Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Tekan Emisi

Kembangkan Teknologi Rendah Karbon, Pertamina Gandeng ExxonMobil

Selasa, 2 November 2021 18:31 WIB
Tekan Emisi Kembangkan Teknologi Rendah Karbon, Pertamina Gandeng ExxonMobil

RM.id  Rakyat Merdeka - Sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk melakukan transformasi bisnis ke arah green economy, Pertamina mengejar target Pemerintah dalam pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) 29 persen pada 2030 dengan usaha sendiri, dan sebesar 41 persen dengan bantuan internasional.

Dengan semangat itu, Kementerian BUMN juga telah memperkenalkan kebijakan berkelanjutan yaitu Gaya Hidup Ramah Lingkungan (Eco Lifestyle).

Kebijakan tersebut bertujuan untuk menciptakan tempat yang lebih baik bagi masa depan generasi Indonesia, melalui inisiatif energi hijau.

Untuk mendukung langkah tersebut, Kementerian BUMN terus mendorong Pertamina melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk perusahaan global dalam pengembangan teknologi Carbon Capture and Utilization and Storage/CCUS.

"Kolaborasi CCUS ini merupakan langkah untuk mewujudkannya. Kemitraan ini sangat penting untuk mengurangi efek gas rumah kaca, dan meningkatkan kapasitas produksi gas minyak nasional,"ujar Menteri BUMN Erick Thohir.

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengapresiasi dan mendukung upaya tersebut, dengan mendorong kerja sama Pertamina dan ExxonMobil dalam penerapan teknologi rendah karbon dan CCUS.

Baca juga : Kenalkan Teknologi Router, TP Link Luncurkan RE 305 AC 1200

Kolaborasi tersebut akan memperkuat kemitraan strategis yang berkelanjutan, antara Pertamina dan ExxonMobil yang telah terjalin sejak tahun 1970-an di sektor hulu  dan juga di sektor hilir beberapa waktu lalu.

"Peluang yang dikaji kedua perusahaan di Indonesia, kombinasi dari kebijakan pemerintah yang tepat dan kolaborasi industri berpotensi memberikan dampak yang luar biasa di sektor-sektor yang menyumbang emisi tertinggi. Tdak hanya di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara,” papar Luhut.

Dalam rangka menghadapi perubahan iklim global, sangat penting untuk mengambil langkah-langkah pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK), dalam mengatasi peningkatan suhu global, agar tidak melebihi 1,5 derajat Celcius.

Dalam kaitan pengurangan emisi, di sektor hulu, Pertamina telah menginisiasi beberapa proyek CCUS pada lapangan migas, dengan potensi pengurangan karbondioksida hingga 18 juta ton.

Salah satu pengembangan teknologi CCUS dilakukan di Lapangan Gundih, Cepu, Jawa Tengah yang terintegrasi dengan teknologi Enhanced Gas Recovery (EGR),.dan berpotensi mengurangi sekitar 3 juta ton CO2 dalam 10 tahun dan meningkatkan produksi migas.

Proyek direncanakan beroperasi pada tahun 2026.

Baca juga : Turunkan Emisi, Toyota Hadirkan Berbagai Macam Teknologi Mobil Listrik

“Penerapan teknologi CCUS merupakan bagian dari agenda transisi energi menuju energi bersih, yang tengah dijalankan Pertamina. Teknologi rendah karbon ini akan mendukung keberlanjutan bisnis Pertamina di masa depan,” ujar Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati.

Tantangan dalam pengembangan CCUS terletak pada nilai investasi yang besar, dan nilai keekonomian yang belum ideal.

Dalam menjawab tantangan ini, Pertamina terus melakukan sinergi dan kerja sama dengan berbagai perusahaan migas dunia. Sehingga, dapat mengakselerasi implementasi CCUS melalui transfer technology, joint development dan peningkatan capacity building.

Bersama ExxonMobil, Pertamina akan mengembangkan penerapan teknologi rendah karbon, untuk mencapai emisi net-zero dalam mempromosikan global climate goals.

Teknologi CCS diaplikasikan melalui penerapan proses injeksi CO2 ke dalam lapisan subsurface untuk diterapkan pada depleted reservoir di wilayah kerja Pertamina, serta mengkaji potensi skema hubs and cluster.

Pertamina dan ExxonMobil juga akan mengkaji soal berbagi data teknikal subsurface yang diperlukan, untuk penilaian subsurface formation sebagai tempat menyimpan CO2 dan karakteristik di lokasi tertentu di Indonesia.

Baca juga : Kemenkes: Yang Wajib Kembalikan Pembayaran Insentif, Hanya Yang Dobel Transfer

Kedua perusahaan juga akan mengkaji soal data infrastruktur termasuk data pipa, fasilitas dan sumur untuk mengevaluasi penggunaan ulang infrastruktur yang ada untuk transportasi.

Aplikasi teknologi ini juga dapat diterapkan pada produksi blue hydrogen yang dikombinasikan teknologi CCS.

Aplikasi lainnya yang akan dikaji adalah CCUS, yaitu pemanfaatan CO2 yang akan diubah menjadi produk bernilai tambah, yang penerapannya dilakukan di industri hulu dan hilir migas.

Untuk itu, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan President ExxonMobil Indonesia Irtiza H. Sayyed telah menandatangani nota kesepahaman yang disaksikan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri BUMN Erick Thohir, beserta Wakil Menteri BUMN Pahala N. Mansury dan Menteri ESDM Arifin Tasrif, Senin (1/11) pada KTT Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa di Glasgow, Skotlandia, yang berlangsung 1-10 November 2021. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.