Dark/Light Mode

Wapres: Perwakafan Indonesia Terus Alami Kemajuan

Selasa, 5 Desember 2023 15:22 WIB
Wakil Presiden (Wapres) Indonesia, KH Maruf Amin membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Badan Wakaf Indonesia (BWI) di Jakarta pada 4-6 Desember 2023. (Foto: Istimewa)
Wakil Presiden (Wapres) Indonesia, KH Maruf Amin membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Badan Wakaf Indonesia (BWI) di Jakarta pada 4-6 Desember 2023. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wakil Presiden (Wapres) Indonesia, KH. Ma'ruf Amin membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Badan Wakaf Indonesia (BWI) di Jakarta pada 4-6 Desember 2023.

Dalam pidatonya, Kiai Ma'ruf menyebut perwakafan di Tanah Air menunjukkan jejak kemajuan yang positif dan terus berkembang.

"Jika semula wakaf dominan bersifat sosial, maka kini wakaf telah bertransformasi dalam bentuk-bentuk pengelolaan yang lebih produktif dan mendukung pemberdayaan masyarakat," kata Kiai Ma'ruf di Rakornas BWI, Senin (4/12/2023) malam.

Kiai Ma'ruf mengatakan, banyak penerima manfaat program sosial, pendidikan, kesehatan, maupun pemberdayaan ekonomi dan usaha mikro yang telah merasakan dukungan dan manfaat langsung dari pengelolaan wakaf produktif.

Kesadaran berwakaf pun telah jauh meningkat dari yang semula hanya dimiliki generasi lanjut usia, kini bergeser ke generasi muda, lintas profesi, dan struktur sosial.

Baca juga : Gandeng PLN, Pupuk Indonesia Perkuat Posisi Jadi Pelopor Amonia Hijau

Antara lain berkat munculnya beragam instrumen wakaf produktif. Wapres menyampaikan, pemangku kepentingan wakaf juga semakin luas, tidak semata menjadi bidang tugas Kementerian Agama (Kemenag) dan BWI.

Namun, melibatkan banyak kementerian dan lembaga hingga industri perbankan syariah. Dari sisi pengelola wakaf atau nadzir, kesadaran akan pentingnya profesionalisme, kompetensi, dan tata kelola yang baik terus tumbuh.

Begitu pula dengan perhatian terhadap pentingnya pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan wakaf.

"Mencermati kondisi ini, saya memandang Kementerian Agama dan Badan Wakaf Indonesia, selaku pemangku kepentingan utama perwakafan nasional, mesti bergegas mengoptimalkan upaya transformatif yang telah dijalankan," saran Kiai Ma'ruf.

Dia juga mengapresiasi penyusunan Peta Jalan Wakaf Nasional 2024 - 2029 yang merupakan hasil sinergi bersama Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Kemenag, BWI dan kementerian atau lembaga terkait lainnya, termasuk para nadzir, asosiasi nadzir, industri keuangan syariah dan akademisi.

Baca juga : Revisi UU Desa Segera Dibahas, Kades Indonesia Bersatu Tak Akan Turun ke Jalan

"Saya harap peta jalan ini menjadi panduan bagi pembuat kebijakan dalam mendorong pengembangan wakaf yang produktif, kolaboratif, dan integratif," jelas Wapres.

Di tempat yang sama, Ketua Pelaksana BWI, Prof. Mohammad Nuh menyampaikan, BWI sudah menyiapkan Peta Jalan Wakaf Nasional untuk transformasi dari pengelolaan wakaf yang tadinya fokus memperbanyak wakif, menjadi memperbanyak orang yang berwakaf.

Prof. Nuh mengatakan, memperbanyak orang yang berwakaf itu oke, tapi belum cukup. Oleh karena itu, dia ingin mentransformasi wakaf dan wakif menjadi pengelolaan yang lebih profesional.

"Dan lebih produktif,karena yang dibagikan ke mauquf alaihi atau penerima manfaat wakaf itu hasil dari pengelolaan wakaf," katanya.

Ia menjelaskan, dalam wakaf itu yang bisa dibagikan adalah hasil dari olahan induknya atau pokok wakaf. Oleh karena itu, pengelolaan hasil wakaf produktif menjadi tema sentral, karena yang bisa dibagikan itu hasil produktivitas wakafnya.

Baca juga : Produk Herbal Indonesia Tetap Perkasa Di Tengah Gempuran Barang China

Tetapi itu saja belum cukup, karena akan ada transformasi yang ketiga, yaitu cara menyalurkan penerima manfaat (wakaf) harus benar-benar memiliki dampak yang maksimal.

"Sehingga kalau itu kita bisa lakukan maka wakaf akan mudah untuk kita transformasikan untuk menjadi transformasi yang keempat yaitu wakaf 4.0," ujar Prof. Nuh.

Ketua Pelaksana BWI ini berharap, yang tadinya penerima manfaat wakaf menjadi pemberi wakaf atau wakif karena mendapat hasil dari wakaf produktif. Prof. Nuh menegaskan, salah satu caranya adalah memperkuat nadzir dan menjadikan mereka semakin kompeten.

"Karena nadzir adalah pengelola harta wakaf. Untuk itu, BWI sudah punya program membuat nadzir semakin kompeten," pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.