Dark/Light Mode

Resmikan RMP AB2TI, Teten Dorong Petani Konsolidasi Kelola Hasil Tani

Selasa, 11 Juni 2024 20:44 WIB
Menkop UKM) Teten Masduki (kanan) di acara Grand Launching Rice Mill Plant milik PT AB2TI di Indramayu, Jabar, Selasa (11/6/2024). (Foto: Dok. Kemenkop UKM)
Menkop UKM) Teten Masduki (kanan) di acara Grand Launching Rice Mill Plant milik PT AB2TI di Indramayu, Jabar, Selasa (11/6/2024). (Foto: Dok. Kemenkop UKM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki menegaskan pentingnya bagi para petani, melakukan konsolidasi dalam mengelola hasil pertanian, terutama padi.

Salah satunya yang dilakukan Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) dalam membangun ekosistem produksi pangan dengan inovasi teknologi pertama di Indonesia, melalui pembangunan pabrik Rice Mill Plant (RMP) di Indramayu, Jawa Barat (Jabar).

“RMP bagian ekosistem penting dalam produksi pangan. AB2TI ini merupakan gerakan agar petani sejahtera. Maka, benar yang dikerjakan dari hulu ke hilirnya. Petani berdaulat di bidang benih, dan bagaimana itu diproduksi dan bisa sampai ke pasar. Ini ekosistem yang dibangun,” ucap Teten dalam acara Grand Launching Rice Mill Plant milik PT AB2TI di Indramayu, Jabar, Selasa (11/6/2024).

Teteb menegaskan, dalam membangun ekosistem petani yang berdaulat, perlu juga dipikirkan bagaimana konsep integratove farm. Dari pabrik RMP tersebut terhubung supply chain-nya. Jangan sampai RMP yang dibangun justru tidak didukung oleh supply chain di kawasan tersebut atau mencari gabah di luar provinsi.

“RMP milik AB2TI ini memiliki kapasitas produksi 20-40 ton per hari. Maka yang harus dipikirkan selanjutnya, apakah kapasitas tersebut bisa dipenuhi oleh produk gabah petani tersebut. Untuk melakukan stok gabah diperlukan juga capital (modal) yang kuat,” ujarnya.

Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) bersama Lembaga Penyaluran Dana Bergulir (LPDB-KUMKM) kata Teten, telah melakukan beberapa piloting terkait korporatisasi petani. Memberikan pembiayaan atau modal kepada petani-petani dibawah naungan koperasi, yang terhubung dengan offtaker. Yakni, model korporarisasi petani dengan pembiayaan pre-financing kepada 1.200 petani di Al-Itifaq Ciwidei, Bandung, Jabar yang melakukan produksi 8 ton per hari mampu men-supply ke market.

Teten menyarankan LPDB perlu menyuntik Rp 900 juta per ton produksi buah dan sayuran ke koperasi, karena koperasi harus membeli tunai dari petani cash 100 persen.

Dalam hal ini misalnya, AB2TI dibantu oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas) bisa menghubungkan ke offtaker seperti Bulog, maupun perusahaan lainnya. Nanti pembiayaan bisa dibantu melalui LPDB atau perbankan.

Baca juga : Kemendagri Gandeng OJK Dorong Percepatan Akses Keuangan Daerah

“Bantuan pembiayaan, supaya koperasi punya kemampuan membeli 100 persen petani lewat pre-financing,” ujarnya.

Teten menegaskan, para petani dalam negeri tidak bisa lagi bertani sendiri-sendiri, harus kolektif.

“Kita korporatisasi. Kita harus bergabung dalam satu koperasi dalam skala ekonomi. Sendiri-sendiri itu nggak bisa,” ucapnya.

Tak hanya itu, Teten menegaskan, arah kebijakan pengembangan Koperasi dan UKM salah satunya adalah modernisasi Koperasi.

Modernisasi dilakukan antara lain dengan pemanfaatan inovasi teknologi dan juga bisa masuk ke rantai pasok industri.

