Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Kunjungi Green Data Center Perusahaan Migas Italia
Jonan: SKK Migas Mesti Tiru Super Computer ENI
Senin, 12 November 2018 11:00 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Perusahaan minyak dan gas bumi (migas) raksasa Italia, ENI S.p.A, memiliki super computer. Dengan kecanggihan teknologi tersebut, mereka antara lain dapat mengetahui cadangan sumber daya alam di sebuah lokasi dalam waktu satu minggu. ENI merupakan operator lapangan gas Jangkrik di Selat Makasar, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Dalam lawatannya ke Italia, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan antara lain bersempatan mengunjungi The Green Data Center milik ENI di Milan, Italia, Jumat (9/11).
Wartawan Rakyat Merdeka Kartika Sari yang diajak dalam kegiatan itu melaporkan, Green Data Center berada di dalam bangunan besar dan luas berisikan perangkat teknologi berupa cluster computer. ENI memiliki Green Data Center di banyak tempat.
Menurut HPC Project Leader Green Data Center ENI, Luca Bortot, total komputer yang dimiliki sekitar 50 ribu unit. Dari jumlah tersebut,1.500 di antaranya, mereka sebut sebagai super computer. Perangkat tersebut terkoneksi dengan perangkat teknologi milik ENI di berbagai negara. Super computer memiliki banyak kecangihan. Antara lain, bisa mensurvei potensi migas yang terkandung dalam perut bumi dalam waktu 1 sampai 2 minggu. Jauh lebih cepat dibandingkan teknologi yang banyak dipakai perusahaan-perusahaan migas lainnya, yang bisa memakan waktu 2 tahun.
“Selain itu, super computer kami juga bisa mengantisipasi kecelakaan yang menimpa para pekerja ENI, di lapangan di berbagai dunia. Misalnya, pekerja akan menghadapi medan yang membahayakan, super computer bisa mendeteksi dengan cepat lebih awal, sehingga manajemen bisa melakukan upaya penyelamatan,” jelas Bortot.
Menteri Jonan terlihat terpukau melihat cara kerja dan kemajuan teknologi ENI. Menurut Jonan, kecanggihan super computer menopang kinerja di hulu migas menjadi lebih akurat, cepat, dan efisien. Misalnya, akurasi di dalam mensurvei potensi cadangan migas. Hasil survei mereka bisa lebih mudah dibaca ahli geologis dan perminyakan. Sehingga tidak memakan waktu tahunan seperti sebelumnya. “Berkat teknologi itu bisa mengurangi kegagalan eksplorasi. Sehingga mereka bisa cepat memutuskan ada atau tidak sumber daya mineral (SDM) di situ. Jadi tidak sampai buang uang banyak,” ungkap Jonan.
Dengan kemajuan teknologi, lanjut Jonan, asumsi cadangan migas di Indonesia yang diramal bakal habis pada 2030 seperti yang disampaikan banyak pengamat, belum tentu akurat. Karena, asumsi itu dibuat saat teknologi belum semaju sekarang. Dicontohkannya, penemuan cadangan Migas di Banyu Urip di Cepu oleh Exxon Mobile. Saat masih dikelola Pertamina, mereka tidak menemukan cadangan apa-apa. Tapi, setelah Exxon masuk, mereka menemukan. Dan, sekarang sudah produksi 280 ribu barel sehari. “Lihat ENI, mereka banyak menemukan blok gas besar di banyak negara. Misalnya di Sor, dekat Mesir. Kemudian di Mozambik. Artinya, kuncinya pada teknologi, “ terangnya.
Baca juga : Thai Lion Air, Maskapai Berbiaya Rendah Terbaik Asia Pasifik
Jonan menginginkan SKK Migas memiliki data center seperti ENI. “Tapi tidak perlu sebesar ENI lah. Karena mereka kan garap 52 negara. Setidaknya, kalau kita punya seperempat atau seperlima dahulu. Yang penting, SKK Migas punya. Apalagi, sekarang masih semi manual,” ujar Jonan. “Kementerian itu kan sebagai regulator. Nah, wakil negara yang bertugas mengelola sumber daya alam itu harus modern. Harus bisa mengakomodir kebutuhan itu,” imbuhnya.
Untuk merealisasikan tujuan itu, Jonan mengaku sudah berbicara dengan kepala pusat geologi untuk membahas hal ini kepada SKK Migas. Nantinya, mereka akan mengundang ENI untuk melakukan studi bersama-sama agar eksplorasi bisa dilakukan dengan cepat. Jonan menilai, selama ini Pertamina masih ala kadarnya melakukan eksplorasi. Maunya, ngambil kontrak migas yang sudah habis. “Padahal, bisnis hulu migas itu taruhannya di eksplorasi. Kalau berhasil menemukan penemuan baru, maka bisnisnya akan besar,” katanya.
Jonan mengungkapkan, dalam pertemuan dengan para petinggi ENI, pihaknya juga membahas wilayah kerja (gas) Merakes. Menurutnya, pemerintah dan ENI memiliki pandangan berbeda mengenai skema investasi untuk membangun fasilitas produksi Merakes. ENI memandang skema investasi dari pemerintah lebih mahal dari opsi lain versi mereka. “Tadi saya tawarkan agar diubah saja, pakai gross split. Risiko investasi tanggung sendiri. Nah sepertinya mereka mau,” imbuhnya. [TIK]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya