Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Kata Lionel Messi Usai Argentina Keok Di Laga Perdana Olimpiade
- Argentina Vs Irak, Tim Tango Dilarang Mengeluh
- Ini Penjelasan RSCM Soal 60 Anak Yang Jalani Cuci Darah
- Gempa Terkini M 3,9 Guncang Kuningan, Getaran Terasa Hingga Ciamis dan Banjar
- KCIC Tambah Jumlah Perjalanan Whoosh Jadi 62 Per Hari Tahun Depan
![Kepala BNPT Suhardi Alius saat memberikan sambuyan Kepala BNPT Suhardi Alius saat memberikan sambuyan](https://rm.id/images/img_bg/img-750x390.jpg)
RM.id Rakyat Merdeka - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius menjadi salah satu narasumber dalam sesi pertama Environmental Scan / Setting the Scene, Counter-Terrorism Financing Summit di Manila, Filipina pada tanggal 12-14 November 2019.
Dalam kesempatan tersebut, Suhardi menyampaikan pentingnya pemberantasan pendanaan terorisme. Menurutnya, salah satu upaya dalam menanggulangi terorisme adalah dengan mengganggu (disrupt) aliran keuangan teroris, serta organisasi teroris.
Selain itu, Suhardi juga membahas penyalahgunaan media sosial untuk tujuan rekrutmen, propaganda, pelatihan sampai dengan pendanaan teroris sendiri.
Beberapa serangan teroris besar yang terjadi dalam dua tahun terakhir, mengindikasikan bahwa di Indonesia, kegiatan kelompok teroris yang berafiliasi dengan ISIS, lebih besar ketimbang Al-Qaeda. Keduanya memiliki strategi yang berbeda.
Baca juga : Baznas Jadi Lembaga Penyedia Beasiswa Terfavorit
"Ada tiga metode dasar atau tipologi pendanaan terorisme di Indonesia. Yaitu pengumpulan dana yang dilakukan melalui donasi atau crowdfunding, memindahkan dana baik perbankan maupun non-perbankan, serta menggunakan dana baik untuk pelatihan maupun pengelolaan jaringan," terang Suhardi.
"Dilihat dari tipologi pembiayaan FTF di Indonesia, tujuan pergerakan dana adalah untuk memfasilitasi perjalanan FTF ke zona konflik, dan memenuhi logistik kelompok-kelompok FTF di daerah tersebut. Tren terbaru yang ditemukan saat ini adalah penggunaan media sosial untuk pendanaan terorisme, melalui crowdfunding," imbuhnya.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa kekalahan ISIS termasuk meninggal pemimpinnya (al-Baghdadi) tidak berarti bahwa ancaman ISIS telah mati.
"Tetap diperlukan kewaspadaan dalam memonitor sel-sel teroris domestik, yang dipengaruhi oleh propaganda ISIS. Juga perlunya peningkatan dalam sharing informasi dan intelijen antar lembaga penegak hukum, lembaga intelijen, dan lembaga keamanan. Indonesia siap untuk bekerja dan berkolaborasi dengan negara-negara untuk memeberantas terorisme dan pendanaan terorisme," tandas Suhardi.
Baca juga : Soal Papua, Meutya Hafid Dorong Perbanyak Pendekatan Dialogis
![](/my_admin/kcfinder/upload/images/IMG-20191112-WA0052.jpg)
Kepala BNPT Suhardi Alius (kedua kiri) dalam acara Counter-Terrorism Financing Summit 2019 di Manila, Filipina. (Foto: Humas BNPT)
Counter-Terrorism Financing Summit adalah pertemuan tingkat tinggi yang diselenggarakan oleh Anti Money Laundering Council Philippina (AMLC), bekerja sama dengan Australian Transaction Reports and Analysis Centre (AUSTRAC) dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Indonesia.
Acara tersebut dihadiri oleh sedikitnya 300 orang, yang mewakili Financial Intelligence Units (FIU), aparat penegak hukum, industri keuangan, akademisi, non-profit organization (NPO), serta organisasi internasional yang turut berpartisipasi. Baik sebagai peserta maupun narasumber, yang berasal dari negara-negara di wilayah regional Asia Tenggara, Australia dan New Zealand.
CTF Summit dilaksanakan rutin setiap tahun, sejak tahun 2015.
Baca juga : Ajaib Hadirkan Investasi Reksadana dengan Sistem Online
Kegiatan ini merupakan forum kerja sama dalam mengidentifikasi dan memahami secara utuh tingkat ancaman, yang ditimbulkan dari pendanaan terorisme di wilayah regional Asia Tenggara, Australia, dan New Zealand.
Salah satu produk yang dihasilkan ialah Regional Risk Assessment on Terrorist Financing (RRA-TF) dan Regional Risk Assessment on Non-Profit Organization (NPO), serta riset lain terkait pendanaan terorisme.
Forum ini diharapkan dapat menjadi salah satu bentuk kolaborasi, untuk saling berbagi informasi. Baik informasi intelijen keuangan, ataupun info lainnya dalam mengidentifikasi, sekaligus melawan ancaman akibat praktek pendanaan terorisme dengan membentuk Financial Intelligence Consultative Group (FICG). [HES]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya