Dark/Light Mode

Angka TBC Melonjak Karena Sistem Deteksi Dan Pelaporan Digeber

Selasa, 30 Januari 2024 10:10 WIB
Ilustrasi tuberkulosis (Foto: Kemenkes)
Ilustrasi tuberkulosis (Foto: Kemenkes)

RM.id  Rakyat Merdeka - Komitmen Indonesia dalam mengatasi tuberkulosis (TBC) dibuktikan dengan memperbaiki sistem deteksi dan pelaporan, hingga tercapai notifikasi kasus tertinggi sepanjang sejarah pada 2022 dan 2023.

Lebih dari 724 ribu kasus TBC baru ditemukan pada 2022. Jumlahnya meningkat menjadi 809 ribu kasus pada 2023. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding kasus sebelum pandemi Covid, yang rata-rata penemuannya di bawah 600 ribu per tahun.

Deteksi TBC mirip dengan deteksi Covid-19. Jika tidak dites, dideteksi, dan dilaporkan, angkanya terlihat rendah, sehingga terjadi under reporting. Akibatnya, pengidap TBC berkeliaran dan berpotensi menularkan karena tidak diobati.

“Sebelum pandemi, penemuan kasus TBC hanya mencapai 40-45 persen dari estimasi kasus TBC. Masih banyak kasus yang belum ditemukan atau belum dilaporkan,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dr. Imran Pambudi di Jakarta, Senin (29/1/2024).

Jika yang terdeteksi lebih banyak, potensi pengidap yang dapat disembuhkan akan meningkat. Daya tular pun dapat ditekan.

Baca juga : Bisnis UMKM Makin Kuat Dengan Pinjaman Fintech

Sebagai upaya perbaikan, Kementerian Kesehatan melakukan perbaikan sistem deteksi dan pelaporan, agar data menjadi real time. Selain itu, laboratorium/fasilitas kesehatan juga dapat melaporkan langsung, sehingga data dan penemuan kasus menjadi lebih baik.

“Hasilnya, kasus tidak ditemukan turun, dari 60 persen menjadi 32 persen. Laporan atau notifikasi kasus juga menjadi lebih baik, karena mampu menemukan lebih banyak, sesuai angka perkiraan yang diberikan WHO,” jelas dr. Imran.

Kementerian Kesehatan melakukan percepatan penemuan kasus secara masif, sehingga mencatatkan sejumlah keberhasilan. Pertama, Kementerian Kesehatan berhasil menemukan 90 persen kasus baru. Dari kasus baru itu, jumlah pasien yang mendapatkan pengobatan mencapai 100 persen, termasuk 90 persen pasien sudah mendapatkan pengobatan sampai tuntas.

Kedua, sebanyak 58 persen orang dengan kontak erat tuberkulosis telah mendapatkan terapi pencegahan TB (TPT).

Perbaikan sistem pelaporan data ini dilakukan dengan pembentukan sistem pelaporan khusus untuk TBC, yaitu Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) yang dapat diakses oleh seluruh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes).

Baca juga : Relawan Mas Bowo Gelar Senam Sehat dan Pembagian Sembako Di Lebak

Perbaikan juga dilakukan melalui penerapan program Public Private Mix (PPM), untuk meningkatkan pelibatan fasyankes baik pemerintah maupun swasta dalam penanggulangan TBC.

Dengan langkah intervensi tersebut, fasyankes dapat segera melaporkan terduga TBC yang ditemukan melalui SITB. Kemudahan pelaporan itu mengakibatkan data penemuan kasus TBC meningkat. Peningkatan kasus juga berarti ada lebih banyak orang dengan TBC dapat dideteksi dan diobati.

“Kenaikan insiden TBC di Indonesia pada tahun 2020 dan 2021 ada di angka 14,9 persen per tahun. Di tahun 2021 dan 2022, peningkatan insiden mencapai 42,3 persen per tahun,” ujar dr. Imran.

Dia meyakini, angka insiden TBC yang meningkat pada 2023, diperkirakan akan menurun pada 2024.

“Jika penemuan kasus dan pengobatan TBC terus dilakukan terhadap saudara-saudara kita yang sakit TBC, maka diharapkan jumlah kasus TBC di Indonesia dapat semakin berkurang jumlahnya di tahun-tahun mendatang,” ujarnya. 

Baca juga : Pendiri Bumi Global Karbon: Genjot Efisiensi Agar Aliran Investasi Makin Deras

Agar tidak tertular TBC, dr. Imran mengimbau masyarakat untuk disiplin melaksanakan pola hidup bersih dan sehat, menghindari kontak dengan orang yang menderita TBC, menjaga kekebalan tubuh dengan pola makan seimbang, serta berolahraga.

Jika berisiko tinggi, masyarakat diminta mempertimbangkan vaksinasi BCG dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.

“TBC tetap menjadi tantangan global dalam dunia kesehatan. Dengan meningkatkan kesadaran, akses ke perawatan, dan langkah-langkah pencegahan, kita dapat bersama-sama mengatasi penyebaran penyakit ini dan melindungi kesehatan masyarakat,” tutur dr. Imran.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.