Dark/Light Mode

Diingatkan Mantan Napiter, Awas! Teroris Berkeliaran Di Dunia Maya

Minggu, 4 Juni 2023 16:11 WIB
Ika Puspitasari (bercadar) dan suaminya, Achmad Supriyanto (ketiga kanan) usai berbincang dengan RM.id dan Tim Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di kediamannya, di Purworejo, Jawa Tengah. (Foto: Didi Rustandi/Rakyat Merdeka)
Ika Puspitasari (bercadar) dan suaminya, Achmad Supriyanto (ketiga kanan) usai berbincang dengan RM.id dan Tim Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di kediamannya, di Purworejo, Jawa Tengah. (Foto: Didi Rustandi/Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Masyarakat terutama kaum muda diingatkan supaya pandai memilah dan memilih informasi di dunia maya. Jangan sampai terperangkap dan terpapar paham ektremisme.

Pesan itu disampaikan seorang mantan narapidana terorisme (napiter) atau mitra deradikalisasi Ika Puspitasari.

Menurutnya, para terorisme aktif menggunakan internet dan media sosial sebagai sarana menyebarkan paham ekstremisme, dan kebanyakan anak muda yang menjadi sasarannya.

Sebab, anak muda dianggap memiliki semangat juang dan militansi tinggi, namun memiliki kelemahan mudah terpengaruh. 

Baca juga : ACC Dukung Peningkatan Kualitas Lingkungan Di Surabaya

Ika mengakui, saat pertama kali terpapar pemahaman terorisme juga melalui internet.

"Saya awalnya tidak sengaja membaca berita dan artikel di internet. Isinya tentang penyebaran kebencian terhadap sesama muslim dan kaum kafir," kata Ika, saat berbincang dengan RM.id, di Purworejo, Jawa Tengah.

Saat ini, setelah dua tahun lalu keluar dari penjara, wanita bernama asli Tasnimah Salsabila ini lebih banyak mengisi hari-harinya dengan berkebun, menjual kue, dan mengisi undangan seminar sebagai pembicara di lembaga pemerintah, swasta atau universitas.

Sebagai mitra deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ika yang saat ini sedang mengandung anak pertama ini mengakui, sering diundang dalam forum diskusi.

Baca juga : Pakai Jas PAN, Mantan Sekjen Berkarya Temani Zulhas Temui Mega

Hal itu dilakukan demi menyelamatkan masyarakat dari paham yang menyimpang dan bertentangan dengan negara. Dengan begitu, kehadiran mantan napiter bisa memberikan manfaat bagi masyarakat bangsa dan negara.

"Saya sering diundang mengisi seminar, menjelaskan tentang pengalaman sebagai mantan terorisme. Itu harus dilakukan supaya tidak ada lagi masyarakat yang terpapar paham terorisme," ungkapnya.

Wanita 40 tahun ini mengakui, terpapar terorisme saat menjadi pegawai migran di Hongkong Ika ditangkap pada Desember 2016 dan divonis 4,8 tahun penjara karena terbukti mendanai kelompok teroris.

Dia turut serta dalam merencanakan penyerangan ke markas pengikut Syiah-Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) di Bandung yang berhasil digagalkan aparat.

Baca juga : Ganjar Ajak Kades Bersama Perjuangkan Kemakmuran Rakyat

Ika pun bercerita tentang bagaimana awalnya dia bisa terlibat dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang merupakan jaringan teroris pengikut ISIS di Indonesia sampai akhirnya ditangkap oleh Densus 88 di Purworejo, Jawa Tengah, beberapa hari sebelum rencananya untuk melakukan bom bunuh diri di Bali pada 19 Desember 2016.

Menurut penuturannya, dia sudah mengenal jihad sejak tahun 2011, ketika Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton di Surakarta, Jawa Tengah dibom pada pada 25 September 2011, yang menewaskan pelakunya dan 24 orang lainnya luka-luka.

Kejadian itu membuat Ika yang saat itu tercatat sebagai seorang pekerja migran Indonesia di Hongkong ingin mengetahui lebih lanjut tentang ideologi jihadis.

Ia mulai banyak membaca situs-situs yang memuat informasi tentang dunia Islam. Tidak hanya berhenti di sana dia juga membaca laman yang menyebarkan ideologi kekerasan.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.