Dark/Light Mode

Kurangi Penggunaan BBM di Indonesia Timur

PLN, Pertamina, dan PGN Siap Serap Gas Masela

Rabu, 19 Juni 2019 19:17 WIB
Dirut Pertamina Nicke Widyawati (kelima kiri) dan Kepala SKK Migas Dwi Sutjipto (kelima kanan) foto bersama delegasi Indonesia di depan mobil berbahan bakar hidro, di sela acara Konferensi G20 di Karuizawa, Jepang, Jumat (15/4). (Foto: Kartika Sari/Rakyat Merdeka)
Dirut Pertamina Nicke Widyawati (kelima kiri) dan Kepala SKK Migas Dwi Sutjipto (kelima kanan) foto bersama delegasi Indonesia di depan mobil berbahan bakar hidro, di sela acara Konferensi G20 di Karuizawa, Jepang, Jumat (15/4). (Foto: Kartika Sari/Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - PLN, Pertamina, dan PGN siap menyerap gas Blok Masela. Ketiga perusahaan pelat merah itu, sangat menyambut baik tercapainya perjanjian proyek Blok Masela senilai 20 miliar dolar AS antara SKK Migas dan Inpex, akhir pekan lalu di Karuizawa, Jepang.

Kesiapan itu disampaikan Plt Direktur Utama (Dirut) PT Perusahaan Negara (PLN) Djoko R. Abumanan, Dirut PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, dan Dirut PT Perusahaan Gas Negara (PGN) kepada Rakyat Merdeka, Bisnis Indonesia, dan Metro TV di Hotel Imperial Tokyo, Senin (17/6) malam.

Hadir pula dalam perbincangan malam itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, Kepala Satuan Kerja Khusus Pengatur Kegiatan Hulu Minyak Dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Sutjipto dan Dirjen Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto.

Djoko R. Abumanan mengungkapkan, gas Blok Masela sangat penting untuk pengembangan pembangkit listrik di wilayah Indonesia Timur. Hal ini dilakukan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar minyak (BBM).

"Ada tawaran menarik dari Inpex, agar PLN menggunakan gas untuk listrik. PLN tertarik dan siap mengkonversi penggunaan BBM ke gas  jika memang Inpex benar bisa menyediakannya,” ungkap Djoko.

Baca juga : Jonan Lega, 4 Tugas Jokowi Beresin Sektor Migas Kelar

Ia menjelaskan, saat ini Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) belum ada di wilayah Indonesia Timur. Karena, infrastruktur gas di sana belum tersedia. Upaya pengurangan penggunaan BBM, baru bisa dilakukan dengan pembangunan pembangkit tenaga biodiesel.

Pembangkit dengan tenaga biodiesel ada di Maluku. Tetapi jumlahnya belum besar. “Sebagian besar pembangkit masih menenggak BBM,” katanya.

Terkait pengembangan pembangkit listrik tenaga gas, lanjut Djoko, Menteri ESDM Ignasius Jonan sudah memberikan arahan kepadanya agar jual listrik dibatasi 12 sen dolar per Kilo Watt Hour (KwH). “Itu harga yang bagus karena di wilayah Indonesia Timur (rata-rata) harganya 17 sen,” ungkapnya.

Pertamina Pilih B To B 

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pihaknya kemungkinan juga akan menyerap gas Blok Masela, untuk kebutuhan kilang Arun dan Bontang.

Baca juga : Telkom, Peringkat Pertama Brand Paling Bernilai di Indonesia dan Peringkat Pertama Telco di Asia Tenggara

“Kami sudah melakukan pembahasan terkait peningkatan kerja sama dengan Inpex. Itu kami lakukan secara B to B (Business to Business),” ungkap Nicke.

Dirut PGN Gigih Prakosa juga menyatakan siap menyerap gas Blok Masela. “PGN menyambut baik tercapainya kesepakatan Blok Masela. Kami siap menjadi salah satu buyer gas Masela,” ujar Gigih.

Selama ini, lanjutnya, PGN menyerap gas Liquified Natural Gas (LNG) dari Blok Donggi Senoro. Padahal, sumber gas dari blok tersebut sudah mau habis. Sehingga, kita memerlukan sumber baru penghasil gas. “Pak Dwi (Kepala SKK Migas Dwi Sutjipto-red) benar, bahwa kita membutuhkan sumber gas baru. Nah untuk mengganti semua itu adalah Masela,” kata Gigih.

Gigih optimis bahwa secara demand dan supply gas Masela akan ada. “Kita nggak perlu khawatir. Saya yakin, gas Masela akan terserap pasar karena demand-nya ada,” ujarnya.

Seperti diketahui, negosiasi pengelolaan Blok Masela di Kepulauan Tanimbar, Maluku, antara SKK Migas dengan Inpex, perusahaan migas asal Jepang, sudah memasuki babak akhir.

Baca juga : Penuhi Kebutuhan BBM Saat Macet, Tim Motoris Pertamina Bantu Pemudik

Belum lama ini, kedua belah pihak sudah menandatangani kesepakatan pokok (Head of Agreement/HoA). HoA Lapangan Gas Abadi di Blok Masela tersebut diteken Kepala SKK Migas Dwi Sutjipto, President Director Inpex Indonesia Shunichiro Sugaya, serta President & CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda.

Tahap selanjutnya, kedua belah pihak akan menandatangani perjanjian Plan of Development (PoD), yang rencananya ditekan akhir bulan ini, pada 27 Juni mendatang, bertepatan dengan acara puncak pertemuan negara-negara anggota G20 di Osaka, Jepang.

Dengan penandatanganan PoD, maka pengembangan dan pekerjaan teknis untuk mengeksplorasi cadangan gas tersebut sudah bisa dilakukan kontraktor, Inpex dan Shell.

Blok gas Masela merupakan salah satu blok gas raksasa. Cadangan gas Masela diperkirakan setidaknya mencapai 10,7 triliun kaki kubik (trillion cubic feet/Tcf). [TIK/DIR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.