Dark/Light Mode

Fenomena Elektrifikasi Kendaraan di Indonesia: Benarkah Sudah Sepenuhnya baik?

Sabtu, 20 April 2024 11:12 WIB
Fenomena Elektrifikasi Kendaraan. (Sumber: Google)
Fenomena Elektrifikasi Kendaraan. (Sumber: Google)

Penggunaan kendaraan listrik sebagai langkah transisi energi di Indonesia telah mengalami perkembangan dari waktu  ke waktu. Nugroho (2019) berpendapat bahwa tren meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan didorong oleh isu pemanasan global. Perubahan iklim yang semakin memberikan dampak nyata bagi bumi dan penghuninya membuat negara-negara di dunia termasuk Indonesia berkomitmen dalam Paris Agreement yang berisi komitmen untuk memenuhi target tertentu salah satunya dengan mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK). 

Menurut data Emissions Database for Global Atmospheric Research (2022), Indonesia merupakan penyumbang emisi GRK ketujuh terbesar dunia dengan mengeluarkan 1,24 gigaton setara karbon dioksida (Gt CO2e). Angka ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yakni sebesar 1,12 Gt CO2e.

Berdasarkan data European Commission pada tahun 2022, sektor terbesar yang menyumbang emisi di Indonesia merupakan eksploitasi pada bahan bakar fosil termasuk di dalamnya penggunaan transportasi. Angka emisi yang disumbang oleh sektor tersebut mencapai 0,27 Gt CO2e atau sekitar 21,38% terhadap total emisi gas rumah kaca nasional. Berdasarkan penelitian Sudjoko (2021) , peningkatan emisi CO2 berbanding lurus dengan peningkatan jumlah kendaraan konvensional di Indonesia. 

Fenomena ini tentu saja sangat mengkhawatirkan bagi masa depan bangsa Indonesia, terlebih hingga saat ini penggunaan kendaraan konvensional terus bertambah. Maka dari itu, pemerintah Indonesia mulai menggencarkan terkait elektrifikasi kendaraan, terutama untuk mengurangi dampak dari pemanasan global. 

Peran Indonesia sebagai Pemasok Komoditas Utama dalam Industri Kendaraan Listrik

Nikel merupakan salah satu komoditas yang digunakan sebagai bahan baku utama baterai kendaraan listrik. Sebagai negara dengan sumber kekayaan alam yang melimpah, Indonesia termasuk negara dengan penghasil Nikel terbesar di dunia pada tahun 2023. Dengan  tingginya   kebutuhan  nikel baterai,  posisi   Indonesia  dalam  industri   nikel  global  menjadi   penting (Sudjoko, 2021).

Gambar 1 9 Negara Penghasil Nikel Terbesar di Dunia (2023)

Sumber: Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), 2024

Hal ini dibuktikan berdasarkan laporan Statista Research Department (2024) pada tahun 2023, bahwa Indonesia memiliki perkiraan volume produksi sebesar 1,8 juta metrik ton, yang di mana merupakan 50% dari total produksi nikel global. Selain itu, hampir 98% atau sekitar 1,12 juta ton dari total volume ekspor tersebut di antaranya di kirim ke Tiongkok. 

Perkembangan Kendaraan Listrik di Indonesia

Baca juga : Lewat Digitalisasi, Bank DKI Raih Penghargaan Indonesia Best 50 CEO 2024

Berdasarkan data yang diperoleh dari halaman databoks, pada tahun 2022 penggunaan motor listrik meningkat sebesar 25.782 unit  dari tahun 2020 yang hanya sebanyak 1.947 unit. Selanjutnya, pengguna mobil listrik juga mengalami peningkatan dari hanya 229 unit, dan pada tahun 2022 meningkat menjadi 7.679 unit. 

Gambar 2 Jumlah Kendaraan Listrik di Indonesia (2020-2022) 

Sumber: Riset Deloitte dan Foundry, 2023

Fenomena transisi energi ini dapat memberikan peluang yang besar bagi negara Indonesia khususnya sektor pertambangan. Menurut laporan Climate Rights Internasional (CRI) (2024), industri nikel dan baterai merupakan fokus utama dalam rencana pembangunan ekonomi Indonesia. 

Sisi Negatif Elektrifikasi Kendaraan 

Sayangnya, peleburan nikel di Indonesia justru menghasilkan permasalahan lain bagi lingkungan maupun hak asasi manusia. Seorang ekonom energi dari Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), mengemukakan bahwa Indonesia masih perlu mengatasi sisi negatif kendaraan listrik seperti energi fosil, risiko limbah baterai listrik, perolehan bahan baku, dan transisi energi yang berkeadilan (Maqoma, 2022). Menurut data yang diperoleh dari databoks, hingga April 2024 ini sudah terdapat 54 fasilitas pengolahan nikel atau disebut juga smelter yang beroperasi di Indonesia. Dimana sebagian besar smelter menggunakan PLTU yang umumnya menggunakan bahan bakar fosil terutama batu bara.

