Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Umumkan Kocek Negara Tekor 219 Triliun

Sri Mul Tak Kelihatan Pusing

Selasa, 22 Juni 2021 08:20 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (Foto: Instagram/smindrawati)
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (Foto: Instagram/smindrawati)

 Sebelumnya 
"Bidang kesehatan harus tetap menjadi perhatian. Di sisi lain, pemulihan melalui PEN dan APBN perlu terus dijalankan dan Undang-Undang Cipta Kerja untuk reformasi struktural menjadi pondasi yang sangat penting," paparnya.

Tak seperti Sri Mulyani, Anggota Komisi XI DPR Hendrawan Supratikno waswas dengan besarnya defisit ini. Dia menyebut, kondisi ini sudah kategori lampu kuning. Jika tidak terkendali, defisit 5,7 persen pada APBN 2021 bisa dengan mudah terlewati. Apalagi jika lonjakan kasus Covid-19 tidak dimitigasi dengan baik.

"Kekhawatiran ini nyata. Karena pola pencairan anggaran biasanya memuncak di triwulan terakhir. Kondisi ini juga menyiratkan, sektor riil belum kembali ke kondisi normal, dengan pengecualian subsektor pertambangan dan perkebunan," ucap Hendrawan.

Anggota Komisi XI DPR, Fauzi H Amro juga waswas. Dia pun meminta Kementerian Keuangan lebih kreatif menambal kekurangan APBN di sektor pajak. Misalnya, mencari sumber lain dari pajak perusahaan teknologi seperti Google, Facebook, Instagram, Twitter, Netflix, dan lainnya. Juga Pajak Penghasilan (PPh) bagi pelaku e-commerce seperti Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Gojek, Grab dan lainnya.

"Saya juga menyarankan Pemerintah memangkas gaji para direksi dan komisaris BUMN yang dikenal cukup besar. Kemenkeu juga mesti melakukan reformasi dan memperbaiki sistem data base perpajakan melalui digitalisasi pajak," usul politikus NasDem ini.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, kondisi sekarang sudah mengkhawatirkan. Sebab, baru Mei saja, defisit sudah tembus 1,32 persen. Sedangkan di akhir tahun, biasanya serapan anggaran didorong, sehingga risiko defisitnya diprediksi melebar hingga di atas 6 persen.

Bhima berharap, kondisi ini tidak dianggap remeh. "Jangan anggap enteng pelebaran defisit. Sebab, ujungnya penerbitan utang lebih agresif dan itu berbahaya bagi sistem keuangan," pesannya. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.