Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Bank Tahan Kredit Dan Korporasi Takut Ambil Kredit

Menkeu Takut Ekonomi Kita Bakal Pingsan Terus

Rabu, 9 Desember 2020 06:28 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani. (Dok.Kemenkeu)
Menteri Keuangan Sri Mulyani. (Dok.Kemenkeu)

RM.id  Rakyat Merdeka - Dampak pandemi Covid-19 telah merambah ke sektor keuangan. Alhasil, penyaluran kredit perbankan terpantau loyo dan berdampak terhadap ekonomi dalam negeri.

Di masa pandemi, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani melihat, sektor keuangan belum berani memberikan kredit kepada debitor. Ini sebenarnya sejalan dengan korporasi yang memilih menahan diri mengambil kredit.

Padahal, pertumbuhan kredit diperlukan untuk menggerakkan perekonomian yang juga terkontraksi dalam akibat pandemi.

“Sekarang harus berupaya bagaimana sektor keuangan dan korporasi kembali bisa melakukan bisnis secara hati-hati, harus mulai pulih. Karena kalau terlalu lama pingsan, ekonomi juga pingsan,” ujar Sri saat webinar virtual, kemarin.

Baca juga : Kembangkan Barista Milenial Dan Industri Kopi, Strategi Tino Bangkitkan Ekonomi Kendal

Salah satu cara memulihkan kedua sektor tersebut, yakni dengan keberanian memulai memberikan dan mengambil kredit. Di mana sektor keuangan memberikan kredit dan korporasi mengambil kredit.

“Harus dua-duanya. Kalau yang satu tidak ambil kredit dan satunya nggak berani beri kredit, maka ekonomi akan pingsan,” tegasnya.

Dengan situasi ini, dia menegaskan peran Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) sangat diperlukan untuk mendorong pemulihan perekonomian.

Dalam hal ini, pemerintah memberikan insentif perpajakan bagi dunia usaha serta relaksasi kredit atau tidak membayar kredit terutama bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) hingga 9 bulan.

Baca juga : Terjadi Titik Balik, Ekonomi Kita Tunjukkan Perbaikan

Hal ini dilakukan bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selain itu, pemerintah juga memberikan jaminan pinjaman modal kerja agar sektor jasa keuangan, terutama bank berani memberikan pinjaman.

“Ini policy extraordinary. Dilema jaminan perlindungan vs moral hazard. Harus dikalkulasikan risiko antarkebutuhan pulihkan ekonomi dan tetap hati-hati dengan kemungkinan terjadinya kejahatan atau moral hazard,” jelasnya.

Sri memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan minus di tahun ini, di kisaran -2,4 persen atau lebih rendah dari prediksi sebelumnya -1,1 persen.

Lonjakan kasus penularan Covid-19 yang terjadi sejak November-Desember menyulitkan dirinya membuat ekonomi Indonesia tumbuh positif. Apalagi, pemulihan ekonomi tidak bisa hanya ditopang oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN.

Baca juga : Menkeu Pede Ekonomi Tahun Depan Bakal Tumbuh 5 Persen

Karena itu, kata Sri, pemerintah terus berupaya mendorong sektor keuangan dan korporasi untuk kembali bergerak dan mulai pulih.

Meski begitu, kondisi perekonomian Indonesia saat ini telah mengalami pembalikan dibandingkan kuartal II-2020 yang mencatatkan kontraksi dalam di level -5,32 persen.

Di kuartal III, ekonomi nasional mulai mengalami perbaikan, meski masih di zona negatif, yakni 3,49 persen. Sri mengakui, tren pemulihan secara maksimal di akhir tahun memang masih belum terlihat jelas.

“Kita akan berupaya agar ekonomi ke depan tidak hanya sekadar membalik, tapi menjadi full recovery. Ini tantangan kita di kuartal IV dan tahun 2021,” ujarnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.