Dark/Light Mode

Harga Listrik EBT Masih Cukup Tinggi

Kamis, 24 September 2020 18:17 WIB
Menteri ESDM), Arifin Tasrif
Menteri ESDM), Arifin Tasrif

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berkomitmen mendorong pengembangan pembangkit berbasis energi bersih dalam penyediaan energi nasional ke depan. 

Rencananya, pemerintah akan menambahkan 16,7 Giga Watt (GW) dalam kurun waktu 10 tahun sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Perusahaan Listrik Negara 2019 - 2028.

"Ada beberapa tantangan pengembangan pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT), ",kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pada acara daring PLN International Conference on Technology and Policy in Electric Power and Energy 2020, Rabu (23/9).

Menurut Arifin, tantangan pertama adalah keekonomian EBT yang dinilai masih belum kompetitif dibandingkan dengan harga pembangkit berbahan bakar fosil. 

"Harga EBT masih relatif lebih mahal dibandingkan pembangkit konvensional," tegasnya.

Baca juga : Bayar Listrik Pakai SPIN Dapat Cashback Hingga 45 Persen

Kedua, sifat pembangkit yang intermittent, seperti PLT Surya dan PLT Bayu sehingga memerlukan kesiapan sistem untuk menjaga kontinuitas pasokan tenaga listrik.

Sebaliknya, pembangkit EBT yang least cost (ongkos rendah) dan faktor kapasitasnya bagus, seperti PLT Air, PLT Minihidro, dan PLT Panas Bumi, umumnya terletak di daerah konservasi yang jauh dari pusat beban, membutuhkan waktu relatif lama dalam pembangunan, mulai dari perizinan, kendala geografis, hingga keadaan kahar (longsor).

Terakhir, Arifin menyampaikan, untuk bioenergi, pengembangan pembangkit biomassa maupun biogas memerlukan jaminan pasokan feedstock selama masa operasinya.

Ia meyakini Indonesia sebagai negara tropis sangat cocok dan punya potensi besar dalam mengembangkan EBT, terutama dari pemanfaatan energi matahari. 
Mengingat, penyinaran energi surya tersebut di Indonesia lebih panjang dibandingkan negara lainnya.

"Sangat bisa mengandalkan energi surya, karena negara tropis. Penyinaran matahari lebih panjang dari negara lain," jelasnya.

Baca juga : Suami Cuek, Nyebelin

Arifin tak menampik bahwa porsi batubara dalam pemenuhan kebutuhan bauran pembangkit listrik masih tinggi. 

"Realisasi bauran energi untuk tenaga listrik hingga Juni 2020 masih didominasi oleh batubara," ungkapnya.

Meski begitu, bauran pembangkit EBT terus mengalami peningkatan bahkan melebihi target yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah dalam Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2020. 

Pergerakan signifikan ditunjukkan oleh bauran dari pembangkit berbasis air dan panas bumi.

Untuk panas bumi telah mencapai 5,84% atau 2.131 Giga Watt Hour (GWh) dari target 4,94% (14,77 GWh). 

Baca juga : Alex Morgan, Hijrah Ke Inggris

Sementara realisasi air mencapai 8,04% atau 6.857 GWh dari target 6,23% (18,63 GWh). Untuk EBT lainnya realisasinya mencapai 3,24 GWh atau 0,29%, melebihi dari target yang ditetapkan, yakni 1,01 GWh.

Adapun serapan bauran pembangkit gas mencapai 17,81% atau setara 175.119 British Billion Thermal Unit (BBTU), sedangkan serapan bauran pembangkit Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Bahan Bakar Nabati (BBN) mencapai 3,75% dengan rincian volume 0,86 juta kilo liter untuk BBM dan 0,29 juta kilo liter untuk BBN.  "Total realisasi produksi listrik sebesar 133.216 GWh," pungkanya. [KPJ]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.