Gambar 3 Industri Nikel di Halmahera

Sumber: MONGABAY (2024)

Gambar di atas merupakan contoh proyek nikel di Pulau Halmahera, Indonesia. Selain adanya emisi gas rumah kaca dari pembangkit listrik tenaga batu bara, pertambangan nikel yang terletak pada kawasan tersebut memberikan efek deforestasi yang signifikan. Hal ini tentunya dapat menyebabkan krisis iklim dan juga berkurangnya keanekaragaman hayati. Warga setempat mengungkapkan, bahwa penggundulan dan penggalian tanah dilakukan oleh para pemangku kepentingan tanpa kompensasi dan persetujuan mereka. 

Baca juga : Coca-Cola Europacific Partners Indonesia Bersama Serikat Pekerja Sepakati Perjanjian Kerja Bersama 2024-2026

Adapun masyarakat pesisir dan hutan mengaku sulit dalam menyesuaikan mata pencaharian dan meneruskan hidup tradisional mereka. Semenjak hadirnya perusahaan-perusahaan tambang, warga setempat menghindari penggunaan air di daerah tersebut. Mereka mengindikasikan adanya pencemaran logam berat yang berbahaya, hingga sulit bagi mereka untuk mendapatkan air bersih. Selain itu, penduduk di desa-desa sekitar juga mengkhawatirkan adanya masalah kesehatan seperti gangguan pernapasan dan kulit. 

Solusi yang ditawarkan

Untuk meminimalkan dampak pertambangan dan pemurnian nikel terhadap lingkungan maupun masyarakat, pemerintah perlu mengambil tindakan dan memperketat kebijakannya. Selanjutnya, demi meminimalkan emisi GRK, pemerintah seharusnya mulai mengutamakan penggunaan tenaga listrik bersumber energi terbarukan seperti angin ataupun tenaga surya. 

CRI beranggapan, bahwa Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memiliki kewajiban penuh untuk mempertegas, menilai, memantau, dan menyelidiki perusahaan-perusahaan pertambangan untuk mengikuti prosedur operasi pertambangan secara ketat. 

Sama halnya dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang,  penting bagi mereka untuk melindungi masyarakat adat dengan mengakui tanah milik mereka dan memastikan para pemangku kepentingan untuk menghormati hak-hak masyarakat setempat. 

Supaya masyarakat merasa diperlakukan lebih adil, perusahaan-perusahaan terkait seharusnya memberikan kompensasi secara penuh bagi seluruh masyarakat atas tanah mereka. Perusahaan pertambangan juga harus mengelola limbah dengan baik demi mengurangi dampak dari pencemaran lingkungan. 

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa negara Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang melaksanakan transisi energi, salah satunya dengan mengadopsi elektrifikasi kendaraan. 

Sebagai pemain utama industri kendaraan listrik dalam bentuk kekayaan alam berupa nikel, menjadikan Indonesia sebagai tempat para investor asing di era transisi energi saat ini. Namun, transisi ini dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan dan juga manusia tanpa menambah permasalahan lain. 

Oleh karena itu, dalam menciptakan lingkungan yang sehat, alangkah baiknya jika ditumbuhkan sejalan dengan kesadaran secara positif baik dari pemerintah, perusahaan, maupun masyarakat. Sekaligus membangun tujuan agar langkah transisi energi ini tidak hanya menjadi fiktif belaka, melainkan sebuah aksi nyata.

Daftar Pustaka

Baca juga : HUT ke-36, Lintasarta Akselerasi Pertumbuhan Indonesia dengan AI

Ahdiat, A. (2024, April 4). PLTU, Sumber Energi Utama Hilirisasi Nikel Indonesia. DATABOKS.

EDGAR - Emissions Database for Global Atmospheric Research. (2022). European Comission.

Fadli, M. (2024, January). Dampak Industri Nikel di Indonesia  terhadap Manusia dan Iklim. CRI CLIMATE RIGHTS INTERNATIONAL.

Maqoma, R. I. (2022, March 24). Mengurai sisi gelap mobil listrik: dari tambang nikel, batu bara, hingga limbah kendaraan. THE CONVERSATION.

Mutia Annur, C. (2023, September 15). Riset Deloitte dan Foundry: Penggunaan Motor Listrik di Indonesia Naik 13 Kali Lipat dalam Dua Tahun. Databoks.

Nugroho, H. (2019). Transisi Energi Indonesia: Janji Lama Belum Terpenuhi. Bappenas Working Papers, II(2).

Statista Research Department. (2024). Mine production of nickel in Indonesia from 2010 to 2023. STATISTA.

Sudjoko, C. (2021). Strategi Pemanfaatan Kendaraan Listrik Berkelanjutan Sebagai Solusi Untuk Mengurangi Emisi Karbon. Paradigma, 2(2), 54–68.

Indira Putri Pradana
Indira Putri Pradana
Mahasiswa Keuangan dan Perbankan Universitas Brawijaya

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.