Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Dorong Jadi Produk Unggulan, Perpusnas Diseminasi Informasi Kelapa

Jumat, 21 Mei 2021 08:40 WIB
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando (kiri). (Foto: Dok. Perpusnas)
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando (kiri). (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kelapa merupakan tanaman multimanfaat. Di beberapa negara, kelapa juga sering disebut sebagai pohon kehidupan (tree of life). Sebab, hampir semua bagian dari pohon kelapa dapat diolah menjadi produk yang bernilai ekonomi. Demikian disampaikan Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando saat menjadi keynote speaker di Dialog Nasional yang diselenggarakan secara hybrid oleh Perpusnas dengan tema “Membangun Literasi Kelapa Menuju Kedaulatan Produksi Pangan Dalam Negeri”, Kamis (20/5).

Dahulu, bangsa Indonesia dikenal sebagai negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Bahkan, di zaman kolonial Hindia Belanda, hasil kopra (kelapa kering) dari pohon kelapa sanggup menghasilkan pemasukan sebesar 40 persen dan dipergunakan untuk keperluan senjata/perang dan pendanaan kerja sama internasional. Predikat ‘Negeri Nyiur Melambai’ pun pernah disematkan karena melihat kaya dan potensi dari pohon kelapa.

"Akan tetapi, ketenaran tersebut mulai redup bersamaan dengan kondisi hulu perkelapaan di Indonesia. Karenanya, kita harus membangun kembali kesadaran akan pentingnya tanaman kelapa, baik dari sisi ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan," ucap Syarif.

Baca juga : Dukung PEN, Kemenperin Digitalisasi Industri Batik Dan Kerajinan

Perpusnas punya tanggung jawab besar untuk meningkatkan literasi kelapa agar kelapa kembali menjadi komoditas unggulan nasional. Melalui program transformasi layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial, Perpusnas mendiseminasikan diversifikasi literasi kelapa yang terfokus pada informasi dan pengetahuan terapan mengenai kelapa dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

Menurut Direktur Eksekutif International Coconut Community Jelfina Alouw, sejak 2012, Indonesia tidak lagi memegang predikat sebagai produsen kelapa terbesar di dunia. Kini, posisinya digantikan India. Luas kebun kelapa yang dimiliki Indonesia saat ini, juga sudah kalah luas dengan yang ada di Filipina.

“Selain disebut sebagai pohon kehidupan, kelapa juga dapat dikatakan sebagai hadiah dari Tuhan. Sebab, memang banyak sekali yang bisa dihasilkan dan bisa menjadi penopang hidup petani kelapa. Karena kelapa adalah komoditas rakyat yang layak untuk diperhatikan, maka kita semua harus bertanggung jawab dalam memberikan dukung literasi kelapa kepada mereka,” ujar Jeflina.

Baca juga : Dorong Industri Unggas Maju, Ini Rekomendasi Indef

Bupati Indragiri Hilir HM Wardan mengatakan, ada beberapa faktor lain yang menjadi penyebab berkurangnya produksi kelapa di daerahnya. Salah satunya adalah hama. “Kumbang tanduk, monyet, dan tupai adalah hama yang biasa menyerang buah kelapa milik masyarakat,” ucapnya.

Ada pun upaya yang telah dilakukan di kabupaten yang juga dikenal sebagai negeri seribu parit hamparan kelapa dunia ini, adalah mengaplikasikan konsep trio tata air yang terdiri dari saluran, tanggul, dan pintu klep di perkebunan kelapa. “Pohon kelapa adalah pohon kehidupan bagi masyarakat kami dan parit menjadi pusat kesuburan tanah serta alat transportasi bagi buah kelapa di daerah pasang surut seperti Kabupaten Indragiri Hilir,” tambah Wardan.

Senada, Wakil Bupati Tanjung Jabung Barat Hairan menjelaskan, di daerahnya perkebunan kelapa sawit sudah dilakukan replanting atau peremajaan oleh pemerintah, sedangkan hal itu belum terjadi untuk perkebunan kelapa dalam. “Di Kabupaten Tanjung Jabung Barat itu ada 13 kecamatan, kelapa dalam menjadi primadona di 6 kecamatan dan kelapa sawit di 7 kecamatan. Namun, pemerintah baru hanya memberikan bantuan untuk replanting sampai 30 juta per hektar untuk perkebunan kelapa sawit, padahal tidak ada perbedaan antara kelapa sawit dan kelapa dalam. Replanting penting dilakukan untuk menghasilkan kelapa dengan kualitas yang baik agar harga jual menjadi tinggi,” jelas Hairan.

Baca juga : Kemenpora Andalkan 14 Cabor Unggulan Raih Prestasi Internasional

Sementara, Ketua Sahabat Kelapa Indonesia Mawardin Simpala menginformasikan bahwa Indonesia ditetapkan krisis kelapa. Organisasi PBB untuk Pangan dan Pertanian Dunia, Food and Agriculture Organization (FAO), sudah mengamati kondisi ini dan secara gamblang mengatakan pada November 2013.

“Kalau kita bersama-sama mendorong ekonomi kelapa, berarti kita juga mendorong ekonomi rakyat dan itu peluangnya sangat besar. Karena, jika dibandingkan Filipina yang sudah mengekspor 35 macam produk turunan kelapa, Indonesia saat ini baru mengekspor 14 atau 15 macam. Itu tandanya ada selisih sekitar 20-21 macam yang masih bisa kita diversifikasi,” ungkapnya. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.