Dark/Light Mode

Masyarakat Disiplin, Kunci Ekonomi Bisa Berputar di Tengah Covid-19

Senin, 15 Juni 2020 07:23 WIB
Suasana di pasar tradisional (Foto: Istimewa)
Suasana di pasar tradisional (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Pedagangan (Kemendag) terus mendorong pemerintah daerah melakukan pendekatan inovatif di pasar tradisional sekaligus lebih ketat menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penyebaran Covid-19. Hal ini agar pasar tradisional tidak menjadi episentrum baru penyebaran Covid-19. Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) mencatat 529 pedagang pasar positif Covid-19.  

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto sebelumnya mengatakan, dibukanya pasar tradisional untuk memastikan pasokan bahan makanan terjamin. Tujuan utamanya yakni untuk memenuhi ketersediaan bahan pokok dan barang penting bagi masyarakat, dengan harga stabil.

Ekonom Institut Perbanas Piter Abdullah menyampaikan, geliat ekonomi diharapkan tetap sejalan dengan penerapan protokol kesehatan. Menurut Piter, pelonggaran ekonomi diharapkan akan menahan penurunan konsumsi sekaligus memberikan ruang kepada dunia usaha untuk bisa bertahan. Karena itu, semua pihak mesti bersama-sama mematuhi berbagai protokol agar ekonom bisa kembali berjalan.  

Baca juga : Pemulihan Ekonomi Kita Butuh Waktu Lima Tahun

“Untuk mem-balance pelonggaran ekonomi ini, pemerintah harus meningkatkan kedisiplinan masyarakat melaksanakan protokol kesehatan. Hanya dengan cara itu kita bisa menghindarkan lonjakan penderita wabah Covid-19,” tegas Piter, Minggu (14/6). 
 
Selain disiplin, informasi panduan tata cara penerapan protokol perlu disebarluaskan sekaligus juga dilakukan pengawasan dan koordinasi lintas baik pusat dan daerah agar penanganan Covid-19. Terutama di pasar tradisional yang belakangan muncul, dapat lebih terkoordinasi. “Harus ada pengawasan dan upaya mendisiplinkan. Koordinasi mutlak diperlukan sejak awal dalam segala hal, dan kita selalu lemah dalam hal ini,” tegas Piter.

Koordinasi mutlak diperlukan agar dana stimulus sebesar Rp 677,2 triliun yang dikeluarkan bisa dioptimalkan. Stimulus akan mampu menahan laju perlambatan ekonomi, meskipun tidak kembali membaik hingga tumbuh 5 persen. Sebab, pelemahan tidak bisa dihindari selama masih ada wabah. Kata Piter, jika tanpa stimulus, situasi akan lebih buruk lagi.  

Meski begitu, Piter menilai fundamental perekonomian Indonesia di tengah pandemi Covid-19 masih tergolong baik secara keseluruhan, meskipun pada kuartal I-2020 hanya mampu mencapai pertumbuhan di level 2,97 persen. Perlemahan tersebut bisa dimaklumi. Sebab, tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga di hampir seluruh negara yang bahkan lebih besar penurunannya.

Baca juga : Dubes Korsel Puji Jokowi Berhasil Tangani Covid-19

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Aviliani menyarankan agar pemerintah memperketat dan mengatur mekanisme pengawasan di pasar tradisional dan mall, di masa transisi normal baru agar tidak banyak terjadi penularan di tempat umum. Jika tidak ada protokol yang sangat ketat serta penegakan hukum atas protokol tersebut, akan berbahaya. Sebab, masyarakat bisa tak disiplin.  

Dia mengkhawatirkan terkait protokol kesehatan ini karena tidak memiliki aspek penegakan hukumnya untuk menjalankan protokol tersebut. Sehingga bisa berisiko memicu gelombang dua pandemi Covid-19. "Ini bahaya karena orang menyepelekan penggunaan masker, perlindungan kesehatan, sehingga akhirnya bisa berdampak pada perekonomian," ujarnya.

Padahal, dengan adanya pelonggaran PSBB, para investor mulai percaya. Artinya, jangan sampai terjadi gelombang dua Covid-19. Kalau sampai terjadi gelombang dua, kepercayaan investor akan menurun. "Ini yang menurut saya harus dijaga oleh karena itu pemerintah harus melibatkan sampai dengan tingkat RT/RW dan tempat-tempat umum seperti pasar harus ada yang betul-betul menjalankan tugas, kalau tidak penularannya akan masif," ujar Aviliani.

Baca juga : Perluas Jaringan, PNM Tambah Pegawai Baru Di Tengah Krisis Covid-19

Terlebih, kata dia, belakangan ini terjadi perubahan perilaku konsumen secara signifikan. Masyarakat kini fokus pada kebutuhan primer yakni pangan plus menjaga kesehatan atau healthcare.  Padahal, sebelum pandemi Covid-19 masyarakat mengutamakan kebutuhan pangan dan pariwisata atau jalan-jalan. Pengeluaran masyarakat untuk jalan-jalan atau pariwisata menduduki peringkat kedua. Namun, ketika Covid-19 melanda, sektor yang terkena duluan adalah sektor pariwisata.

"Otomatis kebutuhan sekunder ini akan lama untuk bisa kembali pulih di era normal baru saat ini. Kenapa? Walaupun mall-mall sudah dibuka di era normal baru, masyarakat masih tetap takut," ujar dia.

Selain itu, selama dua bulan terakhir, daya beli masyarakat turun signifikan. Artinya, orang-orang yang bekerja dari rumah atau working from home tidak mendapatkan uang makan, uang lembur, dan sebagainya sehingga penghasilan mereka turun 50 persen. Di samping, mereka harus memenuhi kebutuhan pokok. Sebagian pekerja juga sudah menggunakan dana tabungannya. Sedangkan untuk masyarakat menengah ke bawah, yang biasanya masih bisa menghidupi diri sendiri, sudah harus menerima bantuan langsung tunai atau bantuan sosial. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.