Dark/Light Mode

Strategi Kementan Tingkatkan Produksi Lewat Budidaya Padi Ramah Lingkungan

Jumat, 4 Februari 2022 11:57 WIB
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo didamping Dirjen Tanaman Pangan Kementan Suwandi saat melakukan penanaman padi bersama petani beberapa waktu lalu/Ist
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo didamping Dirjen Tanaman Pangan Kementan Suwandi saat melakukan penanaman padi bersama petani beberapa waktu lalu/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan peningkatan produksi padi, bahkan ekspor beras di tahun 2022. 

Tekad Kementan untuk bisa ekspor ini diharapkan bisa terwujud walau tahun ini sektor pertanian dihadapkan tantangan besar, yakni perubahan iklim ekstrim dan masa pandemi Covid-19.  

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi mengatakan, Kementan telah memiliki strategi jitu untuk mewujudkan target tersebut. 

Mengacu arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, upaya peningkatan produksi padi ini harus menggunakan cara-cara modern atau baru, yang berbeda dengan tahun sebelumnya. 

Sebab, tantangan yang dihadapi adalah dampak perubahan iklim ekstrim dan pandemi Covid-19. 

“Terobosan yang dilakukan percepatan tanam, Indeks Pertanaman (IP) 400 atau tanam 4 kali setahun dan perluasan areal tanam baru, serta yang tak kalah penting adalah melakukan budidaya padi ramah lingkungan,” kata Suwandi pada webinar Bimbingan Teknis dan Sosialisasi Propaktani, Kamis (3/2).

Suwandi menuturkan, melawan pandemi ini tentu telah membuat semua pihak membutuhkan makanan sehat. Untuk itu, dia mengajak semua pihak bersama-sama petani menyiapkan bahan makanan sehat. 

Sebab, sehat itu tidak berarti sehat untuk manusia, namun sehat untuk lingkungan. 

Baca juga : Pertamina Komitmen Investasi Produktif Dan Untungkan Negara

Agar ramah lingkungan, maka harus mengurangi penggunaan pupuk pestisida kimia, mengurangi penggunaan obat-obatan sintesis, dan lebih banyak menggunakan material yang bersifat bio seperti pupuk organik, pupuk hayati, bio-pestisida dan pengendalian hama terpadu.

Suwandi menjelaskan, budidaya padi ramah lingkungan bukan ilmu baru, namun mengembalikan kesuburan tanah sudah menjadi cara bertani petani Indonesia seperti zaman dahulu. 

Dengan teknik budidaya padi ini, tanah yang sudah tandus dan gersang karena intensif kimiawi dapat dikembalikan menjadi subur. Karena apa yang digunakan hari ini akan diwariskan untuk anak cucu ke depan. 

“Jangan kita merusak dan meracuni lahan hanya untuk mengejar produksi, sementara kita menghilangkan hara di lahan itu,” ujarnya.

Menurutnya, jangan hanya semata mengejar keuntungan motif ekonomi, namun harus memperhatikan aspek ekologi dan aspek lingkungan sosial. Aspek lingkungan sosial di sini dimaksudkan dalam hal penyerapan tenaga kerja, pluraisme, gotong royong dan keberagaman.

Suwandi mengatakan, sesuai kebijakan pembangunan pertanian arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, untuk melakukan proses budidaya harus berskala ekonomi dalam skala kawasan dan harus komprehensif. 

Artinya, ditangani mulai aspek hulu, budidaya onfarm, hilir hingga pasar, sehingga menjadi ekosistem satu kesatuan utuh dan aspek kelembagaan yang harus ditata, perlu offtaker yang menjamin kesiapan permodalan (KUR) dan aspek pasar. 

Proses budidaya yang sudah dilakukan dengan baik, menurutnya, tentu harus diikuti dengan hilirisasi baik yang dilakukan petani maupun kemitraan dengan Industri. Ini yang akan menjamin keberlanjutan /sustainabilitas dengan pendekatan skala Kawasan. 

Baca juga : Kementan Dan ICMI Perkuat Kerja Sama Bangun Pertanian

Contoh skala Kawasan dalam pengembangan IP 400 skala luas di Sukoharjo, Sragen, Klaten, Bantul, Bone perlu diperhatikan pengaturan pola tanam bareng, penggunaan benih unggul semai di luar, mekanisasi diperkuat karena jarak panen tanam hanya 5 hari, penggunaan biodecomposer, pengendalian hama terpadi untuk menjaga organisme pengganggu tanaman di bawah batas aman, Gerdal.

Selanjutnya, strategi peningkatan produksi lainnya melalui perluasan areal tanam baru di lahan kering, lahan tidur, lahan menganggur, karena musim hujan adalah ritme alam, sejengkal tanah harus ditanam. 

“Antisipasi mitigasi iklim ekstrim adalah keniscayaan, teknologi sebagai jawaban,” imbuh Suwandi.

Ketua Ikatan Sarjana Wanita Indonesia (ISWI) Retno Sri Indah Lestari memberikan acungan jempol terkait strategi yang dijalankan Kementan dalam meningkatkan produksi padi guna menghadapi dampak perubahan iklim dan pandemi Covid-19. 

Strategi meningkatkan produksi padi, antara lain melalui intensifikasi, yaitu upaya peningkatan produksi, produktivitas dengan mengoptimalkan lahan pertanian yang telah ada antara melalui penggunaan bibit unggul, pengendalian hama terpadu, penggunaan pupuk sesuai kebutuhan, pengairan, pemeliharaan dan penyuluhan. 

“Strategi ini yang tengah digalakkan Kementan, yaitu Gerakan IP 400, menanam padi empat kali dalam setahun. Ini sangat bagus sekali untuk mengoptimalkan pontensi sumberdaya alam dan mengefisien penggunakan input pertanian dan mendorong penggunakan teknologi modern,” jelas Retno.

Strategi lain, dikatakan Retno, yaitu melalui ektensifikasi, yaitu upaya meningkatkan hasil pertanian dengan memperluas lahan pertanian. Lahan yang belum dimanfaatkan, lahan bera, dan sebagainya. Salah satu yang digalakkan Kementan dalam upaya peningkatan luas tanam adalah Program PATB (Perluasan Areal Tanam Baru). 

“Tentunya dalam pengelolaan pertanian padi ini, aspek lingkungan, sosial serta keberlanjutan lahan budidaya perlu diperhatikan. Salah satunya melalui budidaya ramah lingkungan berkelanjutan,” terangnya.

Baca juga : Kementan Pantau Ketat Distribusi Pupuk Subsidi Bagi Petani

Sementara, Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso  mendukung upaya Kementan mewujudkan ketersediaan dan keterjangkauan pangan yang adil, aman dan bergizi. 

Namun demikian, yang perlu menjadi perhatian dalam mewujudkan hal tersebut adalah kemampuan petani mengakses lahan, modal, sarana dan sarana pertanian terbatas. 

Menurutnya, strategi yang dilandasi dengan kebijakan perlindungan petani dan lahan pertanian berkelanjutan, di antaranya peraturan terkait penetapan Kawasan pertanian pangan berkelanjutan, Kawasan lahan cadangan pertanian pangan. 

“Kemudian rehabilitasi kesuburan lahan dengan pengaturan pola tanam, penggunaan pupuk organik dan bahan biologis dan penyubur lahan,” terangnya.

Sutarto menambahkan, strategi lainnya yakni melalui pembenahan dan peningkatan infrastruktur bendungan, irigasi, jalan produksi. 

Kemudian, subsidi benih, pupuk yang tepat sasaran (tempat, jumlah, jenis, waktu, harga) dan peningkatan intensifikasi dengan memperhatikan lingkungan (iklim, gangguan organisme penggangu tanaman) sesuai kaidah precision farming. 

Strategi yang penting juga diilakukan adalah peningkatan kelembagaan petani melalui korporasi petani. 

“Andalan pangan dan pertanian adalah petani berlahan sempit dan pelaku industri usaha kecil menengah yang umumnya sulit mengakses modal, pasar. Untuk itu, perlu mendapat perhatian dan perlindungan secara berkelanjutan,” tutupnya. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.