Di kesempatan yang sama, Ketua AB2TI Dwi Andreas Santosa mengatakan, dalam mendukung kreativitas petani kecil dalam konservasi benih, pemuliaan, pengembangan, seleksi, tata niaga benih dan pengembangan teknologi pertanian yang diharapkan menjadi sumbangan penting bagi masa depan pembangunan pertanian dan kesejahteraan petani.

“Saat ini, anggota AB2TI tersebar di 125 kabupaten/kota di 25 provinsi. Ke depannya diharapkan terus tumbuh menjadi organisasi besar,” ujarnya.

Dwi mengaku bangga, baru di sepanjang tahun 2023 Nilai Tukar Petani (NTP) telah mencapai angka 100, dengan rata-rata tahun lalu mencapai 110 atau membaik selama setahun ini.

Baca juga : Hadiri Pelantikan Jampidum, Bamsoet Dorong Optimalisasi Restorative Justice

“Kami bergerak bersama ribuan petani menghasilkan benih unggul termasuk padi. Mimpi kami mewujudkan petani berdaulat, mandiri dan sejahtera," ujar Dwi.

Bupati Indramayu Nina Agustina turut menyambut baik hadirnya RMP milik AB2TI di Indramayu. Ia menekankan, pembangunan RMP ini harus bisa dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat sekitar maupun petani.

“Termasuk harus adanya sinergi antara Bulog dengan petani, sehingga terciptanya stabilisasi di tingkat produsen dan konsumen. Dan diharapkan bisa menjaga Cadangan Beras Pemerintah (CBP),” ucapnya

Nina juga menjelaskan, melalui Dinas Koperasi dan UKM Indramayu, pihaknya juga terus berupaya menumbuhkan kembangkan koperasi dan UKM sebagai salah satu upaya menggerakan ekonomi di Indramayu.

Di samping bertujuan ekonomi komersial, juga berlandaskan sosial kesejahteraan sosial.

“Di Indramayu saat ini koperasi pertanian terdapat 38 koperasi aktif, di antaranya 29 aktif dan 9 tidak aktif. Sementara koperasi nelayan sebanyak 26 koperasi, di antaranya 24 aktif dan 2 tidak aktif,” rincinya.

Nina menambahkan, Indramayu merupakan salah satu daerah lumbung pangan nasional dengan meraih peringkat 1 nasional produsen tertinggi beras sebesar 1,8 juta ton per tahun.

Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menuturkan, ada tidaknya badai El-Nino, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan Bapanas harus memiliki stok, tak boleh ada alasan tidak bisa dipenuhi.

Baca juga : Bamsoet Dorong Anggota Kongres Advokat Kawal Keadilan Hukum Masyarakat

“Bulog hari ini memiliki stok 1,76 juta ton. Apalah ini cukup? Belum. Bulog minimal harus punya 3 juta ton. Maka, kami di Bapanas bersama seluruh pihak mendorong produksi dalam negeri. Adanya RMP AB2TI ini diharapkan membantu stok atau cadangan Pemerintah,” ujarnya.

Arief menambahkan, di semester I produksi beras melesat tinggi, begitu masuk semester II terus turun. Sementara, kebutuhan beras di Indonesia mencapai 30,5 juta per tahun selisih hanya 500 ribu ton.

Dalam sebulan Indonesia perlu 2,5 juta ton. Di Vietnam kebutuhan beras mencapai 21 juta ton, tetapi produksinya mencapai 26-27 juta ton, masih ada gap 5-6 juta ton, dan sisanya masih bisa diekspor.

RMP AB2TI menjadi yang pertama bagi petani memiliki kapasitas sebesar 20-40 ton produksi, dan ini bisa menjadi model untuk daerah lain.

"Kami mendukung penggiling padi menengah kecil berkolaborasi dengan usaha besar, yang diharapkan mampu diserap secara optimal,” kata Arief.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.