Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Jangan Lagi Andalkan Ekspor Barang Mentah

Minggu, 11 Juli 2021 10:40 WIB
Ekonom senior Kwik Kian Gie (Foto: Istimewa)
Ekonom senior Kwik Kian Gie (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Indonesia sulit menjadi negara dengan perekonomian maju di tahun 2045 jika ekspor yang dijalankan masih mengandalkan barang mentah. Hal itu disampaikan Menko bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Ekuin) era Presiden Abdurrahman Wahid, Kwik Kian Gie

Menurut Kwik, saat ini industri yang sedang maju di dunia adalah teknologi digital, farmasi hingga mobil listrik. “Sayangnya, Indonesia dengan beragam sumber daya alam belum bisa berkontribusi besar bagi industri-industri ini, sehingga dampak kemajuan ekonomi dunia untuk perekonomian Indonesia sangat sedikit,” kata Kwik kepada Rakyat Merdeka

Baca juga : KAI Catat Volume Angkutan Barang Meningkat 6 Persen

Dia mencontohkan, saat ini dunia sedang sibuk mengembangkan mobil listrik. Indonesia sebagai negara yang memiliki cadangan nikel sebagai bahan utama pembuatan baterai mobil listrik, harusnya bisa memanfaatkan momentum ini untuk memajukan perekonomian. 

Caranya, dengan menambang, mengolah dan memproduksi nikel dari perut bumi Indonesia. Kemudian nikel itu diolah menjadi baterai mobil listrik yang diproduksi industri otomotif besar di seluruh dunia. Dengan begitu, perekonomian Indonesia bisa makin cepat terdongkrak. Pertumbuhan ekonomi pun dipastikan bisa tumbuh maksimal. 

Baca juga : Arahin.id Janjikan Ekspor Impor Barang Lebih Mudah Dan Cepat

“Sayangnya, yang terjadi saat ini, nikel kita dibeli murah, diolah oleh perusahaan asing. Kita jual hanya sebagai bahan baku yang minim nilai tambah, padahal potensi ekonominya besar sekali. Ini kelemahan kita sejak dulu, mulai dari minyak bumi sampai minyak sawit,” ungkap Kwik. 

Terkait penurunan peringkat Indonesia yang menjadi negara dengan pendapatan menengah ke bawah, Kwik tidak kaget. Pasalnya, Indonesia baru melewati sedikit ambang batas dengan pendapatan atau penghasilan menengah ke atas. Jadi, saat pandemi Covid-19 terjadi dan ekonomi Indonesia terkontraksi, peringkatnya ikut turun kembali. 

Baca juga : Petani Bali Akui Mudah Dapatkan Asuransi Pertanian

Di kondisi seperti ini, lanjut Kwik, pemerintah tidak perlu terlalu memaksakan diri untuk bisa kembali ke posisi semula dalam waktu cepat. “Yang diperlukan saat ini adalah penanganan pandemi yang baik dan efeknya bisa membawa perekonomian pulih kembali,” sarannya. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.