Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Panduan Hidup Positif, Praktis dan Produktif di Ruang Digital

Kamis, 30 Desember 2021 12:07 WIB
Panduan Hidup Positif, Praktis dan Produktif di Ruang Digital

RM.id  Rakyat Merdeka - Sejumlah Pegiat Literasi Digital sepanjang 2021 telah menghasilkan 15 karya modul dan buku tentang literasi digital diantaranya 9 (sembilan) Modul Privasi Perlindungan Diri dalam 9 (Sembilan) edisi Bahasa Daerah yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Minang, Aceh, Palembang, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.

Founder Klinik Digital Vokom dan DMP, Devie Rahmawati dalam keteranganya mengatakan, Pandemi 2020 lalu telah menghantarkan masyarakat kita menjadi mendadak digital, dimana ruang digital selain menghadirkan “madu”, namun juga disertai “racun” yaitu tantangan 8 P : penghilangan data pribadi, perjudian online, perdagangan manusia dan narkoba, pornografi, perundungan, penipuan keuangan online, praktik kecanduan gawai dan budaya koruptif di ruang digital dan penyebaran berita bohong.

Baca juga : Lanjutkan Tren Positif Di PLN Grup, Indonesia Power Raih 4 Proper Emas Di 2021

Koordinator Literasi Digital sekaligus Wakil Ketua GNLD Siberkreasi, Rizky Ameliah menuturkan, Siberkreasi sebagai wadah kolaborasi lebih dari 119 institusi dan komunitas pegiat literasi digital, semenjak 2017, bersama Kominfo, membangun Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) yang bertujuan meningkatkan kesadaran, pendidikan dan pengalaman masyarakat di dunia digital. Awal tahun 2021, Siberkreasi bersama Japelidi dan Kominfo telah meluncurkan empat modul literasi digital (ketrampilan, keamanan, etika dan budaya), yang kemudian sudah disampaikan kepada lebih dari 12.500.000 masyarakat lewat pelatihan Makin Cakap Digital. Tentu saja, modul-modul tersebut perlu diperluas dan diperkuat dengan kehadiran modul atau panduan teknis lainnya, agar masyarakat digital Indonesia yang berdaya dapat terwujud.

“Kami pun bergotong royong menghasilkan 15 modul dan buku ini, yang isinya dimaksudkan memberikan panduan sederhana yang dapat dengan mudah diikuti oleh berbagai kalangan baik di perkotaan maupun pedesaan. Dari mulai bagaimana memggunakan perangkat digital, memproduksi konten, bernavigasi di kanal komunikasi digital, memahami piranti keras, berpikir kritis, memverifikasi dan mendistribusi informasi, berpartisipasi dalam diskusi digital serta taktik berkolaborasi yang sehat di ruang digital,” tambah Mila Viendyasari, Co – Founder Digital Makara Project (DMP).

Baca juga : Bukan Salah Polisi, Buruh Bisa Duduki Ruang Kerja Wahidin Halim

“Luas dan beragamnya Indonesia, tentu saja membutuhkan konten dan komunikasi yang mampu diperhatikan, didengar dan dipahami oleh berbagai corak dan ragam masyarakat. Inilah yang kemudian mengilhami kami untuk membuat modul literasi digital dalam berbagai Bahasa Daerah. Kami percaya, dengan kedekatan materi dengan latar belakang sosio kultural, pesan akan lebih mudah ditangkap dan dilakoni, “ seru Devie Rahmawati, Pembina Komunitas Mahasiswa Fact Checker UI.

“Berbagai materi ini dapat diperoleh masyarakat secara gratis di literasidigital.id Kami ingin, siapapun tanpa terkecuali dapat memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang sama. Karena pada tahun 2024, Kementerian Kominfo dan Siberkreasi berharap minimal 50 juta masyarakat sudah terliterasi digital,” tambah Rizky Ameliah, yang akrab dipanggil Kiki.

Baca juga : Brantas Abipraya kembali Raih Prestasi di Top Digital Awards

“Modul dan buku ini kami produksi sebagai bagian dari upaya melakukan vaksinasi bagi masyarakat, agar imun dari virus kebencian di dunia maya misalnya, akibat beredarnya berbagai berita bohong di ruang digital. Dalam studi yang dilakukan oleh kami tahun 2020 lalu, ditemukan bahwa, bahkan sebagian masyarakat saja, merasa bahwa media sosial adalah media yang memiliki jurnalis atau wartawan. Sehingga ketika berita bohong beredar di media sosial, masyarakat pun berpikir itu adalah kebenaran, karena mereka berkeyakinan bahwa media sosial juga institusi media yang profesional, karena merupakan media atau seperti kantor berita,” tutup Devie Rahmawati yang juga pengajar dan peneliti tetap Vokasi UI. [ARM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.