Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Mantan Menkeu Ingatkan Guncangan Ekonomi Masih Akan Terjadi

Rabu, 23 Januari 2019 10:48 WIB
Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri (Foto: twitter @chatibbasri)
Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri (Foto: twitter @chatibbasri)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri menilai, 2018 sebagai tahun yang berat bagi pemerintah menghadapi tekanan ekonomi global. Kondisinya lebih berat dibandingkan 2013 saat dirinya menjadi menteri. 

“Kalau menurut saya 2018 itu berat, karena tekanannya itu wah. Waktu 2013 penyebab tekanan hanya satu, Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga. Kalau 2018 ada kenaikan suku bunga dan perang dagang,” ungkap Chatib dalam diskusi di Tjikini Lima, Jakarta Pusat, kemarin. 

Baca juga : Di Mana Saja Terdapat Produk Made In China...

Chatib mewanti-wanti bahwa perekonomian global belum stabil. Kondisi ini bisa mempengaruhi harga komoditas sehingga akhirnya berpengaruh terhadap nilai ekspor.  “Pemerintah perlu hati-hati itu pada harga kelapa sawit, harga karet dan harga batubara yang turun. Ini akan berpengaruh dari sisi ekspor. Terutama penerimaan pemerintah,” ujarnya. 

Kondisi itu, lanjut Chatib, akan berimbas kepada ekonomi masyarakat di wilayah Sumatera, Kalimantan hingga Sulawesi. Pemerintah perlu mengambil kebijakan yang tepat agar perekonomian daerah itu bisa terjaga dari penurunan harga komoditas. 

Baca juga : Satgas Anti Mafia Bola Amankan NS

Menteri Keuangan Sri Mulyani juga memiliki pandangan sama. Menurutnya, International Monetary Fund (IMF) menyebutkan, pertumbuhan ekonomi global hanya 3,5 persen pada tahun ini. Artinya, hal itu menandakan bahwa guncangan bagi perekonomian nasional masih akan terjadi. 

“Guncangan ekonomi di Indonesia mungkin masih terjadi tahun ini, meskipun tidak seperti tahun 2018,” kata Ani, sapaan akrab Sri Mulyani.  Ani menjelaskan, penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia IMF di latarbelakangi adanya dampak ketidakpastian dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China.Kemudian, adanya penutupan layanan pemerintah AS.
 
Untuk menjaga kinerja perekonomian, Ani menegaskan, pemerintah akan tetap berupaya menjaga stabilitas perekonomian nasional bersama Bank Indonesia (BI).  “Kita fokus jaga faktor pertumbuhan ekonomi dan stabilitas jaga ekonomi kita dalam lingkungan yang bergerak cepat,” ungkapnya. 

Baca juga : Menko Darmin: Ekonomi Kita Tahan Banting

Ani menepis penilaian perekonomian Indonesia lambat. Pada 2018 perekonomian Indonesia menghadapi tekanan eksternal. Tak hanya kenaikan suku bunga bank sentral AS, tetapi juga menghadapi kenaikan harga minyak dunia. Beberapa negara yang tidak mampu menahan tekanan perekonomian global mengalami krisis. 

“Kalau sedang dalam guncangan, kita harus pilih, maju atau stabil. Kita memilih stabil. Makanya defisit APBN 2018 lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya,” tegas Ani.  [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.