Akselerasi Pengembangan Bisnis Bank Bengkulu

Ditambahkan, Indonesia dinilai sebagai negara yang paling siap mengimplemantasikan CCS, dibanding negara di kawasan Asia lainnya. “Indonesia dinilai paling cepat dalam perkembangan CCS dibanding negara lain.

Selain memiliki potensi, dukungan Pemerintah melalui regulasi juga diharapkan dapat mempercepat implementasi CCS,” ujar Belladona. Selain keunggulan sisi geografis dan regulasi, ia optimistis, Indonesia akan menjadi leader bisnis CCS di kawasan regional. Pasalnya, Indonesia adalah negara pertama yang mengimplementasikan CCS cross border (lintas batas).
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.