Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
UU Ciptaker Ikut Picu Ketidakpastian
Bos OJK Klaim Pasar Modal Mulai Bergeliat
Rabu, 21 Oktober 2020 07:56 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) disebut-sebut menambah daftar ketidakpastian di pasar modal. Nasibnya, kini bergantung dari langkah pemerintah dalam memulihkan perekonomian.
Pengamat pasar modal sekaligus Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee mengakui, selain pandemi Corona, polemik UU Ciptaker ikut memberikan sentimen negatif terhadap pergerakan pasar modal.
Baca juga : Di Tangan Pak Pratik, Kini Suara Buruh Digantungkan
Namun demikian, ditekankannya, pergerakan pasar modal dalam jangka pendek, sulit dijadikan sebagai indikator. Hans menuturkan, secara umum investor sebenarnya lebih mempertimbangkan masa depan pekonomian.
Tapi, faktanya, pertumbuhan ekonomi Indonesia diramal tetap minus tahun ini. “Walau begitu, tetap masih banyak optimisme. Berbagai stimulus dilakukan regulator un tuk memulihkan ekonomi serta upaya menjaga pasar modal, kami harapkan itu bisa mem beri efek positif,” kata Hans kepada Rakyat Merdeka.
Baca juga : Tanggapi Demo UU Cipker, Hendardi: Ketertiban Sosial Harus Jadi Prioritas Bersama
Sementara, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso berpendapat, selain faktor sentimen yang datang dari dalam maupun luar negeri, kondisi pasar modal Indonesia masih memiliki banyak kekurangan. Terutama dalam masalah hedging (lindung nilai). Di mana sekarang ini, belum adanya produk yang menjadi jaminan saat pasar modal terkena sentimen dari berbagai faktor.
Wimboh mencontohkan, risiko suku bunga dan hedging default belum begitu banyak. Sehingga investor asing kalau ada sentimen negatif, langsung menarik dananya. “Strategi asing langsung sell off (jual), karena belum ada hedging yang mumpuni terutama soal nilai tukar. Ini tantangan bersama. Ini yang sering dikritik investor asing, sehingga mereka banyak yang menarik dananya dari Indonesia,” terang Wimboh saat Pembukaan Capital Market Summit and Expo 2020, kemarin.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya