Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Manfaatkan Integrated Farming, Kementan Kembangkan Kampung Alpukat Di Cianjur
Senin, 24 Januari 2022 16:31 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Peningkatan volume ekspor produk pertanian melalui program unggulan Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks) Kementerian Pertanian selalu digaungkan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) di berbagai kesempatan. Dengan meningkatnya kemampuan petani untuk melakukan ekspor, akan berdampak pula pada meningkatnya kesejahteraan mereka.
Dalam usahanya untuk turut menyukseskan Gratieks, Direktorat Jenderal Hortikultura memiliki program prioritas Kampung Hortikultura. Program ini mengusung konsep One Village One Variety (OVOV) dan dibangun dalam satu wilayah administratif desa.
Untuk 1 kampung buah dan sayur, luasan lahan yang diperlukan minimal 10 Ha. Sementara, untuk 1 kampung tanaman obat diperlukan lahan minimal seluas 5 Ha.
Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto mengungkapkan, tujuan Kampung Hortikultura tidak semata-mata hanya untuk membentuk kawasan hortikultura dalam skala besar, tujuan utamanya adalah kesejahteraan petani.
Tujuan terbentuknya kampung hortikultura bukan hanya kawasan hortikultura berskala besar, juga berujung pada kesejahteraan petani.
“Semua kami bina, mulai dari bimbingan GAP (Good Agricultural Practices) selama budidaya hingga GHP (Good Handling Practices). Benih yang diberikan juga benih bermutu. Kami juga kawal aspek perlindungan dan pascapanennya,” ungkap Prihasto.
Salah satu Kampung Hortikultura yang sudah mulai berjalan adalah Kampung Alpukat di lokasi Kelompok Tani (Poktan) Sukatani 2, Desa Sukadana, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Ditjen Hortikultura memberikan bantuan untuk pengembangan Kampung Alpukat di Desa Sukadana seluas 10 ha pada tahun anggaran 2021. Adapun alpukat yang dikembangkan di Kampung Alpukat Desa Sukadana merupakan varietas mentera atau mentega merah.
Baca juga : Pupuk Indonesia Dukung Pengusutan Penyalahgunaan Pupuk Subsidi Di Nganjuk
Kepala Seksi Produksi Tanaman Hias dan Buah-buahan Dinas Pertanian, Perkebunan, Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, Yatti Rachmawati menyatakan, pemilihan alpukat sebagai komoditas yang dikembangkan sangat tepat. Sebab, buah ini juga merupakan komoditas buah yang diprioritaskan di Cianjur.
Oleh karena itu, Poktan Sukatani 2 sebagai penerima bantuan sangat antusias dalam mengembangkan Kampung Alpukat ini.
“Untuk lokasi, Desa Sukadana dipilih karena ada kesesuaian agroklimat untuk komoditas alpukat. Di sini juga ada potensi dan kompetensi dari para petaninya untuk mengembangkan alpukat varietas mentera,” ujar Yatti.
Ketua Poktan Sukatani 2 atau yang dikenal juga dengan Kelompok Agrofarm, H Karmawan menjelaskan, Kampung Alpukat ini sudah berjalan tiga bulan sejak penanaman perdana di Oktober 2021, yang turut dihadiri oleh Direktur Buah dan Florikultura Liferdi Lukman. Sejauh ini, perkembangan Kampung Alpukat sangat bagus.
Menurut Karmawan, dari 1000 pohon, hanya 26 pohon saja yang gagal tumbuh. Selebihnya, berhasil tumbuh dengan baik dan terlihat perkembangannya sangat bagus.
Pohon alpukat ini dalam 3 tahun ke depan juga diharapkan tidak hanya menghasilkan alpukat, tetapi bisa menjadi pohon naungan bagi tanaman lain, seperti kopi dan asparagus.
“Ini bukti Agrofarm mengembangkan sistem integrated farming,” jelas Karmawan.
Karmawan mengatakan, pohon-pohon alpukat ini mulai bisa panen di tahun ke-4 dengan estimasi pendapatan total Rp137.500.000 dalam 3 kali panen dan diperkirakan dapat balik modal atau BEP di tahun ke-5.
Baca juga : Menpora Tegaskan Program Olahraga Kemenpora Kudu Mengacu Pada DBON
Keuntungan ini diharapkan terus bertambah dengan pengembangan Kampung Alpukat di lahan kosong yang masih tersedia di Desa Sukadana.
Harapannya, Kampung Alpukat ini mampu berkelanjutan. Masih ada ratusan hektare lahan kosong di desa ini.
“Jadi, jika nanti Kampung Alpukat di sini berhasil, saya rasa bisa dikembangan juga di lahan-lahan kosong tersebut,” ujarnya.
Bicara mengenai Integrated Farming, Pembina Agrofarm, Wisnu Wardoyo mengatakan, Agrofarm memang telah mengimplementasikan Integrated Farming.
Di Agrofarm, tidak hanya ada lahan pertanian, juga peternakan untuk menyediakan pupuk kandang organik dan perikanan sebagai barometer pencemaran.
Di sini, sistemnya Integrated Farming Termasuk dari pupuknya yang menggunakan pupuk alami dari kotoran hewan yang ada di peternakan kami.
“Kami tidak membeli pupuk dari luar. Dengan integrated farming, biaya produksi dapat lebih hemat, sekaligus melakukan penanaman beberapa tanaman. Setiap hari selalu ada yang dipanen, sehingga jauh lebih menguntungkan,” jelas Wisnu.
Selain alpukat, di lahan Agrofarm juga turut ditanami dengan asparagus dan buncis.
Baca juga : Pertamina Rosneft Kebut Persiapan Pembangunan Kilang GRR Tuban
Menurut Wisnu, kombinasi ketiga tanaman ini dipilih karena pemupukannya dapat dilakukan sekaligus. Dengan memberi pupuk ke tanaman asparagus dan buncis, pohon alpukat tidak perlu diberi pupuk lagi, sebab bisa mengambil residu pupuk dari asparagus dan buncis.
Lebih lanjut, Wisnu mengungkapkan bahwa keberlanjutan Kampung Alpukat ini ada di tangan petani milenial.
Dengan sistem integrated farming yang digunakan oleh Agrofarm, ini dapat menjadi kesempatan bagi para petani milenial mengembangkan pertanian yang berkelanjutan dan menghasilkan keuntungan lebih banyak.
Usaha pengembangan Kampung Alpukat harus dibantu oleh petani milenial yang berwawasan, mandiri, dan mampu memanfaatkan teknologi.
“Campur tangan petani milenial diharapkan mampu mengurangi angka pengangguran dan penduduk yang menjadi tenaga kerja di luar negeri (TKI) karena penghasilan di kampungnya sebagai petani sudah sangat mencukupi,” harap Wisnu. [KAL]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya