Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Satya Widya Yudha mengatakan, pemerintah telah memiliki strategi dalam melakukan transisi energi untuk mengurangi emisi karbon sebagaimana tertuang dalam ratifikasi Paris Agreement.
Berdasarkan Nationally Determined Contribution (NDC), Indonesia ditargetkan memberikan kontribusi penurunan emisi di sektor energi sebanyak 38 persen sampai batas waktu tahun 2030.
"Target penurunan emisi di sektor energi dalam NDC hanya sekitar 38 persen yang meliputi berbagai sektor. Di antaranya, transportasi, pembangkit listrik, industri migas,” jelas Satya dalam seminar bertajuk 'Upaya KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) Mengurangi Emisi Karbon' yang diselenggarakan oleh Ruang Energi, yang disiarkan melalui channel YouTube Ruang Energi, Kamis (16/7).
Baca juga : Pungli Dihabisi, Pengusaha Logistik Happy
Adapun target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sebagaimana komitmen sektor energi yakni sebesar 314-398 juta ton Co2, pada tahun 2030, melalui pengembangan energi baru terbarukan (EBT), pelaksanaan efisiensi energi, dan konservasi energi, serta penerapan teknologi energi bersih.
Satya merinci, target penurunan emisi GRK di sektor energi melalui pengembangan EBT sebesar 170,42 juta ton CO2. Kemudian untuk energi efisiensi target penurunan emisi mencapai 96,33 juta ton CO2.
Selanjutnya, clean power (energi bersih) sebesar 31,80 Juta ton CO2, fuel switching sebesar 10,02 juta ton CO2, dan post mining reclamation (perubahan lahan) sebesar 5,46 juta ton CO2. Sehingga jika dikalkulasikan sebesar 314 juta ton CO2.
Baca juga : Brantas Abipraya Garap Bendungan Tertinggi
"Renewable kalau kita lihat hari ini, di 2020, EBT kita 11,2 persen itu primer. Kalau jadi energi final sebesar 14 persen, dari target 38 persen di tahun 2030," jelas Satya.
Pada 2020 Indonesia berhasil memberikan kontribusi penurunan emisi GRK sebesar 64,36 juta ton CO2 dari target 314 juta ton CO2 di 2030, maka rencana aksinya adalah mulai dari meningkatkan Pembangkit Listrik yang bersumber dari EBT, efisiensi energi, menggunakan Bahan Bakar Nabati (BBN), PLTU Cofiring Biomassa (subtitusi dari batubara).
Serta, pemanfaatan kendaraan listrik, transisi ke green fuel dan teknologi energi bersih, dengan asumsi pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen-5,5 persen per tahun.
Baca juga : Jangan Sepelekan Covid-19!
"Ini menjadi faktor yang utama karena Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) didesain dengan pertumbuhan ekonomi 7-8 persen per tahun. Otomatis demand akan bertambah jika dibanding pertumbuhan ekonominya dibawah 5-5,5 persen per tahun," tuturnya.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya