Dark/Light Mode

Naik 44 Persen, Investasi Industri Manufaktur Kuartal I Moncer

Senin, 27 April 2020 10:22 WIB
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita. (Foto: ist)
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Di tengah tekanan pandemi corona (Covid-19), investasi industri pengolahan selama kuartal I-2020 menunjukkan angka positif. Total penanaman modal sektor manufaktur menyentuh angka Rp 64 triliun atau naik 44,7 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 44,2 triliun. 

“Pada kuartal I tahun ini, nilai investasi industri manufaktur memberikan kontribusi yang signifikan, hingga 30,4 persendari total investasi keseluruhan sektor Rp 210,7 triliun,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Senin (27/4).

Rincian nilai investasi sektor industri manufaktur pada periode triwulan I-2020, yaitu berasal dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) mencapai Rp 19,8 triliun serta penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp 44,2 triliun. Jumlah sumbangsih tersebut melonjak dibanding perolehan pada periode yang sama tahun lalu, yakni PMDN sekitar Rp 16,1 triliun dan PMA Rp 28,1 triliun.

 Adapun sektor-sektor manufaktur yang menyetor nilai investasi secara signifikan pada kuartal I-2020, antara lain Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya sebesar Rp 24,54 triliun, diikuti Industri Makanan Rp 11,61 triliun, Industri Kimia dan Farmasi Rp 9,83 triliun, Industri Mineral Non Logam Rp 4,34 triliun, serta Industri Karet dan Plastik Rp 3,03 triliun.

Baca juga : Di Tengah Pandemi, Investasi di Jatim Tertinggi di Pulau Jawa

Selanjutnya, nilai investasi Industri Kertas dan Percetakan sebesar Rp 2,99 triliun, Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain Rp 2,14 triliun, serta Industri Mesin, Elektronik, Instrumen Kedokteran, Peralatan Listrik, Presisi, Optik dan Jam Rp 1,99 triliun. 

Agus menegaskan, pihaknya fokus untuk terus berupaya mendorong agar industri manufaktur tetap bergerak dalam memacu roda perekonomian nasional. Namun demikian, dalam kondisi saat ini, Kementerian Perindustrian menekankan kepada sektor industri terhadap pentingnya upaya pencegahan penyebaran corona dengan mentaati protokol kesehatan. “Dua sisi itu harus sejalan,” ujarnya. 

Sebelum terjadi pandemi corona, industri pengolahan di Tanah Air masih menunjukkan gairah yang positif. Hal ini tercermin pada capaian Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia yang dirilis oleh IHS Markit, pada Februari 2020 berada di posisi 51,9 atau tertinggi sejak 2005.

“Kami optimistis, dengan melakukan upaya mitigasi atau menerbitkan kebijakan-kebijakan strategis pada masa pandemi Covid-19 ini, tidak mustahil bahwa Indonesia sebelum tahun 2030 sudah bisa menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia,” ungkapnya. 

Baca juga : Kemenperin Bakal Sanksi Industri Yang Tak Jalankan Protokol Kesehatan

Apalagi, berdasarkan laporan dari Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF), pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi bisa melesat 8,2 persen pada 2021. “Maka itu, sebenarnya tergantung apa yang kita lakukan sekarang di saat krisis. Jadi, harus dapat memanfaatkan secara baik dan menanganinya secara tepat, sehingga bisa menjadi sebuah peluang bagi kita,” tutur Agus. 

Agus optimis, ekonomi Indonesia bakal mengalami rebound lebih cepat pasca-pandemi corona. Keyakinan ini muncul setelah ekonomi China mengalami rebound yang lebih cepat dari perkiraan banyak pihak. “Ketika pandemi lepas dari Bumi Pertiwi, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh lebih cepat,” jelasnya. 

Keyakinan tersebut disampaikan Menperin setelah melakukan video conference dengan asosiasi industri yang mendatangkan bahan baku produksi dari China. “Ternyata ada beberapa industri yang pada Maret pertengahan, sudah bisa mendapatkan bahan baku lagi dari China,” tandasnya. 

Sementara itu, kata Agus, saat ini merupakan momentum yang tepat bagi Indonesia untuk membangun sektor industri alat kesehatan dan farmasi sehingga mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. “Bapak Presiden telah mendorong agar Indonesia dalam jangka menengah dan panjang harus menjadi negara yang mandiri di sektor kesehatan,” tegasnya. 

Baca juga : Kena Dampak Corona, Industri Perhiasan Kurang Kinclong

Lebih lanjut, Agus menambahkan, sektor industri sedang melakukan refocusing untuk membantu upaya pemerintah dalam memperkuat sektor industri yang masuk dalam kategori high demand seperti alat kesehatan, obat-obatan, dan vitamin. “Kami yakin terhadap potensi dan kemampuan industri dalam negeri untuk memenuhi permintaan yang tinggi dan juga dapat mengurangi ketergantungan impor,” pungkasnya. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.