Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

UU Ciptaker Ikut Picu Ketidakpastian

Bos OJK Klaim Pasar Modal Mulai Bergeliat

Rabu, 21 Oktober 2020 07:56 WIB
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso. (Foto: Istimewa)
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) disebut-sebut menambah daftar ketidakpastian di pasar modal. Nasibnya, kini bergantung dari langkah pemerintah dalam memulihkan perekonomian.

Pengamat pasar modal sekaligus Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee mengakui, selain pandemi Corona, polemik UU Ciptaker ikut memberikan sentimen negatif terhadap pergerakan pasar modal.

Baca juga : Di Tangan Pak Pratik, Kini Suara Buruh Digantungkan

Namun demikian, ditekankannya, pergerakan pasar modal dalam jangka pendek, sulit dijadikan sebagai indikator. Hans menuturkan, secara umum investor sebenarnya lebih mempertimbangkan masa depan pekonomian.

Tapi, faktanya, pertumbuhan ekonomi Indonesia diramal tetap minus tahun ini. “Walau begitu, tetap masih banyak optimisme. Berbagai stimulus dilakukan regulator un tuk memulihkan ekonomi serta upaya menjaga pasar modal, kami harapkan itu bisa mem beri efek positif,” kata Hans kepada Rakyat Merdeka.

Baca juga : Tanggapi Demo UU Cipker, Hendardi: Ketertiban Sosial Harus Jadi Prioritas Bersama

Sementara, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso berpendapat, selain faktor sentimen yang datang dari dalam maupun luar negeri, kondisi pasar modal Indonesia masih memiliki banyak kekurangan. Terutama dalam masalah hedging (lindung nilai). Di mana sekarang ini, belum adanya produk yang menjadi jaminan saat pasar modal terkena sentimen dari berbagai faktor.

Wimboh mencontohkan, risiko suku bunga dan hedging default belum begitu banyak. Sehingga investor asing kalau ada sentimen negatif, langsung menarik dananya. “Strategi asing langsung sell off (jual), karena belum ada hedging yang mumpuni terutama soal nilai tukar. Ini tantangan bersama. Ini yang sering dikritik investor asing, sehingga mereka banyak yang menarik dananya dari Indonesia,” terang Wimboh saat Pembukaan Capital Market Summit and Expo 2020, kemarin.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.