Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Vaksin TBC Bukan Eksperimen, Menkes Tekankan Peran Media Dalam Edukasi
Jumat, 9 Mei 2025 23:26 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - Indonesia bukan kelinci percobaan dalam pengembangan vaksin Tuberkulosis (TBC). Sebaliknya, Indonesia berperan penting dalam upaya global menyelamatkan jutaan nyawa dari penyakit menular paling mematikan di dunia ini.
“Ini supaya mengedukasi masyarakat juga, bahwa ini bukan seperti kelinci percobaan. Itu adalah pengaruh yang sengaja disebarluaskan agar orang tidak mau divaksin. Padahal, akibatnya bisa sangat fatal nanti bisa meninggal 100 ribu orang karena perkara seperti ini. Justru hal seperti ini sudah terbukti Covid-19 saja bisa turun karena vaksinasi, kan? Dulu banyak yang bilang jangan divaksin Covid karena ada chip-nya. Nah, justru orang-orang seperti itu yang sangat jahat,” ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam wawancara dengan wartawan di Jakarta, Jumat (9/5/2025).
“Teman-teman media harus mendidik masyarakat, jangan sampai mereka termakan isu-isu seperti itu. Kalau akhirnya masyarakat tidak mau divaksin Covid lalu meninggal, dosa kita kepada mereka yang wafat karena disinformasi,” lanjutnya.
Ia menjelaskan, bahwa vaksin TBC yang saat ini tengah menjalani uji klinis tahap 3 di Indonesia merupakan hasil kerja keras para peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Universitas Padjadjaran. Uji coba telah melibatkan lebih dari 2.000 partisipan sejak akhir 2024, dengan pengawasan ketat dan standar ilmiah tertinggi.
Baca juga : Ikut Konferensi di Saudi, Menag Usulkan Pembangunan Museum Hadis di Indonesia
“Teman-teman mesti jelas bahwa vaksin itu ada clinical trial 1, 2, dan 3. Trial 1 menentukan vaksin ini aman atau tidak — dan itu sudah lewat. Sekarang kita masuk ke trial 3 untuk melihat efektivitasnya. Jadi ini semua saintifik, bukan hoaks atau gosip,” tegasnya.
Menkes Budi juga mengingatkan bahwa sejarah telah membuktikan kekuatan vaksin dalam menekan wabah penyakit.
“Covid-19 turun bukan karena pengobatan atau skrining, tapi karena vaksin. Vaksin itu menyelamatkan jutaan nyawa,” katanya.
TBC, lanjut Budi, masih menjadi pembunuh nomor satu di antara penyakit menular di dunia. Setiap tahun, lebih dari satu juta orang meninggal dunia akibat TBC, termasuk sekitar 125 ribu orang di Indonesia.
Baca juga : Cegah Karhutla, Kapolri Tekankan Pentingnya Edukasi Sejak Dini
“Semenit dua orang meninggal karena TBC. Kita bicara lima menit di sini, sepuluh orang sudah meninggal,” ujarnya.
Dengan partisipasi aktif dalam uji klinis, Indonesia juga mengincar keuntungan strategis: produksi vaksin dalam negeri oleh Bio Farma.
“Kalau vaksin ini berhasil, Indonesia bisa jadi negara prioritas untuk memproduksi sendiri. Ini bukan hanya soal menyelamatkan warga kita, tapi juga memberi akses untuk dunia,” katanya.
Terkait kekhawatiran vaksin tidak cocok secara genetik, Menkes memastikan bahwa alasan Indonesia ikut dalam uji coba justru untuk memastikan kesesuaian.
Baca juga : Bukan Pemicu Keretakan Pernikahan Arya Saloka
Ia mencontohkan kasus vaksin malaria yang tidak efektif di Indonesia karena dikembangkan untuk populasi Afrika.
“Kita nggak mau kecolongan lagi. Kita pengen aktif supaya vaksinnya juga cocok buat orang Indonesia.”
Ia juga membantah isu liar soal adanya pabrik vaksin di Singapura. “Itu hoaks. Pabriknya masih dibangun di Amerika, tapi kita dorong agar nanti produksinya bisa dilakukan di Indonesia.”
Lebih jauh, Menkes menyampaikan bahwa pemerintah menargetkan vaksin TBC bisa masuk program nasional sebelum 2029.
“Kalau sudah terbukti aman dan efektif, tentu kita akan masukkan ke program. Karena ini penyakit menular paling mematikan, lebih parah dari malaria,” tegasnya.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya