Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Rasio Kredit Macet Diramal Melonjak

OJK Pede Perbankan Kebal Hadapi Krisis

Kamis, 24 September 2020 05:39 WIB
Rasio Kredit Macet Diramal Melonjak OJK Pede Perbankan Kebal Hadapi Krisis

RM.id  Rakyat Merdeka - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidak terlalu khawatir dengan potensi meningkatnya rasio kredit macet terhadap keberlangsungan industri keuangan. Sebab, saat ini sektor perbankan lebih kebal alias kuat hadapi krisis.

Pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 diramal minus 2,9-1,1 persen. Kondisi ini diramal banyak kalangan berpotensi menyebabkan rasio kredit macet (non performing loan/NPL) perbankan, melonjak. Lalu bagaimana sebenarnya kekuatan industri keuangan kita di masa pandemi ini?

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir menilai, kenaikan NPL pada industri keuangan bisa berimbas pada sektor industri lain. 

“Itu mengapa pemerintah perlu mencari potensi lain untuk memitigasi risiko serta memperkuat kebijakan yang ada saat ini,” ucapnya dalam diskusi ekonomi bertajuk Peran Strategis Industri Jasa Keuangan dalam PEN, di Jakarta, kemarin. 

Berdasarkan data OJK per Juli 2020, NPL gross tercatat 3,22 persen, naik signifikan bila dibandingkan dengan posisi Juli 2019 yang hanya sebesar 2,55 persen. 

Sementara, NPL net Juli 2020 turun tipis menjadi 1,12 persen dari posisi Juni 2020 yang sebesar 1,13 persen. Kemudian, pertumbuhan kredit pada Agustus 2020 tercatat sebesar 1,04 persen year on year (yoy), turun dibandingkan posisi Juli 2020 yang tumbuh sebanyak 1,53 persen yoy. 

Baca juga : Cegah Penularan Corona, JK Sarankan Pilkada Diundur

Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 11,64 persen yoy pada Agustus 2020. Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Logistik OJK Anto Prabowo menilai, kondisi perbankan saat ini jauh lebih kuat dibanding krisis sebelumnya. 

Hal ini terlihat dari permodalan bank, atau Capital Adequacy Ratio (CAR) di kisaran 23,1 persen. Artinya, likuiditas perbankan masih mencukupi lantaran rendahnya penyaluran kredit yaitu sebesar Rp 5.536 triliun per Juli 2020. 

Anto menjelaskan, perlambatan kredit yang terjadi sekarang ini disebabkan rendahnya permintaan. Selain itu, dipicu isu reformasi sistem keuangan, terutama rencana amendemen Undang-Undang (UU) Bank Indonesia (BI). 

“Kondisi ini mempengaruhi para pelaku pasar sehingga melakukan wait and see,” imbuhnya. 

Ia menilai, sejauh ini pemerintah telah banyak memberikan stimulus yang disalurkan lewat perbankan. Walau begitu, pemulihan ekonomi masih dibayangbayangi krisis kesehatan. 

“Ke depan, OJK memandang, ekonomi akan penuh tekanan karena masih adanya pandemi Covid-19 dan kondisi geopolitik global,” imbuhnya. 

Baca juga : Ara Sirait: Dirjen Otda, Tolong Buat Kebijakan yang Peka dengan Kesehatan Rakyat

Namun demikian, Anto mengatakan, upaya pemulihan ekonomi harus dterus dilakukan. Sebab, tidak ada yang tahu kapan pandemi berakhir. Jadi, lebih baik mengupayakan perekonomian bangkit agar bisa terciptaV-Shape Recovery. Yaitu, proses pemulihan yang cepat, dengan cara membuka aktivitas masyarakat secara bertahap dan terukur. 

“Fokus kami ke depan, untuk memperpanjang relaksasi restrukturisasi secara langsung dan lancar. Serta penetapan restrukturisasi hanya satu pilar,” terangnya. 

Tetap Optimistis

Dosen Univeritas Perbanas sekaligus Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE Indonesia) Piter Abdullah menilai, dunia usaha membutuhkan restrukturisasi kredit. Sebab, mereka tengah mengalami persoalan cash flow yang berat. 

“Kalau tidak dibantu melalui restrukturisasi kredit, maka dunia usaha akan sangat sulit penuhi kewajibannya. Sementara untuk memulihkan ekonomi, sektor usaha harus tetap berjalan,” ucapnya di acara yang sama. 

Sementara, Kepala Ekonom PT Bank Permata Josua Pardede secara umum melihat, ekonomi global telah menunjukkan tandatanda perbaikan. 

Baca juga : Bamsoet Desak OJK Segera Tuntaskan Sengkarut AJB Bumiputera

“Harga komoditas dan aktivitas manufaktur relatif mengalami peningkatan,” imbuhnya. 

Ia menyarankan kepada perbankan Indonesia agar menyalurkan kredit ke beberapa sektor yang memiliki dampak tinggi dari sisi permintaan. 

Disebutkannya, sektor pertanian salah satu usaha yang stabil di tengah pandemi. Corporate Secretary PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Rully Setiawan mengaku tetap optimistis kendati resesi membayangi perekonomian nasional. 

“Kami akan terus mendukung program pemerintah dalam menjaga stabilitas perekonomian di masa pandemi. Salah satunya lewat penyaluran dana Program PEN yang sudah kami salurkan hingga Rp 35 triliun per September 2020,” ungkap Rully kepada Rakyat Merdeka. 

Dia menuturkan, pihaknya siap mendukung debitur yang memerlukan kredit modal kerja agar bisnis mereka dapat beroperasi kembali. [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.